All Chapters of Anak Untuk Mas Agam : Chapter 1 - Chapter 7
7 Chapters
1. Dua Garis Biru
Dua garis biru adalah hal pertama yang membuat jantung seorang gadis berusia 17 tahun terpacu cepat. Dia menutup mulutnya merasa tak yakin pada apa yang kini dilihatnya. Bagaimana bisa, ada dua garis di tespack itu. Tidak, itu adalah pertanyaan bodoh, yang pasti dia tahu betul mengapa dia menjadi seterpuruk ini. Satu bulan yang lalu, dia dan kekasihnya yang sama-sama masih duduk di bangku SMA pergi ke sebuah hotel. Dan sialnya lagi dirinya tak menolak saat sang kekasih meminta sesuatu yang harusnya ia jaga dengan baik, tapi sayang janji manis dari kekasihnya membuat mata dan pikirannya seakan buta. Sekarang apa yang bisa dia lakukan, tidak ada. Dia hanya bisa menangis di balik pintu kamar mandi sambil menutup mulutnya erat-erat. Tangan bergetar miliknya sedari tadi berusaha menghubungi pacarnya, tapi selalu saja. Tidak diangkat, perubahan ini sekarang yang semakin membuatnya takut luar biasa. "Gentari?" Suara ketukan dari luar membuat
Read more
2. Hubungan Berakhir
Pagi-pagi sekali Gentari bangun, dia bergegas pergi ke sekolah tanpa memita izin terlebih dahulu kepala mamanya. Padahal itu adalah kebiasaan yang baik, tapi kali ini tidak. Gentari masih belum berani memandang mamanya. Sampainya dia di sekolah, Gentari langsung menuju kelas XII IPA 1, yaitu kelas pacarnya. Gentari melihat sang pacar kini tengah duduk anteng di kursinya seraya memainkan ponsel sambil tersenyum-senyum tidak jelas. "Ibnu!" panggil Gentari cukup keras. Ibnu Amatya namanya, pria tampan nan populer. Ibnu melangkah menuju Gentari, pemuda itu pun belum tahu soal kehamilan kekasihnya, sebab semalaman dia tak mau mengangkat panggilan dari Gentari, alasannya adalah. Karena dia malas, harus Ibnu akui dia mulai bosan bersama Gentari. Setelah menjalin hubungan hampir tiga tahun. "Apa?" tanya Ibnu malas-malasan, dia bahkan masih sibuk bermain ponsel dia sedang berbalas pesan dengan seseorang. "Aku mau bicara, tapi nggak
Read more
3. Pertemuan Pertama
Kelas XII IPS 2 sangat berisik. Sebab guru belum juga masuk untuk memulai pembelajaran. Siswi berbando biru muda yang duduk di kursi nomor dua dekat jedela itu tampak gelisah. Dia Meylan, kerap dipanggil Mey. Gadis bermata sipit dengan rambut sebahu. Dan kulitnya yang putih selalu membuat orang mengira kalau dia adalah gadis keturunan cina dan beragama lain. Padahal Mey asli orang Indonesia dan beragama Islam. Hal yang membuatnya gelisah bukanlah tentang tanggapan orang, tapi tentang ke mana perginya sahabat satu-satunya. Yaitu Gentari Parwani. Mey sangat yakin kalau Gentari datang ke sekolah, tapi. Kenapa belum ada di kelas di jam seperti ini. Tiba-tiba saja kegelisaan menyerang dirinya. Mey sudah bersiap akan bangkit, ingin mencari Gentari tapi. Guru dan beberapa orang dewasa lain sudah lebih dulu masuk. Mey mendengkus. Bu Farah datang dengan sepasang orang dewasa, memakai baju yang tampak mahal dan terlihat sangat beriba
Read more
4. Meninggalnya Sang Mama
Jika ada kesempatan boleh meminta satu hal pada Tuhan dan akan langsung dikabulkan, maka Gentari akan meminta untuk mati dan dihilangkan dari muka bumi. Di sekolah tadi benar-benar kacau, satu sekolah geger dengan kabar kehamilan Gentari. Tentu mereka tahu, saat melihat Dokter Ina--dokter kandungan yang terkenal di kota mereka datang ke sekolah dan memasuki UKS. Spekulasi tentang siswi hamil langsung menjadi momok yang empuk untuk diperbincangkan. Setelah dokter kandungan memeriksa Gentari dan meminta Gentari menggunakan alat sialan itu lagi dan lalu muncul garis dua maka Gentari benar-benar mati, kepala sekolah. Bahkan satu sekolah sudah tahu tentang kandungan yang harusnya belum ada itu. Di UKS Gentari diceramahi habis-habisan oleh Kepala sekolah dan beberapa guru lain.Begitu Gentari keluar UKS dan disuruh pulang. Jelas sudah kecuringaan murid satu sekolah. Gentari hamil! Maka Gentari adalah buruk. Sepanjang perjalanan menuju gerbang sekol
Read more
5. Sahabat Terbaik
Sebulan sudah berlalu, harusnya hari ini Gentari ikut ujian akhir semester. Tapi, sayang dia sudah dikeluarkan dari sekolah. Lagi pula mana mungkin pihak sekolah mempertahankan siswi seperti Gentari. Sebulan berlalu dengan sangat cepat, hubungannya dengan Gina juga belum membaik. Gina masih kerap menyalahkan Gentari atas kepergian mama mereka. Mey sering berkunjung ke rumah Gentari guna menanyakan kabar gadis itu. Mey sahabatnya sangat menghawatirkan Gentari. Mey tahu Gentari hamil, kabar itu sudah tersebar sejak lama. Hari ini pun sama, selesai ujian Mey datang ke rumah Gentari. Pintu rumah masih tertutup seperti yang sudah-sudah.Mey mengketuk berkali-kali tapi Gentari tak kunjung keluar, Mey tahu Gentari di rumah. "Gentari, aku Mey. Aku tau kamu di dalem, buka pintunya. Tolong, aku mau bicara sama kamu. Gentar." Dua menit berlalu tak ada tanda-tanda Gentari akan membukakan pintu. Mey sudah putus asa, Mey sudah berb
Read more
6. Pesan Mereka Terlalu Misterius
"Kenapa kita pindah?" tanya Gina dengan wajah kesal yang amat ketara.Tentu saja kesal, siapa yang tidak akan kesal. Mendadak Gentari mengajaknya pindah rumah, sementara rumah lama mereka adalah rumah peninggalan kedua orang tua. Gina yang masih belum bisa menerima kepergian mamanya jelas tidak ingin pergi jauh dari rumah yang menyimpan banyak kenangan indah bersama itu.Gentari mendekati Gina, lantas dia mengelus puncak kepala adiknya. Walau sekarang sikap Gina berubah 180° kepadanya menjadi sangat kasar. Gentari akan tetap sayang pada gadis itu. Karena sekarang hanya Gina keluarga yang dia punya."Maaf, Ya. Gin, Kakak tau. Kamu pasti berat ninggalin rumah itu. Sama, Kakak juga berat, tapi Gina. Kakak nggak mau kamu juga menjadi bahan omongan tetangga karena punya Kakak seperti aku," papar Gentari dengan sabar, sekuat tenaga dia menahan air mata yang akan lolos. Gentari harus bisa menjadi sosok ayah dan ibu sekaligus kakak yang baik untuk adikn
Read more
7. Lemari Hilang ke Mana?
Gadis dengan selimut tipis dan tikar bergambar yang tampak sudah tidak layak pakai, sibuk merubah posisi tidur. Ke kanan dan ke kiri lalu terlentang. Dia Gentari. Wanita itu sungguh gelisah tidur di kontrakan baru itu, seakan ada sesuatu yang menganggu dan membuatnya merasa tak nyaman. Gentari lantas merubah posisinya menjadi duduk, Gentari menatap lurus ke pintu kontarkkan itu. Lantas Gentari melihat jam dari ponselnya, sekarang baru masuk pukul sepuluh malam. Gentari memang sering mengalami susah tidur. Gentari bangkit, dia ingin melihat tiga lemarinya yang masih ada di luar, apakah aman atau tidak. Gentari mendekati pintu, tapi belum sempat dia membuka pintu, Gentari sudah mengurungkan niatnya terlebih dahulu. Pesan ibu dan bapak tadi masing terngiang-ngiang di telinganya.  "Dari jendela aja kali, ya?" kata Gentari, lantas dia mendekati jendela yang posisinya memang bersa
Read more
DMCA.com Protection Status