Semua Bab Era Baru: Bab 231 - Bab 240
284 Bab
Paviliun Luang Sudang II
Pergerakan pasukan yang Sopo Barungan pimpin sudah diketahui dan ditemukan oleh Anta Sukmajang, sehingga para pengintai yang sebelumnya tidak aktif mulai menunjukkan keberadaan mereka dengan memberikan ancaman-ancaman tertentu pada mereka. Meski tak melakukannya secara langsung, tindakan mereka telah memberikan sinyal bahaya dan membuat para prajurit gelisah. Beberapa kali mereka melemparkan batu ataupun membuat suara yang tidak biasa.“Jangan lengah!!! Perkuat pertahanan dan kewaspadaan kalian. Mereka sudah bergerak dan memulai serangannya. Suara-suara ini ... Mereka mencoba membuat kalian gelisah dan bimbang serta berpikir jika ada monster tingkat bencana maupun mengerikan di sekitar sini. Tuan sudah memberi kita tugas dan kita hanya perlu menyelesaikannya!!” seru Sopo Barungan saat dia mencoba menenangkan situasi yang mulai berubah jauh.Dedaunan yang jatuh dan tersapu oleh angin lembut membuat mereka merasakan adanya sesuatu yang tak biasa di sekitarnya
Baca selengkapnya
Paviliun Luang Sudang III
Kesiagaan para prajurit tidak berkurang dan semakin kuat saat mereka merasakan ada sesuatu yang bergerak di balik pepohonan. Salah satu dari mereka bergegas menuju ke balik pohon untuk memeriksanya. Dia terlihat begitu waspada dan berhati-hati ketika dia melakukannya.Barata tidak terkejut dengan tindakan yang diambil oleh para prajurit itu. Dia hanya mengarahkan pandangannya pada para pemanah serta prajurit yang berpatroli, bertarung dengan mereka tidak akan menjadi masalah besar untuknya, bahkan membunuhnya sekalipun. Hanya saja, dia merasa jika dia melakukannya maka akhir yang dia dapatkan tidak begitu menguntungkan.“Mendekatlah kemari dan tunjukkan kekuatanmu! Aku rasa aku memang harus membuat tempat ini kacau. Entah siapa yang memulainya, selama aku mendapatkan manfaat dari pertarungan itu tak masalah. Sama sekali tidak masalah untuk membuat tanganku kotor kembali!” Barata bergumam dengan tatapan membunuh. Matanya menatap ke arah prajurit yang masuk k
Baca selengkapnya
Paviliun Luang Sudang IV
“Cari keparat itu!! Berani-beraninya dia mengancam Paviliun Luang Sudang dan menentang kekuasaan Keluarga Anta. Cari dan temukan dia. Telusuri hutan dan bawa kemari orang itu tidak peduli apa dia masih hidup atau sudah menjadi mayat. Aku ingin melihat tubuhnya di sini. Cepat!!” teriakan Salangporo menggema di seluruh kota dan didengar oleh setiap orang yang ada di sana hingga membuat tempat itu menjadi gundah.Dia memerintahkan seluruh prajurit untuk bergegas mencari keberadaan Barata yang telah menggemparkan tempat tersebut dengan sebuah serangan yang tidak termaafkan. Dengan memberi teror pada pasukannya. Keadaan di tempat itu benar-benar sudah berbeda dan kematian para prajurit yang terjadi secara tiba-tiba membuat para penduduk gelisah dan khawatir.Salangporo bukan hanya tidak marah dengan situasi ini, dia juga merasa bila wilayahnya telah dipermainkan dan mereka yang mengikutinya tidak dianggap. Perasaan seperti itu benar-benar buruk untuk seseorang y
Baca selengkapnya
Anta Sukmajang
Tersapu oleh deru angin yang cukup kencang, rambut panjangnya mengudara seperti bendera yang berkibar, menyapu udara kosong. Wajahnya dipenuhi dengan kerutan tapi kini tak ada satupun kerutan di wajahnya dia tampak muda seperti saat dia berusia awal dua puluhan padahal dia sudah melewati usia tersebut dan menjadi pria paruh baya.Tubuhnya yang kekar dengan bahu yang lebar dan dada yang bidang ditutupi dengan pakaian longgar seperti sebuah jubah sarjana. Tubuhnya yang berotot tertutupi oleh jubah hitamnya dan dia menangkupkan kedua tinjunya di belakang punggungnya sambil menatap ke arah area kosong di mana para prajuritnya sedang berusaha memecahkan masalah yang tiba-tiba muncul di wilayahnya. Anta Sukmajang yang membawa pedang di pinggangnya menengadah dan tidak bergerak.“Hebat sekali!! Pria ini, dia memilih untuk melancarkan serangan menyelinap, mengacaukan pasukanku, dan menghancurkan moral para prajurit dengan membuat mereka menjadi gelisah dan khawatir. Ini
Baca selengkapnya
Perlawanan
Bentrokan energi menciptakan ledakan yang begitu dahsyat hingga memorak-porandakan pohon di sekitar mereka. Tidak ada apapun di sekitar mereka dalam radius beberapa meter. Barata memegang pedangnya dan mengarahkan tatapan tajam ke arah Anta Sukmajang tanpa mengurangis sedikitpun rasa haus darahnya. Wajahnya berkedut karena marah dan tatapannya sedikit gila saat itu. Dia menancapkan pedangnya ke tanah seolah sedang membuat sebuah momentum.Barata memperhatikan Anta Sukmajang yang menatapnya dengan tatapan yang tidak menyenangkan. Dia memahaminya, tapi melihatnya secara langsung hanya membuat dia semakin marah. Apalagi, Anta Sukmajang tidak mengucapkan sebuah kata saat bertemu dengannya dan hal ini hanya makin membuat perasaannya buruk dan tidak nyaman. Mengerti siapa yang dilawan merupakan salah satu keuntungan tapi juga menjadi salah satu sumber kecemasan.Anta Sukmajang tidak bergeming meski merasakan aura membunuh dari Barata yang sangat kuat hingga membuat dia tak b
Baca selengkapnya
Pusaka Cincin Kehidupan I
Anta Sukmajang kembali mengambil sikap menyerang seperti sebelumnya dan dia mengumpulkan Energi Kehidupannya di pedangnya. Tatapan matanya menajam saat dia mengikuti pergerakan Barata yang begitu cepat tanpa ada penundaan di setiap detiknya. Luka di tubuh Anta Sukmajang sembuh dengan cepat termasuk luka sayatan yang mempertontonkan dagingnya maupun luka bakar. Sekejap mata seperti sebuah kedipan mata, luka itu pulih sepenuhnya dan dia tidak terlihat seperti seseorang yang baru saja terluka. “Kenapa? Kau tidak akan menyerangku dan memilih untuk menghindariku? Sebegini besarkah penurunanmu, Barata? Sungguh mengecewakan sekali. Huh!! Kau sudah berbeda, kau tak sekuat dulu dan begitu menyedihkan sekarang!” nada dinginnya membuat Barata kesal, sudut mulut terangkat sedikit saat dia mengatakannya dan tatapannya begitu tak memandangnya seolah dia tidak ada di hadapannya. Pedangnya tak menembus tubuh Barata, hanya menggoresnya sedikit. Secepatnya dia mengambil sikap
Baca selengkapnya
Pusaka Cincin Kehidupan II
Beberapa kali benturan terjadi dan ledakan energi yang begitu dahsyat membuat sekelilingnya hancur lebur. Barata mengatur nafasnya yang mulai memburu setelah benturan terjadi. Dia memiliki pakaian yang tak lagi utuh dan darah menetes. Pandangannya tetap jelas meskipun dia telah menguras tenaganya. Pergerakan Anta Sukmajang tidak terlepas dari pantauannya. Barata terus memperhatikannya dan mencari celahnya.Serangannya telah melukainya cukup parah hingga membuat dia hampir kehilangan salah satu tangannya. Namun, kecepatan pemulihannya juga tidak masuk akal. Dia memikirkan cara apalagi yang bisa dia lakukan untuk menghancurkan kekuatan yang Anta Sukmajang miliki. Jika terus seperti ini, dia tidak tahu apa dia bisa hidup atau tidak. Seolah-olah, Anta Sukmajang memang mempermainkannya dan membiarkannya terus melancarkan serangan.Meskipun, Anta Sukmajang termakan tipuannya dan masuk dalam perangkapnya dengan menyerangnya tanpa memikirkan pertahanan. Barata tetap tidak bisa
Baca selengkapnya
Pusaka Cincin Kehidupan III
Ketika Energi Kehidupan coba ia masukkan ke dalam pusaka tersebut, Barata merasakan perlawanan yang tidak lemah dari pusaka tersebut. Sontak saja, pandangannya segera tertuju pada Anta Sukmajang yang kebetulan dia sudah bangkit serta berdiri dan menatapnya dengan tajam.Barata terus memaksakan Energi Kehidupannya ke dalam Pusaka yang saat ini berada di tangannya. Meskipun pusaka itu masih terpasang di jari Anta Sukmajang, dia tidak ragu untuk mengambilnya dan tentu saja dia menggenggam potongan tangan itu dengan tenang.“Kulihat kau tidak bisa menumbuhkan tanganmu? Apa yang terjadi, Sukmajang? Mungkinkah kekuatan magismu itu sudah menghilang?” Senyumnya yang dingin tidak memberikan perasaan yang baik. Dia mencabut paksa cincin yang ada di tangan Anta Sukmajang. Dua cincin itu terpasang dengan kuat dan sulit untuk ia cabut. “Dan … kenapa kau diam? Adakah hal yang tak bisa kau sampaikan padaku, mulutmu terbuka lebar, Sukmajang! Terkejutkah dirimu
Baca selengkapnya
Akhir dan Tawaran
Ledakan energi yang terjadi beberapa saat lalu begitu kuat. Barata yang sudah menguras seluruh kekuatannya pun segera mendekati Anta Sukmajang yang terbujur tak berdaya di tanah. Langkahnya stabil saat mendekatinya walau pandangannya terkadang tidak jelas.Begitu ia melihat Anta Sukmajang dari dekat. Pemandangan yang menyedihkan ia lihat, Anta Sukmajang dipenuhi dengan darah dan luka di tubuhnya menganga hingga memperlihatkan dagingnya. Barata meletakkan tangannya ke hidung Anta Sukmajang untuk memeriksanya. Dia ingin memastikan jika Anta Sukmajang benar-benar tewas.“Apakah semudah ini? Ugh-“ Barata tidak merasakan hembusan udara dari hidung pria itu. Saat dia merasakannya, sontak dia merasa ini terlalu mudah. Dia tidak mengharapkan situasi akan berakhir seperti ini. Walaupun dia juga terluka dari pertarungan itu. Dia merasa pertarungan ini tidak begitu mengancam nyawanya dan tampak begitu mudah.“Inilah alasanku tak begitu suka berbicara deng
Baca selengkapnya
Membunuh Salangporo
Tawarannya benar-benar tidak bisa diterima. Salangporo melihat situasi di depannya sungguh tidak menguntungkan dan dia tahu jika Anta Sukmajang tidak lagi bernafas. Hal itu terbukti dengan keberadaan Barata yang terluka.Salangporo tidak bisa menerima keadaan ini. Selain itu, jika dia menerima tawaran Barata maka dia hanya akan mengkhianati kepercayaan yang telah diberikan oleh Keluarga Anta termasuk dengan Anta Sukmajang yang memberinya kepercayaan besar.“Aku tidak bisa menerima tawaranmu, Barata. Tidak ada yang bisa mendapatkan kepercayaanku, bahkan dirimu.kau memang keturunan Anta, tapi kau juga yang mengakhiri keluarga itu sampai pada keturunan terakhir. Darah Anta memang ada di dalam dirimu, Barata. Hanya saja, aku tak akan berada di bawahmu!!” Salangporo menunjukkan senyum yang merendahkan dirinya dan dia juga mengangkat senjatanya.Barata mendengarnya dengan senyum dingin. Ia mengerti betul jika Salangporo tidak akan menerima tawarannya. Hal
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2223242526
...
29
DMCA.com Protection Status