Lahat ng Kabanata ng Sang Pendekar: Kabanata 91 - Kabanata 100
127 Kabanata
Janeka Tergugah Hatinya
Ketika gelap mulai menyelimuti malam. Jiwa dan pikiran Panglima Janeka terus terbayang-bayang dengan perbuatan kejinya di masa lalu, sekejap pun ia tidak dapat memejamkan matanya. Wajah orang-orang yang pernah ia perlakukan keji selalu membayang di pelupuk matanya, sehingga bayangan itu kemudian menjadi beban yang semakin lama semakin berat tumbuh di dalam hatinya. "Raden, apakah dirimu tidak merasa ngantuk?" tanya Ki Jalamangkara datang dan langsung duduk di samping Panglima Janeka.Panglima Janeka sedikit kaget dan segera berpaling ke arah Ki Jalamangkara yang sudah berada di sebelahnya."Belum, Ki. Aku terus terbayang-bayang akan kekejian yang pernah aku perbuat selama aku menjadi seorang punggawa kerajaan," jawab Panglima Janeka lirih."Raden sudah terlampau berlebihan dalam memikirkan hal itu. Sebaiknya, Raden lupakan saja. Ingat! Setiap manusia pasti pernah mengalami hal buruk dalam kehidupannya masing-masing!" kata Ki Jalamangkara merasa simpati den
Magbasa pa
Tugas Baru Untuk Janeka
Keesokan harinya, di masa tengah hari, Ki Jalamangkara dan Panglima Janeka sudah tiba di istana untuk segera menghadap sang raja. Mereka tiba di istana diantar oleh Dukuwar dengan menggunakan kereta kuda miliknya.Keduanya memang mempunyai niat dan tujuan yang sama. Baik itu Panglima Janeka maupun Ki Jalamangkara, mereka sangat menginginkan untuk mengabdi di istana kerajaan Sanggabuana.Akan tetapi, mereka tidak diperbolehkan masuk ke istana oleh para prajurit penjaga gerbang istana yang bertugas. Namun, Ki Jalamangkara terus berusaha meyakinkan para prajurit itu, untuk mengizinkannya masuk ke dalam istana. "Baiklah, kalian tunggu di sini. Aku akan memberitahukan sang raja!" ucap prajurit itu, segera melangkah menuju ke arah pendapa istana yang kebetulan siang itu sang raja sedang berbincang santai bersama Maha Patih Amangkubumi Randu Aji. Mereka sedang membahas tentang penambahan pasukan untuk segera dikirim hari itu juga, ke wilayah Waluya Jaya yang kini sudah menjadi ba
Magbasa pa
Harapan Baru Di Tanah Waluya Jaya
Memang secara tidak langsung, Panglima Janeka menganggap peristiwa yang sudah terjadi itu bukan peristiwa yang penting baginya. Namun, ia akan bertekad untuk melenyapkan para pemberontak itu, jika memang terbukti berada di dalam hutan tersebut dan mencoba menghalangi perjalanannya menuju ke wilayah Kepatihan Waluya Jaya.Berkata salah seorang prajurit yang digelisahkan oleh ketidak pastian dari dua prajurit yang tak kunjung tiba, setelah diperintahkan oleh Darunda untuk melakukan pengintaian di sepanjang jalan yang hendak dilewati oleh rombongan pasukan kerajaan Sanggabuana yang dipimpin oleh panglima pertahanan--Raden Janeka."Aku mencemaskan mereka, hingga saat ini mereka tak kunjung datang," desis prajurit itu, berkata di hadapan Darunda."Baiklah kita tetap berjalan ke timur sesuai rute yang disarankan oleh sang panglima. Semoga saja, mereka masih dalam keadaan selamat!" jawab Darunda lirih mulai memperlambat laju kudanya, mengimbangi para prajurit yang hanya berj
Magbasa pa
Tewasnya Panglima Kumari Di Alas Gandok
Prabu Wihesa teramat murka ketika mengetahui bahwa Panglima Janeka sudah menjadi seorang panglima pertahanan baru yang bertugas di wilayah kepatihan Waluya Jaya. Kabar tersebut, sangat menjadi suatu tamparan keras baginya, hingga perasaan dan jiwa sang raja."Harusnya aku binasakan dia sedari dulu," desis Wihesa geram.Prabu Wihesa menghela nafas panjang, dan berpaling ke arah Maha Patih Daksasana. Berkata Prabu Wihesa disertai emosi yang begitu tinggi, "Tiga hari ke depan kita serang pos penjagaan yang ada di perbatasan dan ini harus dilakukan dengan senyap dan hanya 100 prajurit pilihan yang boleh melakukan tugas ini!" tegasnya dengan sorot mata tajam memandang wajah Maha Patih Daksasana."Baik, Gusti Prabu. Hamba faham dengan tugas ini, kemungkinan di malam ketiga di hari yang Gusti Prabu tentukan setidaknya kita dapat melakukan teror dan membunuh para penjaga pos keamanan tersebut," ujar sang maha patih."Ya, seperti itu. Tugas ini aku serahkan kepada Panglim
Magbasa pa
Siasat Dari Adipati Dangkulan
Prabu Wihesa sudah tampak prustasi, dengan kegagalan para prajuritnya yang berangkat ke Alas Gandok, menuai kekalahan telak. Bukanlah para pemberontak yang dibinasakan oleh para prajuritnya, justru sebaliknya mereka jadi bulan-bulanan para prajurit pemberontak."Hamba sarankan, Gusti Prabu harus tenang!" kata Maha Patih Daksasana sedikit menyarankan sang raja agar tidak terlalu panik dengan tewasnya ratusan prajurit kerajaan dan juga seorang panglima andalannya itu.Raut wajah Prabu Wihesa tampak memucat duduk di singgasana dengan sederet kegundahan dan rasa kesal menyelimuti jiwa dan pikirannya kala itu."Bagaimana aku bisa tenang, Maha Patih. Kau lihat sendiri pemberontak terus berkeliaran di wilayah kerajaan kita, Waluya Jaya sudah terlepas dan beberapa kadipaten mulai dibayang-bayangi oleh pemberontakkan!" Prabu Wihesa tampak geram dan sudah kehilangan gagasan, ia tampak pusing dalam memikirkan bagaimana caranya menanggulangi arus pemberontakkan yang semakin hari
Magbasa pa
Hilangnya Prabu Erlangga
Keesokan harinya, para prajurit kerajaan Sanggabuana yang bertugas di kadipaten Kuta Gandok sudah bersiap untuk melakukan serangkaian tembakkan meriam-meriam yang sudah disiagakan itu, untuk menggempur basis pertahanan para pemberontak yang berada di dalam hutan tidak jauh dari pemukiman penduduk yang ada di desa tersebut."Apakah serangan itu akan dimulai sekarang, Panglima?" tanya Rungga menatap wajah Panglima Jasinga."Lakukan sekarang!" tegas sang panglima segera memerintahkan prajuritnya itu.Demikian, setelah mendapatkan persetujuan dari sang panglima, Rungga yang merupakan prajurit senior langsung memerintahkan para prajurit lainnya untuk segera menembakkan meriam-meriam itu ke arah sasaran utama yang berada di kedalaman rimba tersebut.Rungga mengangkat pedang tinggi dan berteriak kencang, "Tembak!" seru Rungga.Para prajurit itu pun segera melaksanakan tugas dari pimpinannya itu. Meriam-meriam tersebut, merupakan persenjataan canggih yang diimpor da
Magbasa pa
Penyamaran Prabu Erlangga
Kemudian Prabu Erlangga bertanya lagi kepada sang pemilik warung itu, "Apakah Panglima Janeka melaksanakan tugas di Kepatihan ini cukup baik, atau sebaliknya, Ki?"Ki Barga menggelengkan kepalanya. Lalu, ia menjawab pertanyaan sang raja, “Aku tidak mengetahuinya dengan jelas. Aku hanya mendengar dari orang-orang yang sering datang ke warungku, termasuk para prajurit yang bertugas keliling mengamankan desa ini yang sering singgah dan makan di sini," terang Ki Barga.Kemudian, ia berkata lagi, "Mereka mengatakan kalau Panglima Janeka memang seorang pemimpin yang baik dan sangat disukai oleh para prajuritnya," tandas Ki Barga menyampaikan apa yang dengar dari para prajurit yang sering singgah di warungnya.Prabu Erlangga menjadi termangu-mangu. Berkata dalam hatinya, "Ternyata Janeka tidak pernah surut niat baiknya, dan terus berusaha menjadi orang baik."Demikianlah, perbincangan Ki Barga dengan Prabu Erlangga yang masih menyembunyikan identitasnya itu, berla
Magbasa pa
Pertarungan Panglima Janeka Dengan Prabu Erlangga
Seketika, ruang terbuka itu menjadi arena pertarungan yang cukup sengit antara sang raja dengan panglimanya sendiri. Sejatinya, Panglima Janeka belum mengetahui kalau musuh yang dihadapinya adalah sang junjungannya sendiri yang sedang melakukan penyamaran dan menguji dirinya.Sabetan pedang terus dilancarkan oleh Panglima Janeka ke arah sang raja, dengan penuh kelihaian dan ketangkasan sang raja terus menangkis alur serangan dari Panglima Janeka. Hingga pada akhirnya, sang raja menghentakkan kaki tiga kali ke tanah, sehingga terjadi guncangan dahsyat laksana sebuah gempa yang menggetarkan seluruh wilayah kepatihan Waluya Jaya.Diam-diam, Darunda rupanya mulai memahami bahwa orang yang mempunyai jurus guncang bumi hanyalah sang raja. Lantas, ia pun segera menyeru kepada Panglima Janeka, "Hentikan, Panglima!" teriak Darunda meloncat tinggi dan mendarat di tengah-tengah posisi Panglima Janeka yang sedang berhadapan dengan Prabu Erlangga."Jangan kau lanjutkan pertarungan
Magbasa pa
Kabar Baik Dari Sang Raja
Sepulang dari kunjungannya ke kerajaan Kundar, Panglima Pertahanan Raden Jaka Kelana, Senopati Lintang dan Ki Jasukarna, langsung duduk bersama di pendapa istana istana kepatihan amangkubumi.Hadir pula pimpinan Kepatihan Kuta Tandingan Barat Raden Patih Aryadana, dan dari Kepatihan Kuta Tandingan Barat, Raden Patih Anggadita serta Adipati Sargeni dan Adipati Soarna. Mereka berkumpul atas undangan dari Maha Patih Amangkubumi Randu Aji yang hendak membahas kasus hilangnya sang raja."Mohon maaf sebelumnya, hamba tiga hari yang lalu menemukan tempat yang diduga kuat sebagai tempat pertarungan yang begitu sengit," ujar Adipati Soarna berbicara di hadapan maha patih agung dan para tamu-tamunya itu.Raden Maha Patih Randu Aji mengerutkan keningnya, kemudian ia berkata lirih menanggapi ucapan dari sang adipati, "Di manakah lokasi yang Adipati temukan itu?" tanya sang maha patih meluruskan pandangannya ke wajah Adipati Soarna.Dengan lirihnya sang adipati pun menjawab p
Magbasa pa
Bentrokan Di Perbatasan
Arimbi tampak semringah dan bahagia mendengar kabar sang raja masih hidup dan dalam keadaan baik-baik saja."Sungguh?" tanya sang permaisuri menatap tajam wajah seorang prajurit wanita yang berdiri di hadapannya itu.Dengan bersikap ajrih prajurit itu pun menjawab, "Iya, Gusti Ratu. Beberapa saat yang lalu ada dua prajurit dari kepatihan Waluya Jaya yang datang menghadap sang maha patih. Mereka mengabarkan, kalau gusti prabu dalam keadaan baik-baik saja dan menugaskan mereka untuk menjemput Gusti Ratu.""Baiklah, kau tunggu di luar dan katakan kepada Panglima Jaka Kelana segera siapkan kereta kencana!" ujar sang permaisuri."Baik, Gusti Ratu." Prajurit itu memberi hormat dan langsung berlalu dari hadapan sang permaisuri.Prajurit wanita itu langsung menghadap Panglima Jaka Kelana, dan menyampaikan pesan dari Arimbi. "Baiklah, aku akan segera menyiapkan kereta kencana dan kau panggil 20 prajurit wanita untuk ikut!" kata Panglima Jaka Kelana."Baik, Pangl
Magbasa pa
PREV
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status