All Chapters of LES NOCES, LE MARIAGE: Chapter 21 - Chapter 30
63 Chapters
Chaptire 20
Aku menyerah! Sepengecut itu. Lagi-lagi aku bersifat pengecut dan tidak layak mendapatkan apa pun dari Anna. Anna. Anna-ku. Sedih sebenarnya. Tapi aku tahu, hirarki tertinggi mencintai seseorang adalah melepaskan dirinya asal dia bahagia. Aku tidak yakin Anna bahagia, tapi dia tidak akan pernah bahagia jika hidup bersamaku. Aku hanya melihat gumpalan awan dengan suara pesawat yang seperti radio rusak. Mengingat senyuman Anna, anak-anaknya yang lucu. Aku akan kembali menjadi pengecut dan tidak akan pernah muncul di hadapan Anna. Teringat percakapan bersama Mommy dan Ayah yang terlewat begitu saja. Mereka tidak dapat berbuat banyak. Walau akhirnya aku berdamai dengan ayahku. "Kamu kembali?" Suara Mommy bergetar. Aku hanya meminum air putih berkali-kali, sebenarnya ini keputusan terberat yang pernah kuambil. Anna sudah tidak menginginkan aku lagi, jadi apa yang kuharapkan? "Ya. Peker
Read more
Chaptire 21
Aku tahu, ini gila dan juga nekat, tapi, aku hanya ingin melakukan hal ini. Setelah berperang selama tiga minggu dan di sini aku berada, sebuah pesawat yang membawaku ke Amerika. Aku akan menuju California, sebuah perjalanan nekat yang akan menemui hasil atau mungkin menjumpai kekecewaan yang lain. Tapi, aku hanya ingin melakukan hal ini. Satu minggu, khusus untuk pelajari tentang kantor Go0gle dan aku sedikit tahu tentang suasana kantor tersebut. Diam-diam, aku merasa iri pada Danish sialan itu. Pantas saja dia mencampakkan aku demi pekerjaan di sana, bekerja di sana sangat menjanjikan dan dimanjakan. Aku menoleh ke samping, ke arah dua kurcaci milikku. Mereka ikut tentu saja. Sebenarnya, aku belum bisa mengatakan tentang kebenaran anak-anak Danish, aku ingin dia menyadari anak-anaknya sendiri, kalau dia sadar, jika dia yang telah menanam benih tersebut. Anak-anakku senang perjalanan ini, tapi sepertinya mereka sudah bosan. 
Read more
Chaptire 22
Mataku tak pernah lepas dari studio ini. Studio adalah apartemen satu ruangan dengan kamar mandi penuh. Dengan studio kecil dan sedikit sempit di mataku, walau area dapur sedikit terpisah, ruang makan dan tidur dengan bentuk L. Seperti berada dalam satu kamar hotel dan pasti akan terasa sangat membosankan. Anak-anakku tidak akan betah tinggal di tempat kecil seperti ini. Aku bahkan rela menabung hampir lima tahun demi membeli rumah yang nyaman, dan akhirnya kesampaian dan anak-anakku bebas berkeliaran di rumah. "Kenapa?" Danish berbalik dan bertanya, aku hanya menggeleng, mataku tak pernah lepas memperhatikan studio milik bujangan yang rapi sebenarnya dengan aroma kayu-kayuan khas laki-laki yang mengisi ruangan ini. "Berapa harga sewa sebulan?" "Kenapa? Kamu mau tinggal di sini? Kita bisa sewa apartemen yang punya dua kamar." Aku hanya mencibir. Memangnya siapa yang mau tinggal dengan ruangan kecil dan sempit yang memb
Read more
Chaptire 23
You're fighting me off like a firefighterSo tell me why you still get burnedYou say you're not, but you're still a liar'Cause I'm the one that you run to first Every time, yeahWhy do you try to deny itWhen you show up every nightAnd tell me that you want me but it's complicatedSo complicated. Betapa aku mencintai dirinya, saat dia pergi jauh lagi-lagi aku mengejarnya. Harusnya laki-laki sial itu bersyukur, bisa dicintai sebesar ini. Dalam hubungan kami, rasanya hanya aku yang berjuang.  Aku meremas rambutku dengan kebodohan demi kebodohan yang kulakukan membuat dia semakin semena-mena padaku.  "Anna. Kenapa kamu harus bertemu dengan laki-laki ini?" A
Read more
Chaptire 24
"Minggir!"Aku mendorong wajahnya yang terus saja menempel seperti bayi koala. "Aku belum sikat gigi." Dia menggeleng, aku langsung menarik hidungnya. "Pagi, Sayang. Pasti semalam cukup dapat banyak suntikan vitamin. Mungkin kita bisa mencoba satu kali lagi? Sebelum anak-anak bangun." Ugh... Nih laki mesumnya memang tak pernah hilang. Dia terus menempel saat aku sedang menyiapkan sarapan untuk anak-anakku. Celine dan Celena bangun pagi harus sarapan, minun susu, makan buah. "Kamu biasa sarapan apa?" "Sarapan kamu aja." Aku langsung menunjukkan pisau yang kupegang ke arah Danish. Dia terkekeh, mendekat ke arahku memeluk dari belakang, dan meremas payudaraku. "Aku lagi pegang pisau." "Papa juga punya pisau. Namanya Tiger, nggak tajam sih, tapi bisa bengkak." Aku menyipit ke arahnya. Apa maksudnya? "Apanya bengkak?" "Perutnya, bengkak selama sembilan bulan. Hehehe
Read more
Chaptire 25
Ayahku pahlawanku. Aku menarik napas panjang. Hari ini akan dilaksanakan Hari Ayah dan anak-anakku begitu antusias, sosok ayah superhero melekat terus di imajinasi mereka. Semalam, aku sudah menelpon ayahku untuk hadir dan jadi ayah untuk Celine dan Celena. Mau bagaimana lagi, mereka pasti semangat akan ikut, dan aku ingin membuat mereka senang, sebenarnya aku tidak masalah berperan jadi ayah di sana, tapi akhirnya aku meminta Ayah untuk jadi ayah untuk Celine dan Celena. Mereka sudah memakai pakaian seragam. Kemeja krem dan rok berwarna hijau army, rambut diikat ke dua ke atas. Aku sedang mengikat rambut Celine. "Anak Bunda memang cantik-cantik." Aku mencium pipi Celine dan dia tersenyum, menampilkan gigi susunya yang terlihat rapi. Saat mereka masih bayi aku berjuang sendirian. Bukan hal yang mudah, dengan usia yang labil dan rentan emosi, membuatku sering meledak-ledak. Beruntung, aku punya orang tua yang selalu sup
Read more
Chaptire 26
Mataku langsung melotot saat dia merebut air kepala milikku dan dia terkekeh seperti orang gila setelah menandaskan setengah minuman itu dan mencium pipiku. "Udah selesai bimbingan?" Tangannya dia rekatkan ke bahuku dan mengelus-elusnya. Aku tersenyum, dan menoleh ke sampingnya, menghirup sebanyak mungkin aroma parfum khas cowok yang sudah dia pakai sejak SMA. Tanganku terulur untuk merapikan rambutnya, tidak, rambutnya tidak berantakan, hanya saja aku senang melakukan itu. Duduk di pangkuannya, bermanja-manja bersamanya, menciumnya dan meremas-remas rambut itu, dan dia suka dengan hal yang sama walau dalam konteks yang lebih mesum. "Mau pulang sekarang?" Aku menarik napas panjang dan ikut berdiri saat dia menarik pinggangku dan mengeratkan pelukannya. Saat aku melirik banyak pasang mata menatap ke arah kami, ada yang menatap penuh iri, ada yang diam-diam berbisik. Aku sudah terbiasa dengan tatapan itu, dan seluruh penghuni fakultas tahu, Anna
Read more
Chaptire 27
Aku mencintainya melebihi apa pun. Itu sudah jelas sekali. Tapi bagaimana mungkin? Saat angin bertiup kencang dan mengenai rambutnya yang hitam legam, dia kembali menatapku, dengan perasaan gamang. Kami sama-sama terjebak di situasi yang tidak mengenakkan. Dia menarik napas panjang, bersandar di tiang dan kembali menatapku. Aku juga menatapnya penuh cinta, tapi, keputusan untuk hidup bersama masih mengawang. Aku mendekat ke arahnya, dia menangkap tubuhku dan merangkapnya, hal-hal kecil dan semua sentuhan kecil yang dia berikan membuatku terlena. Dia tersenyum ke arahku dan mengelus-elus wajahku, kebiasaan aneh yang akhirnya kujadikan sebagai hal yang akan kurindukan dari seorang Danish. "Pikirkan lagi. Tidakah kamu ingin menikah bersamaku?" Dia menggenggam tanganku, dan aku menunduk melihat jemari kami yang bertautan. "Anna." Lagi, panggilan dan suara itu membuat kupu-kupu berterbangan dari perutku. 
Read more
Chaptire 28
Danish. Tidak ada yang bisa mengalahkan rasa cinta ini untuknya, aku sangat mencintai Anna dan itu sudah jelas. Aku hanya menelan ludahku kasar, sangat tidak siap sama sekali, jika itu yang kalian tanyakan. Aku mencintai Anna, tapi, tidak untuk menikah sekarang. Aku membasahi bibirku, memikirkan startegi apa yang seharusnya kuambil. Kuapit satu batang rokok di antara celah bibir. Tidak, aku bukan seorang pencandu nikotin, tapi, aku seperti kalah sebelum berperang. Melakukan hal gila yang seharusnya aku tidak yakin. Aku hanya duduk di balkon kamar sambil menerawang kosong, berkali-kali menyugar rambut. Aku menutupi mataku, meresapi semua keraguan yang terasa sangat mencekik. Seperti adegan biasanya, ibuku sangat mengerti keresahan apa yang aku rasakan, dia mengintip dari kamarku dan saat aku menoleh, maka, dia akan bergabung. Dengan beberapa potong donat dengan meses cokelat di atasnya, dan meletakan di dep
Read more
Chaptire 29
Pernah terbayangkan tentang sebuah pernikahan?Semua orang punya goals menikah masing-masing, punya impian sendiri bagaimana konsep pernikahan itu, bagaimana pernikahan sakral itu terjadi. Aku akan menuju pernikahan impian bersama laki-laki yang kucintai dan itu impian terbesarku. Menikah bersama Danish. Lamaran adalah langkah awal bukti nyata keseriusan sebuah hubungan sebelum melangsungkan pernikahan.Hari ini telah tiba, dia akan melamarku. Aku menutupi mataku dan merasakan kebahagiaan yang menyelimuti hatiku, bahagia yang tiada tandingnya. Bercita-cita menikah bersama Danish dan selangkah lagi impian itu akhirnya bisa terpenuhi. Bukankah kisah percintaanku begitu mulus? Membuka mataku dan melihat sang makeup artis mengoles-oles makeup di wajahku. Dengan kebaya brokat berwarna pink nude membungkus sempurna di tubuhku. Rambut disanggul ke atas aku merasa secantik Barbara Palvin.Dengan tersenyum
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status