All Chapters of Don't Be Silly. It's Precious: Chapter 21 - Chapter 30
88 Chapters
Keberuntungan
Sudah satu bulan sejak kematian Michael Patterson, dan hingga hari ini, Martin belum menemukan orang tua Michael. Aku rasa ayahku juga sudah menyerah soal itu, karena bulan ini saja dia sudah mendapatkan lebih dari 2 juta dollar bulan ini. Perusahaan ayahku memang sedang ada di atas sehingga banyak sekali pemasukan. Namun aku masih merasa gatal soal kejadian itu, aku ingin bicara dengan keluarganya namun aku tidak tahu harus apa.Sejak hari dimana aku bertemu Olivia dan ayahku di mall, ayahku menjadi sering sekali gugup saat bicara denganku. Dia bahkan menghindari pembicaraan denganku dan aku pun hingga saat ini masih belum membersihkan rumah. Aku juga belum menghadiri sekolah sejak hari itu dan ayahku terus membujukku untuk kembali sekolah, aku senang sekali ayah membujukku sehingga aku selalu beralasan untuk tidak sekolah karena aku senang melihat ayah pagi-pagi sudah membuka gorden kamarku dan membangunkanku.KREKK!Itu bunyi pintu kamarku yang terbuka dan ak
Read more
Makan malam
Aku rasa Liam melupakan aku karena pacar barunya, aku mengingat perlakuannya kepadaku yang meminta agar dia memperlakukan aku sebagaimana dia memperlakukan Alita. Namun, aku rasa itu adalah permintaan bodoh karena Alita adalah sahabatnya dan aku tidak pernah tahu kalau Liam akan memiliki seorang pacar. Namun entah kenapa, semuanya memang terasa tidak adil untukku. Aku merindukannya.Aku menghabiskan kopiku dan keluar dari café. Memperhatikan jalan yang tidak terlalu ramai, padahal ini sudah pukul 12 siang. Aku menyebrang dan menelpon ayahku untuk menjemputku, namun ayah tidak bisa menjemputku karena dia harus menyelesaikan sesuatu di kantor sehingga dia bilang akan meminta Gerry untuk mejemputku. Aku lalu menutup telepon dan menunggu di depan sebuah toko parfum. Hey, kalau tidak salah, ini adalah toko parfum tempat aku membeli parfum unik itu, aku lalu masuk ke dalam dan si penjual parfum tersenyum kepadaku.“Permisi, aku ingin bertanya tentang parfum ini,
Read more
Batu
Teriakan ku di meja makan membuat ayah dan ibuku terdiam, namun api kemarahan masih membara di mata mereka. Aku menatap mereka satu persatu, ibuku sudah siap untuk menghantamkan botol yang dia pegang dan ayahku sudah berdiri agak jauh dari tempat ibu berada. Aku merasa sedih, kenapa kalian tidak bisa memberikan aku sebuah rumah yang nyaman.“Kau pikir aku tidak mengenal parfum kesukaanmu? Ini bukan parfum milikmu dan ini sudah pasti milik seorang wanita, kau bilang kau masih ada urusan di kantor? Omong kosong!” bentak ibuku seraya menenggak minumannya. “Kenapa kau tidak mendekat dan mencium seluruh tubuhku dan katakan bau seperti apa yang kau cium?” tanya ayahku.“Tidak perlu repot-repot, aku sudah tahu kalau kau tidak pergi ke kantor dan malah bertemu dengan wanita itu, kau bisa menyuruh Martin melakukan tugasmu,” ucap ibuku seraya menunjuk ayah.“Keras kepala sekali, ini adalah parfum yang dipakai Ava, bod
Read more
Bertemu lagi
Aku kira apa yang aku katakan di meja makan tadi akan meredam pertengkaran mereka berdua, aku tidak tahu apakah aku harus mencoba lagi menyatukan ayah dan ibuku, atau sebaiknya aku membuat ‘rumah’ untuk diriku sendiri di tempat lain. Mereka memberiku cukup uang, bahkan lebih jika aku ingin pergi dari tempat ini dan hidup nyaman tanpa teriakan mereka.Mereka telah mengubahku, Liam, neneknya dan juga Ruby. Mereka membuatku peduli akan keadaan keluargaku. Aku bisa hidup dan menikmati kekayaan mereka setidaknya sampai 2 tahun kedepan dan aku akan mulai berbisnis dengan uang yang aku punya. Terlebih, sekarang mereka berdua sekarang menjadi lebih peduli denganku karena aku sudah mendapatkan hati mereka.Apa yang mereka lakukan benar-benar membuatku merasa kalau aku harus berjuang untuk membuat kedua orang tuaku kembali bersama. Seharusnya aku berpikir lebih cerdas sejak dulu dan mulai memanfaatkan uang yang mereka berikan kepadaku agar aku bisa hidup tenang di ke
Read more
Menikmati waktuku bersamanya
Kami berhenti di Wendy’s, tempat aku dan Liam pertama kali makan bersama. Aku lalu mengingat ceritanya bersama Alita dulu. Aku dan Liam lalu memesan makanan namun mata Liam melihat ke arahku dengan tatapan penuh keheranan.“Cuma itu pesananmu?” tanya Liam yang menyadari kalau aku hanya memesan satu burger dan segelas Coca-Cola. Aku mengangguk. Liam hanya mengernyitkan dahi dan membayar pesanan kami. Kami lalu duduk di meja dekat jendela, seperti malam itu.“Kau tidak bekerja?” tanyaku setelah makanan kami datang.“Aku tidak kerja setiap hari lagi, hanya di hari Senin sampai Jum’at. Hari Sabtu dan Minggu adalah hari libur, namun aku biasanya mengambil lembur, tapi khusus hari ini aku tidak lembur karena ingin bertemu denganmu,” ucap Liam seraya memakan burgernya. Aku hanya mengangguk dan mengikutinya memakan burger milikku.“Kau terasa aneh sekali,” ucap Liam tiba-tiba.“Aneh bagaiman
Read more
Senang?
Aku terbangun dari tidurku dan mendapati diriku dengan hanya tertutupi selimut berwarna jingga milikku. Aku melihat jam dinding di kamarku, ternyata sekarang sudah pukul 7 malam. Aku lalu melihat Liam yang sedang tertidur di sampingku dan memelukku dengan tangan besarnya. Aku tersenyum melihatnya dan membelai rambutnya. Liam yang selalu aku inginkan, saat ini tidur di sampingku tanpa menggunakan sehelai pakaian karena dia sudah melepasnya dan melemparnya ke sudut tempat tidurku.Aku lalu memindahkan tangannya karena aku ingin turun ke lantai bawah. Aku merasa haus sekali. Aku mengambil selimut dari lemariku dan menggunakannya untuk menyelimuti seluruh tubuhku. Aku lalu membuka pintu dengan perlahan karena aku tidak mau membangunkan Liam. Aku menuruni tangga dan mengambil segelas air kemudian meminumnya.“Ah, akhirnya bangun juga, kau pasti kelelahan.” Sebuah suara mengagetkanku, aku lalu mencari asal suara itu dan ternyata itu ibuku yang sedang berbaring di
Read more
Dusta
Aku memacu mobilku dengan cepat. Aku tidak tahu jawaban apa yang akan kuberikan saat Ruby bertanya kenapa aku begitu lama bersama Ava. Sungguh, hal itu terjadi diluar perkiraan, sesaat setelah aku meminum benda itu, aku benar-benar tidak bisa menahan diri untuk tidak melakukannya. Aku tidak menyangka akan melakukan hal ini dengan sahabatku sendiri.Saat aku sampai, aku disambut oleh nenekku yang sedang duduk di kursi santai di depan rumah. Nenek menyambutku dan memberitahuku kalau makan malam sudah siap. Aku tersenyum dan masuk kedalam, menemui Ruby yang sedang memasak.“Bagaimana harimu? Apa dia senang?” tanya Ruby seraya tersenyum kepadaku.“Yaa begitulah, kami makan siang bersama dan bermain di Play Zone di mall,” dustaku.“Haha begitu, sepertinya menyenangkan sekali, mungkin aku akan ikut bersenang-senang dengan kalian kapan-kapan,” ucap Ruby seraya meletakkan makanan yang telah siap di meja makan.“Seh
Read more
Awal mula kehancuran
Air mata yang jatuh dari mata ibuku mulai berhenti sesaat setelah aku mengambilkannya segelas air putih. Aku meminta ibuku agar bernafas secara perlahan, dan ibuku mulai mengatur nafasnya. Ibuku lalu meletakkan gelasnya dan menghapus air matanya.“Semua pertengkaran yang terjadi dengan Christian adalah hasil dari keegoisanku dan juga kecemburuan ibu, saat itu ibu benar-benar bodoh tidak mau mendengarkan penjelasannya terlebih dahulu,” jelas ibuku seraya memulai cerita.“Ibu benar-benar kesal dengan ayahmu karena dia pergi melakukan pekerjaan di luar negeri bersama beberapa temannya, saat itu ada seorang wanita cantik bernama Naomi yang ikut dalam pekerjaan yang di lakukan oleh ayahmu,” cerita ibuku.“Lalu?”“Ayahmu sudah meyakinkan ibu kalau Naomi hanyalah seorang rekan kerja, tidak lebih, tapi ibu tidak mempercayai ayahmu dan membayar seorang detektif untuk membuntuti Bella, sayangnya, detektif yang ibu sewa mala
Read more
Seharian bersamanya
Aku mencintainya, hanya saja dia bukan milikku, dia milik orang lain. Ibuku memperhatikan aku dengan tatapan kesal, aku membuang muka dan melihat ke arah lain dan mencoba pergi dari tatapan ibuku, namun ibuku kemudian berdiri dan mengikuti ke manapun aku berusaha menghindarinya.“Kita bicarakan nanti saja, bu,” ucapku setelah lelah menghindari tatapan ibuku.“Hmmm, baiklah terserah saja, lagipula bukankah kita akan menghabiskan waktu ‘ibu dan anak perempuannya’ di mall ini, jadi sebaiknya kau tidak stress,” ucap ibuku menghentikan tatapan kesalnya.“Memangnya kita mau apa?” tanyaku.“Tentu saja, BELANJA!!” teriak ibuku.“Aku tidak mengerti fashion, apa ibu tidak melihat pakaian yang aku pakai sekarang?” tanyaku seraya meminta ibuku melihat pakaian yang aku kenakan.“Hmm, kau memang tidak modis,” komentar ibuku setelah melihat aku yang hanya menggunakan sneake
Read more
Sekolah
Aku membuka mata dan melihat sekelilingku. Ternyata aku tertidur di sofa depan televisi dan saat aku bangun aku bisa melihat ibuku yang tengah duduk di meja makan dan meminum secangkir kopi. Aku menghampirinya dan ibuku tersenyum melihatku. Dia lalu menawariku roti panggang dan aku hanya mengangguk seraya duduk di kursi meja makan.“Hari ini adalah hari senin, kau akan pergi ke sekolah bukan?” tanya ibuku.Sial, aku lupa kalau aku adalah seorang pelajar. Aku lalu mandi dan bersiap-siap untuk pergi ke sekolah, meninggalkan ibuku yang tengah menunuggu roti panggangku matang di alat pemanggang roti.Setelah aku selesai, aku lalu turun dan menghabiskan roti panggangku serta meminum segelas air kemudian berpamitan dengan ibuku. Aku mengambil kunci mobil yang menggantung dan melangkah keluar dari pintu.“Tunggu!” teriak ibuku. Aku lalu menoleh dan melihat ibuku menghampiriku.Dia lalu menata rambutku yang tidak rapi dan membenarka
Read more
PREV
123456
...
9
DMCA.com Protection Status