All Chapters of Saya dan Miliarder Cantik: Chapter 21 - Chapter 30
40 Chapters
Bab 21: Pertengkaran Kecil
Keesokan pagi mereka bersiap-siap kembali ke pusat kota. Sebelum itu, Hillary mengambil kesempatan membersihkan diri, karena sejak disekap sama sekali tidak diizinkan menjalankan kebiasaannya untuk mandi di pagi hari. Tadi, suasana cukup sendu karena pertemuan dua orang sahabat setelah melalui kejadian buruk. Mateo memberikan ruang bagi mereka berbicara dan memutuskan untuk menunggu di luar saja. Selesai dengan pembicaraannya, Serina keluar dari ruangan agar bisa menyapa pria yang telah membantu mereka. Beberapa hari yang lalu adalah waktu yang cukup gelisah dan sekarang sudah tidak lagi karena dia telah melihat Hillary yang sudah baik-baik saja, suasana hatinya cukup bagus karena hal tersebut. Mateo bergeming akan isapan rokoknya meski tahu seseorang datang. "Apa kita sudah bisa pergi?" ucapnya. "Belum. Hillary sedang mandi sekarang." Mateo mengarahkan tatapannya lurus ke depan kembali, menghadap pemandangan berselimut kabut yang tampak. Dia hanya tidur sela
Read more
Bab 22: Keputusan Tersulit
Mateo tidak mengubah pandangan mata ke arah lain. Dia sangat marah setelah apa yang terjadi pada Hillary, seseorang yang tidak ada kaitan sama sekali dengan kehidupannya. "Apa yang membuatmu terlihat begitu menyeramkan, Mateo?" "Tidak perlu menyebutkan alasannya, kau pasti juga sudah tahu." "Baiklah. Aku tidak akan berpura-pura lagi. Kedatanganmu sampai bersedia muncul di kediamanku, pasti ingin memperingati agar aku tidak lagi mengusik kehidupanmu dan juga para wanitamu, bukan? Sebenarnya aku juga tidak ingin melakukan hal itu, tapi posisi Hoai Group akan terancam jika kau tidak menyingkirkan mereka secepatnya. Mereka adalah kutu-kutu kecil yang akan terus menjadi parasit dan semua orang membenci simbiosis yang seperti itu." Tangan Mateo mengepal kuat. "Aku akan membereskannya dengan caraku. Tidak perlu ikut campur." "Kau tidak bisa membereskannya setelah cukup lama berinteraksi dengan wartawan muda itu. Dan lagi, tidak ada yang bisa melarangku untuk ikut campur
Read more
Bab 23: Rencana untuk Hillary
Keputusan akhir yang Mateo buat adalah menerima tawaran untuk bekerja sama. Ini tidaklah mudah, mengingat ada seseorang yang harus dia lindungi dan bisa saja terancam akibat pemberontakan dari dalam dirinya. "Benarkah?" Serina masih tidak tahu bagaimana untuk menanggapi. Dia seharusnya senang, bukan? Pekerjaannya mendapatkan kemajuan, cepat pula untuk menggali berita dan mencari tahu dalang dari pembunuhan berantai. "Kalau begitu, itu sangat bagus," ucapnya lagi. "Lalu, apa rencanamu selanjutnya?" "Rencana? Ya, kau benar. Rencana, rencana ...." "Jangan katakan kalau kau tidak memilikinya? Bagaimana bisa aku mempercayakan hidupku pada orang sepertimu?" Mateo bangkit dari duduknya, lalu beranjak pergi. Dia tidak habis pikir dan sepertinya akan percuma jika terus berada di sana. Serina yang melihat kepergian itu langsung berkata, "Tunggu! Tunggu sebentar! Aku harus mengerjakan hal lain untuk saat ini. Kau benar, aku tidak bisa melibatkan Hillary lebih jauh.
Read more
Bab 24: Pengawal Satu Minggu
Mateo tidak mendengar sahutan dari dalam kamar adiknya setelah beberapa kali memanggil dan mengetuk pintu, tampaknya Bellmira masih marah padanya. Dia tidak memungkiri kesalahan yang telah dia lakukan. Masih tidak ada respons apa-apa, akhirnya Mateo memutuskan untuk meletakkan hadiah ulang tahun di depan pintu kamar, berharap kemarahan sang adik akan berkurang. Menuruni anak tangga, Mateo melihat orang yang membuat dia berdiri di depan pintu begitu lama tadinya sedang berselonjor di kursi pelanggan. Pantas saja tidak ada yang menyahuti, ternyata Bellmira tidak berada di dalam kamar. "Kita tidak akan membuka rumah makan satu minggu ke depan. Selama itu, kau bisa belajar untuk kenaikan kelasmu." Bellmira tidak menjawab, hanya melemparkan tatapannya ke arah lain. Sangat jelas kalau masih kecewa. Mateo mengembuskan napas. Dia berusaha memikirkan cara agar adiknya mau bicara. "Meera, bagaimana pendapatmu mengenai janggut dan juga kumisku?" Topik pembicaraan it
Read more
Bab 25: Mengakhiri Malam dengan Borgol
Pasangan yang sedang menikmati makan malam ditemani satu gelas anggur itu asyik bercakap-cakap menggunakan bahasa yang mereka mengerti. Meskipun berasal dari negara berbeda, akan tetapi Shohei tidak kaku. Hal itu menambah nilai plus untuk Hillary yang sudah mengidolakan atlet bisbol tersebut. Mateo sendiri yang tempat berdirinya ada di belakang Hillary, mau tidak mau juga mendengar percakapan. Dia hanya bersikap seperti tidak tahu apa-apa, karena itu adalah kode etik dari seorang pengawal. "Mulanya aku berpikir akan menyesal menerima acara makan malam ini, tetapi setelah kita berbincang, sepertinya tidak." Shohei tersenyum. "Aku merasa kalau kita bisa menjadi dekat lagi setelah ini." Pernyataan yang begitu gamblang. Hillary masih tidak menyangka jika dia akan duduk di depan sang idola, berbincang, makan bersama. Apalagi pernyataan tadi membuat dia semakin bahagia. "Aku menantikannya." Hillary mengangkat gelas anggurnya, lalu mereka bersulang. Tidak lama waktu
Read more
Bab 26: Pembebasan Mateo
Mateo mendapatkan hukumannya. Dia ditahan dengan alasan tidak membawa surat izin berkendara, sedangkan pengemudi truk dibebaskan. Hal itu memicu kemarahan Serina yang mengetahui situasi sebenarnya. "Nyawa tiga orang hampir lenyap malam ini dan kalian membiarkan pelakunya bebas?! Semua tidak masuk akal! Di mana letak kebenaran di negeri ini?!" Serina sudah merah kedua matanya akibat menahan kemarahan. Dia tidak berhenti bersuara sejak tadi, melontarkan kalimat apa pun untuk pembebasan. "Maaf, Nona. Anda sudah mendengar sendiri penjelasan dari pengemudi truk. Cahaya yang silau membuatnya kesulitan saat berkendara. Dia juga sudah meminta maaf karena menimbulkan keributan dan membuat banyak orang menjadi khawatir. Kami tidak menangkapnya karena memiliki surat yang lengkap, sedangkan tuan Mateo tidak memilikinya.” Serina mengepalkan tangan, hampir ingin melayangkan tinjunya namun lagi-lagi niatnya dicegah oleh suara Mateo yang memanggil namanya dari balik jeruji besi. "Ka
Read more
Bab 27: Golding Group
Mateo melirik wanita yang mengemudikan mobil, lalu memperhatikan cermin tengah untuk melihat keberadaan sang pengacara. Suasana sangat tenang dengan hanya deru mesin yang halus sebagai penghias perjalanan. "Terima kasih, sudah membantuku." Hillary menoleh pada pria yang duduk di sampingnya sebentar, lalu memfokuskan pandangan ke depan kembali. "Tidak perlu mengucapkan terima kasih. Aku hanya geram pada mereka yang menyalahgunakan wewenang, mengambil keputusan yang memberatkan sebelah pihak, padahal sudah jelas siapa yang bersalah. Seharusnya aku yang berterima kasih padamu, karena telah berusaha menyelamatkan kami, meskipun mobil kesayanganku harus berada di bengkel sekarang. Siapa yang tidak setuju kalau di saat seperti itu nyawa lebih berharga daripada harta? Aku bersyukur masih dibiarkan hidup." Mobil berhenti tidak jauh dari satu kafe, mereka semua melirik ke arah yang sama. Orang-orang tampak bersantai, beberapa juga tampak terburu setelah selesai memesan. Pelan
Read more
Bab 28: Utang Budi
Hillary tertawa lebar, tidak tahan dengan situasi yang begitu lucu. Dia sama sekali tidak memiliki maksud buruk dengan mempertanyakan sesuatu yang nyatanya membuat Mateo langsung berpikir kalau itu merupakan masalah besar. "Kenapa tertawa? Aku meninggalkan tempatku sebentar untuk menghubungi adikku. Pintu ruanganmu bisa terlihat dari meja sekretaris dan aku bisa memastikan kalau tidak ada yang masuk ke ruanganmu sejak tadi." Hillary mengusap ekor mata yang menjadi bukti kalau apa yang terjadi sangat menggelikan. "Aku tidak menyangka jika kau orang yang begitu lucu." Sekretaris sendiri yang ikut menyaksikan tidak berpikir demikian. Dia sampai tidak berani menolak keinginan Mateo untuk menggunakan telepon karena takut jikalau hal buruk terjadi padanya. "Aku tidak bermaksud untuk bergurau. Perkataan tadi serius, bahwa—" "Aku bisa memasukkan beban biaya panggilanmu dan juga burger yang kau makan ke dalam tagihan? Aku sudah mendengarnya dengan jelas, bahkan juga m
Read more
Bab 29: Asap dan Api
Sampai di perusahaan, batang hidung Serina sudah terlihat. Meja di hadapannya penuh oleh makanan seperti tidak memikirkan, apakah akan habis atau tidak. "Oh, kalian sudah datang? Duduklah. Aku sudah memesan makanan," ucap Serina, sibuk menyantap makanan kembali. "Kau membuat ruanganku menjadi berantakan," ucap Hillary. "Ruanganmu tidak akan berantakan lagi jika kita menghabiskannya. Sudah lewat dari jam istirahat dan aku yakin kau belum makan." Serina menatap pria yang datang bersama sahabatnya. "Mateo, kau pasti belum tahu kalau wanita ini mengalami masalah dengan perutnya. Dia memiliki penyakit usus buntu, bahkan sampai sekarang masih tidak sadar untuk memperbaiki pola hidupnya yang melupakan soal makan karena lebih mementingkan urusan pekerjaan. Lain kali, kau bisa memaksanya untuk itu. Aku mengizinkannya." "Mateo adalah pengawalku. Kenapa harus mendapatkan izin darimu?" "Oh, kau bisa berkata seperti itu setelah menolaknya menjadi pengawalmu?" Hillary yang
Read more
Bab 30: Kepercayaan Tidak Mudah
Hillary memajukan tubuhnya yang hampir bersandar. Perhatian kali ini benar-benar beralih berkat mendengar perbincangan dua orang tamu di ruangannya. Tadi dia tidak memiliki niat untuk ikut mendengarkan, tetapi karena kalimat terakhir Mateo membuat dia berubah pikiran.Serina sendiri menjadi serius ekspresinya. Dia tidak kalah penasaran dengan alasan di balik kejahatan yang dilakukan Lemuel. Jika benar Mateo tahu, maka hal itu akan membuka satu misteri pembunuhan yang belum terpecahkan hingga saat ini."Tuan Conor menyukai hewan dan memiliki banyak peliharaan di rumahnya."Serina mengerutkan dahi, tawanya seperti mengatakan bahwa perkataan Mateo sangat tidak masuk akal. "Tidak salah. Semua orang tahu kalau tuan Conor menyukai hewan, bahkan memiliki yayasan untuk hobinya itu. Tapi apa hubungannya dengan kasus pembunuhan? Kau tidak akan mengatakan kalau peliharaannya sendiri adalah penyebab kematian, bukan?""Aku belum selesai bicara. Kau bisa mendengarnya sampai habis
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status