Semua Bab CEO Berengsek Kesayanganku: Bab 21 - Bab 30
63 Bab
Putus
Kaki Mega bergetar, tidak kuat lagi untuk berdiri dengan benar setelah mendapat pelepasan yang pertama.'Ah, aku membenci diriku yang malah menikmati permainannya, tubuhku pasti sudah tidak waras karena selalu merespon baik setiap sentuhannya. Oh, aku sangat membenci diriku yang lemah di depannya.' Mega memeluk leher pria itu walau dirinya merasa tidak suka.Tubuhnya sangat lemas setelah mencapai puncak untuk pertama kali. Mega benar-benar kehabisan tenaga, kondisi kesehatannya yang sedang tidak baik membuatnya sangat mudah lelah dan pusing."Kita belum selesai, Sayang. Kau tidak boleh lelah dulu! Kita akan menikmati waktu ini denganmelalukan sesuatu yang nikmat." Alex membopong tubuh lemah wanita itu dan membawanya ke sebuah kamar yang cukup besar walau hanya berada di ruang kerjanya."Aku tidak mau melakukanya, tolong jangan paksa aku! Aku mungkin saja bisa mati kalau kau menggauliku," ucap Mega yang berada dalam gendongan pria itu."Kau pikir ak
Baca selengkapnya
Perih
Sora sebenarnya masih bisa mengejar pria itu, tetapi tidak mungkin dia pergi dengan tubuh yang masih polos. Dimas yang mendengar umpatan dari wanita itu hanya menanggapi dengan tersenyum sinis seraya menggelengkan kepala pelan. Dia tidak pernah mengatakan kalau dirinya pria baik-baik karena memang dirinya bukan pria baik. "Dia bilang kalau aku ini brengsek? Ha-ha ... apa dia tidak pernah berkaca kalau dia jauh lebih brengsek dariku. Sebagai seorang ibu, dia tega mengkhianati putri kandungnya sendiri demi seorang pria," ucap Dimas yang sudah berada di dalam mobil. Dia ingat dengan status Sora yang bukan wanita bebas. "Seorang ibu seharusnya sangat menyayangi anak mereka, bukan malah menyakiti seperti yang dia lakukan kepada putrinya." Dimas mengambil napas dalam-dalam, kemudian mengembuskannya perlahan. "Hah! Biarkan saja dia menangis sampai puas karena aku tidak lagi peduli dengannya." Dimas melirik ke arah Sora sebentar sebelum melajukan mobilnya meninggalkan kediam
Baca selengkapnya
Takut
"Sudah kejam sejak berada di dalam kandungan?" Kim mengulangi perkataan Mega, sangat percaya dengan perkataan wanita itu karena sepertinya apa yang dikatakan Mega tidak mungkin terjadi. Kim bahkan dengan sengaja menepikan mobilnya dan berhenti, dia ingin tahu lebih detail tentang penjelasan Mega."Kenapa berhenti?" Mega menoleh ke arah Kim."Saya ingin mendengar penjelasan Anda dulu, Nona." Pria itu menatap Mega lekat, terlihat jelas ada kesedihan di mata wanita itu."Ibuku tidak pernah mencintai papa, dia juga tidak menginginkan memiliki anak dari papaku, tetapi suatu malam tanpa sengaja mereka berhubungan dan jadilah aku. Ibuku berkali-kali berusaha menggugurkan aku, tetapi papa selalu melarangnya. Setelah aku lahir, ibuku pergi meninggalkan aku dan papa, dia kembali hanya menyerahkan surat perceraian." Mega lagi-lagi tersenyum masam."Kalau ibumu tidak mencintai papamu, kenapa mereka bisa menikah?" Kim sangat penasaran, ternyata kehidupan setelah perni
Baca selengkapnya
Memohon
"Tidak!" teriak Mega. Dia membenturkan dahinya dengan dahi Dimas sampai pria itu terpaksa mundur sambil mengusap dahinya yang berdenyut nyeri. Kepalanya mendadak merasa pusing karena ulah Mega. Dimas menatap Mega penuh amarah, dia bersumpah akan membuat wanita itu lemas nanti. Merasa memiliki kesempatan untuk melarikan diri, Mega langsung bangun dari posisi berbaringnya. Dia langsung berlari hendak keluar dari rumah, tetapi Dimas berhasil menahan dirinya dengan cara menarik tangan kanannya. "Lepas!" teriak Mega, dia sekuat tenaga berusaha melepaskan tangan Dimas yang mencengkeram erat pergelangan tangannya. "Kau tidak akan bisa kabur," ucap Dimas dengan nada tinggi. Pria itu langsung menggendong Mega dengan paksa seperti membawa karung beras. Dimas membawa wanita itu masuk ke sebuah kamar yang tidak jauh dari tempat mereka sekarang dan tidak memedulikan punggungnya yang terus dipukuli wanita itu. 'Tuhan, tolong aku! Jangan sampai dia menikmati
Baca selengkapnya
Melepaskanmu
"Ternyata kau memang masih mencintainya ya, Mega. Kau bahkan rela menangis dan menahan diriku agar tidak membunuh pria sialan itu." Alex menyeringai, dia semakin marah dan cemburu dengan Dimas. "Ti-tidak, aku ti ... dak men-mencintainya." Mega menggeleng, masih tetap memeluk Alex dengan erat. "Tidak salah yang kau maksud?" sindir Alex dengan nada sinis. Pria itu melepaskan pelukan Mega dengan sedikit kasar, dia merasa sangat kecewa kepada wanita itu karena telah menahannya untuk tidak membunuh Dimas."Cukup Alex, aku sudah menjawab pertanyaan yang kau tanyakan dengan jujur. Kenapa kau tidak percaya padaku?" Mega bicara dalam satu tarikan napas, walau suaranya agak serak karena efek tangisannya. Dia menatap sendu mata pria itu, pria yang telah mengambil kehormatannya dan membuat hidupnya menjadi sedikit rumit. "Kalau begitu biarkan aku membunuh pria kurang ajar itu!" Alex berjongkok, meraih kemeja yang Dimas pakai dan bersiap melampiaskan
Baca selengkapnya
Rasa Kecewa
Mahendra terlihat sibuk memeriksa dokumen-dokumen penting rumah sakit miliknya. Samar-samar dia mendengar suara ketukan pintu dan suara seorang wanita yang sangat tidak asing di telinganya. Mahendra pun menyuruh si pengetuk pintu untuk masuk. "Suster Ana. Apa apa?" tanya Mahendra kepada suster rumah sakit miliknya."Selamat pagi, Tuan. Maaf menganggu waktu, Anda. Seseorang ingin bertemu dan saat ini sedang menunggu di bawah.""Siapa?" Mahendra penasaran, tidak biasanya ada orang yang mau bertemu dengannya secara langsung seperti sekarang."Tuan Mahesa." Suster itu bicara dengan kepala menunduk, tidak berani menatap Mahendra karena itu dianggap sangat tidak sopan."Mahesa?" Mahendra mengerutkan dahi karena merasa tidak asing dengan nama itu. "Suruh dia masuk ke sini!" perintahnya kepada suster tersebut."Baik, Tuan. Saya permisi undur diri." Suster itu langsung meninggalkan ruangan Mahendra, tidak lama setelah suster itu pergi. Pintu ru
Baca selengkapnya
Hangat
"Otakku berada di kepala, Pa," jawab Mega dengan sesenggukan. Mahendra dan Mahesa yang mendengar itu malah ingin tertawa, tetapi mereka tahan."Astaga, putriku kenapa malah menjawab dengan kalimat polos begitu?" Mahendra tetap masih marah walau sedikit terganggu karena jawaban putrinya.Air mata masih keluar dari netra tua Mahendra, melihat sang papa menangis membuat hati Mega ikut sesak. Dia menakan dadanya kuat-kuat setelah menyadari jika sudah membuat kesalahan besar yang mungkin akan sulit untuk dimaafkan sanga papa.Amarah Mahendra yang semakin meluap layaknya air dari sungai yang dangkal karena tidak ada lagi tempat untuk menampung, membuat hati Mega sedih luar biasa karena ini adalah pertama kalinya sang papa sangat marah dan kecewa dengannya. Bayangkan saja, orang-tua mana yang tidak akan marah ketika tahu putrinya merusak masa depannya sendiri dengan perbuatan yang berdosa.Mega masih meringis menahan rasa sakit pada pipinya. Namun, dia tidak men
Baca selengkapnya
Bunuh Diri
"Apa kau membenci Tuan Alex?" Kim menebak. Sedikit banyak dia tahu masalah antara Mega dan Alex. Namun, selama ini dia menjaga diri untuk tidak terlalu ikut campur."Wanita mana yang tidak akan membenci pria yang sengaja meninggalkan dirinya setelah  mahkotanya diambil?" Jawaban Mega lebih tepat sebagai keluhan.Kim paham, semua wanita pasti akan membenci pria yang seperti itu. Sekarang dia bisa memaklumi kenapa Mega membenci Alex. Namun, jika salah satu di antara mereka ingin memperbaiki hubungan yang hancur, tidak ada salahnya, bukan?Kim sekarang menjadi bingung, dia tidak tahu harus melalukan apa, di satu sisi dia merasa iba, sementara di sisi lain dia takut jika gagal membawa Mega bertemu dengan Alex. Kim benar-benar gusar dengan keputusan apa yang harus dirinya ambil."Tuan Kim, kau tidak akan membawaku bertemu dengannya, 'kan?" Mega menatap Kim dengan tatapan puppy eyes-nya. Dia juga meraih kedua tangan pria itu, kemudian menggenggamnya dengan
Baca selengkapnya
Gagal
"Apa yang membuat mereka memilih bunuh diri seperti itu? Haishhh! Dasar wanita bodoh, dia pikir mati akan menyelesaikan masalah?" Alex menggelengkan kepala, menatap sinis mayat wanita yang tidak dikenalnya itu. Ketika mayat wanita itu dievakuasi dan Alex merasa cukup puas melihat mayat wanita itu. Dia langsung masuk ke dalam hotel dan dia pun langsung bertanya kepada pegawai resepsionis di kamar berapa Mega menginap."Selamat siang, maaf saya mau tanya. Wanita bernama Mega menginap di kamar nomor berapa ya?" tanyanya dengan tidak sabar, dia tidak mau kehilangan jejak wanita itu. Pegawai hotel itu langsung melihat daftar pengunjung hotel. "Maaf, Tuan. Nama yang Anda maksud sudah meninggalkan hotel kami satu jam yang lalu." Pegawai itu tersenyum ramah, tetapi berbeda dengan ekspresi Alex yang kecewa."Satu jam yang lalu?" Alex mengulang jawaban pegawai hotel untuk memastikan jika pendengarannya tidak salah. "Iya, Tuan." Kembali pega
Baca selengkapnya
Diusir
"Papa tidak perlu meminta maaf kepadaku. Semua yang terjadi adalah karena kesalahan yang aku buat sendiri. Sekali lagi maafkan aku karena telah membuat papa khawatir dan marah." Mega semakin menenggelamkan diri dalam dekapan hangat Mahendra.Mahandra hanya mengangguk, dia mengusap kepala putrinya penuh kasih sayang. Sesekali Mahendra mencium puncak kepala putrinya itu dengan penuh cinta."Apa kalian tidak mau mempersilakan aku masuk ke dalam rumah kalian?" tanya pria tampan yang mengantar Mega pulang. Pria itu menatap Mega dan Mahendra yang masih saling memeluk dan mengabaikan kehadirannya.Pertanyaan pria tampan itu membuat Mahendra langsung melepaskan Mega dari pelukannya."Kau siapa?" Mahendra menatap tajam pria tampan itu. "Kenapa putriku bisa bersama denganmu?" tanyanya tidak ramah seraya berjalan mendekati pria itu."Perkenalkan, Om. Saya William, senior Mega ketika kuliah dulu." Pria itu tersenyum dengan sangat ramah.'Apa? Jadi dia W
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status