All Chapters of Sang Pendekar: Chapter 71 - Chapter 80
127 Chapters
Siasat Jahat Dari Martapada
Belum sempat membuka topeng dari pendekar itu. Tiba-tiba, datang hembusan angin kencang disertai buih dan asap tebal bergelombang menyelimuti para pendekar yang sudah tewas dan satu pendekar yang masih hidup itu.Tupaseng terkaget-kaget, kalau ia tidak mundur beberapa langkah ke belakang. Mungkin, ia pun akan terbawa masuk dan diselimuti gelombang asap yang disertai angin kencang itu.Asap itu pun bergumpal tebal dan melenyapkan keenam pendekar itu dari tempat tersebut. Entah siapa pelakunya, yang jelas hal itu dilakukan oleh orang yang sangat sakti dan mempunyai tingkat keilmuan tinggi."Aku rasa itu dilakukan oleh para pemberontak yang berada di Alas Gandok. Hal ini, harus segera kita laporkan kepada sang raja!" ujar sang senopati berkata lirih.Panglima Lintang berpaling ke arah Senopati Randu Aji, Berkatalah ia, "Tempat ini sudah tidak aman, kita harus segera berlalu dan melanjutkan perjalanan!"Ki Jasukarna pun sependapat dengan Panglima, "Ya, kamu bena
Read more
Pertarungan Di Bukit Tandingan
Martapada teramat murka dan ia segera membentak Panglima Lintang dengan kalimat-kalimat yang terlampau kasar dan tidak beradab, hingga sang panglima pun tidak bisa mengendalikan amarahnya."Kurang ajar," ucap Panglima Lintang segera mencabut kedang pusaka pemberian dari Ki Jasukarna.Meyaksikan kemarahan Panglima Lintang, Senopati Randu Aji, Ki Jasukarna dan lainnya hanya tersenyum-senyum mengamati pergerakan Panglima muda itu."Kau boleh melumpuhkan anak buahku. Namun, kau tidak akan pernah bisa mengalahkan aku dan Jajakilana," ucap Martapada sesumbar di hadapan sang panglima.Panglima Lintang tidak menghiraukan apa yang diucapkan oleh Martapada, ia segera mengerahkan kekuatan dan menodongkan pedang pusakanya dan langsung menyabetkan pedang tersebut ke arah Martapada.Memang sesuai dengan perkataan yang dilontarkannya, Martapada bukanlah pendekar biasa. Gerakan-gerakannya teramat lihai dan menarik perhatian penuh daripada yang menyaksikan laga pertarungan s
Read more
Jasinga Memburu Pemberontak
Setibanya di istana, Senopati Randu Aji dan Panglima Lintang serta beberapa orang yang ikut dengan mereka, mendapat sambutan hangat oleh para abdi dalem istana dan juga para petinggi kerajaan yang saat itu sedang berkumpul di pendapa bersama sang prabu.Para dayang istana pun segera diperintahkan oleh sang raja untuk menjamu mereka dengan makanan dan minuman istimewa, "Silahkan duduk!" ucap Prabu Erlangga tersenyum hangat menyambut kedatangan Biksu Yan Tong dan kedua muridnya serta Ki Jasukarna."Terima kasih, Gusti Prabu," jawab Biksu Yan Tong memberi hormat kepada sang raja.Begitu pula dengan Ki Jasukarna dan kedua murid Biksu Yan Tong, sebelum duduk mereka memberi hormat dengan menundukkan badan di hadapan sang rajaSenopati Randu Aji didampingi oleh istrinya--Nyimas Arumbi, sudah duduk di samping Prabu Erlangga yang didampingi oleh Nyimas Arimbi sebagai permaisurinya.Sementara Panglima Lintang duduk sejajar bersebelahan dengan Biksu Yan Tong, Ki Bayu S
Read more
Rasa Putus Asa Prabu Durdona
Prabu Durdona terus mengalami kegagalan dalam merancang strategi penyerangan terhadap kerajaan kecil di selatan wilayah kerajaannya. Hingga dalam benaknya tumbuh rasa ketidak percayaan terhadap para punggawanya sendiri."Hamba rasa ini semua harus dihentikan sejenak, sejauh ini kita sudah banyak kehilangan wadiya balad, Gusti Prabu!" Panglima Bidukara berbisik lirih kepada sang raja.Prabu Durdona menghela nafas dalam-dalam, kemudian membuangnya perlahan sembari berpaling ke arah sang senopati, "Tetapi aku tidak bisa melepaskan diri dari keinginan kuat untuk menguasai kerajaan kecil itu, tentunya sangat mempengaruhi jiwa dan pikiranku ini," ujar Prabu Durdona."Sepertinya kita memang harus berupaya keras dalam menguasai kerajaan kecil yang kaya akan sumber daya alam itu. Akan tetapi, ada baiknya jika jeda terlebih dahulu, Gusti Prabu!" Senopati Bidukara menyahuti ucapan Prabu Durdona dan menyarankan untuk menghentikan rencana serangan berikutnya.Tiba-tiba, Prabu
Read more
Jebakan Untuk Panglima Jomara
Ketika tiba di belakang istana, Pramudita dan Wihesa berpapasan dengan kedua sosok pria berjubah merah. Dari masing-masing punggung kedua pria tidak dikenal itu tampak menyanggul sebilah pedang."Hai! Siapa kalian?" teriak Wihesa segera menghampiri kedua pria tersebut.Pramudita pun tidak tinggal diam, ia segera melangkah menghampiri Wihesa yang sudah berhadap-hadapan dengan kedua pria berjubah merah itu."Kami adalah dua iblis merah," jawab salah satu dari kedua pria itu berkata penuh kelembutan dan tidak menampakkan sikap angkuh di hadapan Wihesa dan Pramudita."Apa maksud kedatangan kalian ke istana ini?" tanya Pramudita dengan sorot mata tajam memandang wajah kedua pria yang mengaku sebagai iblis merah itu.Mereka tampak santai dan tidak bereaksi apa-apa. Meskipun, Wihesa dan Pramudita sudah pasang kuda-kuda dan siap melakukan serangan. Berkatalah salah satu dari kedua pria yang menamakan diri mereka sebagai dua iblis merah itu, "Mohon maaf atas kelancan
Read more
Kematian Panglima Jomara
Kemudian, Panglima Jomara kembali mengarahkan pandangannya ke sekeliling tempat tersebut. Berteriaklah ia, "Wihesa ... keluarlah!"Namun, tetap saja tidak ada sahutan, sehingga emosi di dalam kepala Jomara semakin meningkat, "Jangan jadi pengecut kau!" teriaknya lagi sembari menghentakkan tanah, sehingga menimbulkan guncangan seperti gempa.Tanpa terduga, Wihesa dan Pramudita sudah berada pada jarak tidak terlalu jauh dari posisi Panglima Jomara, Wihesa dan Pramudita tertawa mengekeh, "Hahahaha ...." Dan mereka segera berbalik badan.Dengan sorot mata tajam dan sinis menatap wajah Panglima Jomara yang termangu-mangu di hadapan mereka.Panglima Jomara tampak kaget, ternyata yang membawanya tiba di lembah itu, benar-benar kedua panglima yang selama ini menjadi pesaingnya di kerajaan yang selalu berbeda pendapat dengannya.Panglima Jomara tampak geram dan marah besar terhadap kedua petinggi istana itu, yang dengan sengaja merancang siasat untuk membinasakannya, "Kalian a
Read more
Rencana Besar Dari Prabu Erlangga
Sebulan setelah kabar hilangnya Panglima Jomara, kerajaan Kuta Waluya semakin di hadapkan dengan kekacauan. Para petinggi istana pun saling menuduh satu sama lain, sehingga menimbulkan kegelisahan dan kekhawatiran tinggi dari sang raja.Kabar tersebut sudah sampai ke telinga Prabu Erlangga. Hingga tumbuh sebuah gagasan dari Prabu Erlangga untuk segera mengunjungi perbatasan-perbatasan wilayah kerajaan Sanggabuana dengan wilayah kerajaan Kuta Waluya dan wilayah kerajaan lainnya.Bukan hanya itu, Prabu Erlangga pun berniat mengunjungi kerajaan Randakala sebagai bentuk dukungan dari kerajaan Sanggabuana terhadap pemerintahan kerajaan tersebut, sekaligus memantau perkembangan pembangunan tembok pembatas di wilayah kerajaan Randakala yang merupakan tempat lahir mendiang Prabu Sanjaya--ayahanda Prabu Erlangga.Berkatalah sang raja di hadapan para petinggi istana, yang pagi itu sengaja dikumpulkan untuk membahas terkait permasalahan yang sedang kisruh di kerajaan Kuta Waluya
Read more
Jaka Kelana Sang Pendekar Dari Alas Purba
Setelah tiba di hutan yang masih berada di wilayah Kuta Tandingan, tiba-tiba ada seorang pendekar dengan memacu derap kudanya kencang menghampiri rombongan sang raja yang hendak masuk ke dalam hutan tersebut.Pendekar itu kemudian meloncat turun dari kudanya, ia segera menghampiri rombongan sang raja. Memberi salam hormat sambil berkata, "Hamba menjadi cemas, Gusti Prabu. Karena justru rombongan ini datang terlampau cepat dari rencana. Syukurlah, kalau tidak terjadi sesuatu atas, Gusti Prabu."Panglima Lintang terheran-heran melihat sikap pendekar tersebut yang sama sekali tidak ia kenali. Dada sang panglima berdesir mendengar sambutan dari pendekar itu, tampak sangat ajrih (hormat) terhadap sang raja.Prabu Erlangga berpaling ke arah Panglima Lintang, mereka saling bertatap-tatapan. Kemudian, sang raja berpaling lagi kepada pendekar itu, "Mohon maaf sebelumnya, kau ini siapa, Pendekar?" tanya sang raja tampak penasaran."Ampun, Gusti Prabu. Hamba Jaka Kelana, ha
Read more
Jurus Sambar Petir Dari Jaka Kelana
Tanpa terduga, tubuh Jaka Kelana memutar kencang laksana sebuah gangsing. Sering dengan keluarnya kilatan-kilatan mirip sekali dengan petir dalam tubuh Jaka kelana, dan kilatan petir itu mulai melesat dan mengarah kepada tubuh kedua pendekar itu.Sambaran yang sangat mematikan, Dukiwang dan Kumbolo memekik keras dan tubuhnya berapi-api, laksana kayu kering yang terbakar api hinggap dan berkobar di tubuh kedua pendekar sombong itu.Hingga tubuh mereka pun hangus dan hancur lebur terhantam dahsyatnya jurus Sambar Petir yang dimiliki oleh Jaka Kelana. Bunyi gelegar dan dentuman keras mewarnai ajalnya kedua pendekar tersebut.Kegaduhan tersebut, dirasakan pula oleh sang raja dan rombongan yang sedang berada di dalam hutan. Prabu Erlangga terkaget-kaget mendengar bunyi dentuman dan gelegar bersahutan serta diiringi oleh guncangan bumi."Ada apa gerangan? Seperti ada sebuah kekuatan besar yang sedang berkecamuk di luar hutan ini," ucap sang raja meluruskan pandangannya
Read more
Prabu Erlangga Berkunjung Ke Kuta Gandok
Tujuh hari kemudian, sang raja beserta para pengawal pribadinya sudah melakukan perjalanan menuju ke kadipaten Kuta Gandok, untuk memantau pembangunan jalan dan tembok pembatas antara kerajaan Sanggabuana dengan kerajaan Kundar yang merupakan kerjaan dekat yang selama ini bersikap dingin terhadap kemajuan kerajaan Sanggabuana.Kerajaan Kundar dipimpin oleh seorang raja yang berlatar belakang dari kalangan rakyat biasa dan bukan berasal dari keturunan bangsawan. Prabu Domala dulunya merupakan seorang prajurit senior yang mengambil alih kekuasaan ketika para petinggi istana Kundar sudah tewas semua akibat serangan agresi besar-besaran dari kerajaan Yanang.Berkat dukungan penuh dari mendiang Prabu Sanjaya di masa kejayaan kerajaan Kuta Tandingan, Domala akhirnya mendapatkan kepercayaan dari rakyat untuk menjadi pemimpin di kerajaan tersebut.***Setibanya di lokasi pembangunan tembok raksasa tersebut. Prabu Erlang dengan didampingi oleh Panglima Lintang dan Jaka Ke
Read more
PREV
1
...
678910
...
13
DMCA.com Protection Status