Semua Bab Behind The Beast: Bab 41 - Bab 50
60 Bab
III. Autumn | Forty
Hari sudah hampir malam ketika akhirnya Vander sampai di bandara John F Kennedy, New York setelah mengalami hambatan, karena cuaca buruk di Las Vegas. Dirinya pulang lebih dulu daripada timnya yang mengambil jalur darat karena harus membawa mobil yang habis mereka pamerkan. Harusnya Vander masih merayakan hari kemenangannya saat ini, tetapi ada yang lebih penting daripada itu.Dia harus menggagalkan aksi tampil Chloe yang bisa saja membahayakannya saat ini. Bisa saja musuh di luar sana mengintai, dan Vander tak ingin sesuatu buruk lainnya yang terjadi lagi pada Chloe. Walaupun dia marah, akan tetapi rasa khawatirnya lebih tinggi sekarang. Dia harus tiba di tempat pergelaran busana itu segera."Ay, V-Rex. Cepat naik," teriak Andres dari dalam mobil yang baru saja tiba di depan Vander. Segera Vander masuk di bagian kursi penumpang dan menyuruh pria latin itu untuk segera laju.
Baca selengkapnya
IV. Winter without is even colder.
Seharusnya natal tahun ini akan paling membahagiakan untuk keluarga Zeckar seperti tahun sebelumnya. Ditambah lagi mereka mempunyai anggota-anggota baru untuk merayakannya bersama. Namun, tidak setelah kejadian tragis malam itu. Mereka harus kehilangan salah satu diantaranya, dan harus merelakannya adalah hal tersulit untuk dilakukan. Terlebih lagi dia adalah seseorang yang sangat berarti untuk semuanya. Tak ada kepergian tanpa air mata. Hanya bayangan tawanyanya yang tersisa. Juga semua kenangan itu.Santa Ana  Memorial Park and Funeral House - SpainChloe. Masih dengan air matanya terduduk menangis— masih merasa bersalah di depan sebuah gundukan baru yang kini sudah ditutupi salju tebal. Tak henti-hentinya ia berkata maaf dengan tangan yang mulai gemetar dan napas putus-putus. Chloe teramat merasa bersalah akan kepergian sosok itu. Bahkan
Baca selengkapnya
IV. Winter | Forty Two
Masih menunggu para tim medis yang sedang memeriksa keadaan Vander yang tiba-tiba kejang. Mark dengan wajah khawatirnya duduk dengan gelisah di bangku sofa ruang tamu yang masih satu bagian dari kamar inap Vander. Ya, dia gelisah sambil menunggu kedatangan Dangelo yang sampai kini belum menampakkan batang hidungnya."Kemana orang tua itu?!" Mark melirik jam nya yang kini sudah menunjukkan pukul satu siang. "Periksa keluar! Apakah Dangelo sudah datang atau—"Belum selesai Mark memerintahkan pada pengawal yang berada di sampingnya, pintu masuk tepat di hadapannya itu tiba-tiba terbuka lebar. Setelahnya para pria berjas dengan earpiece masing-masing masuk dan berdiri di titik tertentu dalam keadaan siap.Kemudian munculah seorang pria tua dengan topi koboinya memakai tongkat emas. Mark pun berdiri seperti mengenal sosok tersebut. Kepalanya ia tundukkan sedikit
Baca selengkapnya
IV. Winter | Forty Three
"Vander!"Chloe berdiri dari kursi rodanya segera untuk menolong pria itu. Namun, saat selangkah lagi ia sampai, tangannya dicekal dan ditarik oleh seorang penjaga berjas."Nona, biar kami yang membantu Tuan Vander. Anda silakan tunggu dan lihat.""Tapi—""Lihat keadaan perut anda, Nona."Pandangan Chloe pun jatuh ke perutnya yang tampak sudah membesar. Dibandingkan saat ia peragaan busana sebulan yang lalu, perutnya memang jauh lebih berisi. Lantas Chloe hanya bisa menyingkir sembari memantau. Bisa ia lihat Vandernya meringis saat diangkat kembali ke atas tempat tidur.Bertepatan saat itu juga Zallyn sudah ada di belakang menenangkannya, dan para ayah ikut memantau keadaan itu juga.Tak lama tim medis se
Baca selengkapnya
IV. Winter | Forty Four
Vander rupanya membawa Billy ke sebuah ruang perpustakaan pribadi kakeknya. Ruangan tersebut di penuhi rak-rak kayu buku berukir dengan koleksi buku tebal di setiap celahnya. Tempat itu mengusung gaya victoria. Terkesan gelap dengan warna maroon, hitam dan coklat. Bau plitur dari perabot kayu juga tercium. Sangat klasik ditambah dengan adanya lampu lilin gantung, lukisan dari para pelukis terkenal, patung dan yang lebih menyita perhatian sekali adalah ... lukisan keluarga besar Zeckar yang diberi pencahayaan tepat di atas perapian.  "Kakek Escobarku yang kau banggakan tadi mempunyai dua istri. Yang satu nenekku dan satunya lagi nenek Fabio. Sebenarnya nenek Fabio adalah tunangan kembaran kakekku, tapi dia meninggal saat ayah Fabio dalam kandungan karena penyakit yang dideritanya. "Dan menikahi nenek Fabio sendiri adalah pesan beliau. Maka karena itu kau jangan h
Baca selengkapnya
IV. Winter | Forty Five
[Rekaman dalam video ....]"Hollaaa ... Merry christmas for you both; V-Rex father to be and you– Mad dog Billy. Maaf, natal kali ini aku tak bisa bersama kalian karena seperti yang kalian tahu, aku masih dalam misi berkeliling dunia sampai musim semi nanti. So, kalian jangan iri pada lajang sepertiku, oke?"Semua orang yang berada dalam ruangan hanya diam saling berpandangan. Terutama Vander yang air wajahnya agak berbeda. Ucapan Andres sungguh membuat hatinya mencelos. Andres seakan tahu dirinya akan pergi, dan kotak-kotak hadiah di sekitar pria latin itu pasti adalah kejutan yang ingin dia bagikan. Andres memang selalu memberi hadiah di setiap natal."Dari mana kau dapatkan video ini, Bil?" tanya Vander masih dengan matanya melihat ke layar.
Baca selengkapnya
IV. Winter | Forty Six
Keesokan harinya kediaman keluarga besar Zeckar masih tampak damai dengan kebahagiaan yang melingkupi semuanya.Mereka masih berkumpul di mansion besar itu menjalani aktivitas bersama.   Chloe yang sehari sebelumnya tampak selalu murung, kini sepertinya sudah dapat menerima keadaan. Begitu juga dengan Vander dan yang lainnya. Untuk sementara waktu mereka mengenyampingkan semua masalah yang ada, tapi bukan berarti  melupakannya.   Berbagai rencana sudah dilakukan. Termasuk Vander  yang sudah mulai berlatih kembali untuk mengembalikan kondisi fisiknya walau masih suasana natal. Bahkan dia mendatangkan langsung fisioterapis dari rumah sakit keluarganya.   Bagaimana mungkin dia bisa perang tanpa persiapan yang mumpuni. Vander bukanlah tipe orang yang suka bekerja di balik layar. Menghadapi seorang Dextro dan membinasakannya adalah naluri terbe
Baca selengkapnya
IV. Winter | Forty Seven
Vander sudah sampai di kamar saat dilihatnya tak seorang pun berada di sana. Lantas ia menuju kamar mandi untuk memeriksa apakah berada Chloe di dalam, dan benar saja wanita bersurai madu itu sedang berdiri menatap pantulan bayangannya di cermin— yang tampak basah dengan masih ada tetesan air disekitar wajah.   "Sayang, kau baik-baik saja?" Vander berjalan pincang melepaskan kruknya begitu melihat wajah kacau Chloe. Ia memeluk sosok yang dicintainya itu dalam dekapannya. Tahu bila Chloe sedang membutuhkannya saat ini. Chloe-nya sebenarnya sangat rapuh. Hanya cangkang dipermukaannya saja yang keras.   "Aku tidak tahu bila tindakan membunuh akan semudah dan se-menyenangkan itu baginya. Bahkan Zendaya sekarang dalam puncak karirnya. Hanya karena dia tahu bila Trevor yang menembak Andres saat itu, Jade tanpa segan menghabisinya juga. Iblis itu juga iri dengan pencapaian Zendaya! Dia yang terburuk
Baca selengkapnya
IV. Winter | Forty Eight
"Kau yakin ingin menemui Abuelo sekarang?" Fabio bertanya pada Vander yang berjalan di sampingnya— saat mereka dipersilakan masuk ke sebuah lift oleh salah seorang penjaga menuju ruang sang kakek.   Mereka sudah tiba di mansion setelah mengunjungi makam Andres tadi, dan sekarang akan menemui sang kakek di ruang bawah tanah. Tempat biasa di mana pria tua itu menghabiskan waktunya.   "Ya. Itu yang kalian harapkan, bukan? Lagi pula sudah sepantasnya seorang cucu menjenguk kakeknya. Aku melupakan itu. Kau tahu pikiranku banyak akhir-akhir ini."   Fabio mengangguk mengerti. Kemudian menghadap belakang ke arah penjaganya dan berbisik.   Vander dapat melihat itu dari pantulan pintu lift di depannya. Ia meneliti ke arah pria di belakang Fabio. Semua bagian tubuh yang tampak dari pria berpostur tinggi bahkan leb
Baca selengkapnya
IV. Winter | Forty Nine
"Ahhh .... Vanderhh ...."   Vander terus menggerakkan pinggulnya dan sekali-kali bergerak memutar untuk memperdalam miliknya hingga membuat Chloe yang berdiri di pinggiran wastafel terus mendesah serta meneriakkan namanya untuk meminta lebih.   Tanpa ampun Vander merajai tubuh kekasihnya itu walau dalam keadaan berbadan dua. Tidak se-agresif biasanya, tetapi lebih intens dan mendamba. Vander bahkan tak ingin mengakhiri kegiatannya begitu saja.   Chloe dengan perut besarnya semakin lebih menggoda. Ditambah lagi dengan payudara serta bokong berisinya yang sedari tadi tak mungkin dapat dilewatkannya. Memijat dan meremas bukit kembar itu adalah bagian yang terasa menyenangkan kini. Chloe juga tampak menyukai tubuhnya dikerjai begitu parah oleh Vander. Sengaja wanita itu mendesah dengan ucapan yang bernada provokatif agar Vander terus terpancing dan terangs
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status