All Chapters of RIAN RAINA: Chapter 51 - Chapter 60
111 Chapters
PART 50
Tok! Tok! Tok!Rian mengetuk pintu rumah Raina. Saat ini ia sedang berada di rumah Raina. Rian ingin meminta maaf pada Raina karena masalah tadi.Sebenarnya, waktu pulang sekolah tadi Rian sempat pergi ke kelas Raina. Rian hendak pulang bersama Raina sekaligus meminta maaf pada cewek itu, namun saat Rian sampai di kelas Raina, cewek itu sudah tidak ada. "Raina! Buka pintunya. Gue tahu lo ada di dalam," ucap Rian."Na, gue pengin ngomong sama lo. Gak lama kok. Lima menit doang," sahutnya lagi.Tak lama kemudian pintu terbuka membuat Rian sedikit lega."Mau ngomong apa?" tanya Raina terdengar ketus."Gue mau minta maaf soal kemarin. Gue janji gak bakal kayak gitu lagi.""Udah?"Rian mengerutkan keningnya. "Maksudnya?""Udah selesai ngomongnya? Kalau udah selesai gue mau masuk ke dalam. Masih ada yang harus gue kerjain.""Lo gak mau maafin gue?""Maafin? Emangnya gue punya hak buat maafin lo? Bukannya lo suka seenaknya sama gue tanpa pernah minta maaf?""Iya makanya sekarang gue mau ber
Read more
PART 51
"Mau sampai kapan lo marah sama gue? Gak capek apa lo marah sama orang? Lo ingat kan gak baik dendam sama orang lama-lama," ucap Rian menatap Raina yang sedari tadi hanya diam dengan wajah datarnya."Ekhem, sorry ganggu." Risa menghampiri mereka berdua."Rain, Arka ada di depan. Katanya mau ketemu lo," ucapnya."Arka? Ngapain dia mau ketemu lo?" Wajah Rian berubah kesal.Raina tidak menjawab pertanyaan Rian. Ia keluar dari kelas berniat menghampiri Arka. Tidak membiarkannya pergi begitu saja, Rian pun segera menyusul."Ka, sorry, ya semalam gue tinggalin lo. Sebenarnya gue udah nungguin lo, tapi Rian tiba-tiba paksa gue buat balik sama dia." Raina meminta maaf pada Arka.Arka hanya tersenyum. "It's okay, Rain. Lagian lo juga capek, kan? Yang penting lo sampai rumah dengan selamat aja gue udah lega.""Jadi lo ada perlu apa?""Gue niatnya mau nanya lo semalam pulang sama siapa, tapi karena lo udah jelasin jadi gue lega."Mendengar jawaban Arka membuat Raina makin merasa bersalah. "Sekal
Read more
PART 52
Rian begitu menikmati es campur yang dibelinya. Sedangkan Raina malah menatap Rian tanpa menyentuh es campurnya."Gue tahu gue ganteng, tapi gak usah diliatin terus juga," ucap Rian yang sudah tahu kalau Raina sedari tadi memperhatikannya."Kepedean banget lo jadi orang.""Lo tuh gak bisa ya sehari aja jadi murid yang baik? Dengan lo kabur kayak tadi malah bikin Bu Tina makin marah sama lo. Gue juga gak mau terlibat gara-gara tadi," ucapnya.Rian manggut-manggut. "Jadi itu alasan lo diam dari tadi? Gue pikir apaan. Lo tenang aja lo gak bakal kena masalah. Lagian cuma masalah kecil doang.""Jujur aja lo gak capek kayak gini terus? Gak capek buat masalah? Gak capek dihukum?" Rian menggeleng. "Gue ngerasa gak pernah buat masalah. Justru orang-orang yang cari masalah sama gue. Dan gue gak akan pernah diam kalau diganggu."Raina mengembuskan napasnya kesal. Berbicara dengan Rian memang selalu menguras tenaga dan pikirannya. Harusnya ia tidak memberikan pertanyaan pada cowok itu."Terserah
Read more
PART 53
"Pagi-pagi udah bete aja mukanya. Gak baik tahu, Rain," ucap Luna."Pasti Rian lagi, kan?" tebak Risa."Lah, emang iya, Rain? Perasaan lo berdua ada aja masalahnya. Padahal lo berdua romantis banget.""Romantis apanya? Gue disuruh-suruh itu romantis?" ucap Raina sedikit kesal."Sorry, deh. Emangnya Rian ngapain lagi?" tanya Luna penasaran.Walaupun setiap hari mendengar keluhan Raina tentang Rian, tapi tidak membuat Luna bosan."Dia bikin gue malu. Bisa-bisanya dia nuduh senior gue di SMP selingkuhannya gue. Cuma karena gue sama senior gue ngobrol di depan rumah dia. Nyebelin banget, kan? Rasanya gue gak mau ketemu senior gue lagi," jelas Raina."Wajarlah Rain. Mungkin Rian cemburu," kata Luna mencoba memahami sikap Rian."Gue gak peduli mau dia cemburu atau apapun, tapi setidaknya dia nanya. Jangan langsung marah-marah terus nuduh sembarangan.""Terus gimana tanggapan senior lo?" Risa yang diam ikut bertanya."Ya, Kak Wily jelasin ke dia kalau gue sama Kak Wily gak ada hubungan apa-a
Read more
PART 54
Raina kini sedang menonton televisi di ruang tengah bersama Dian. Keduanya sedang menonton drama Korea kesukaan mereka. Awalnya Dian tidak menyukai drama Korea, tapi karena Raina terus memaksa Dian untuk menonton bersama. Akhirnya Dian malah ketagihan. Bahkan, lebih parah daripada Raina.Tok! Tok! Tok!"Na, bukain pintunya.""Iya Ma." Raina malas karena sedang asyik menonton, tapi karena mamanya sudah menyuruhnya, mau tidak mau ia harus menuruti."Iya sebentar." Raina sedikit kesal karena sang tamu terus mengetuk pintu seperti orang tidak sabaran.Raina meraih gagang pintu lalu membukanya. Raina semakin kesal ketika melihat tamu yang datang."Ada perlu apa?" tanya Raina dengan ekspresi datar."Eh, Rian!"Keduanya langsung menoleh ke arah Dian."Ayo masuk dulu." Dian langsung membawa Rian masuk ke dalam. Melihat mamanya yang begitu antusias ketika Rian datang, membuat Raina hanya bisa mengembuskan napas pelan."Ini Tan, Rian bawain kue coklat yang waktu itu aku sempat bawa." Rian membe
Read more
PART 55
"Pa, Ma, aku berangkat sekolah dulu, ya," pamit Raina pada kedua orang tuanya."Iya, hati-hati, ya. Titip salam buat calon mantu Mama," ucap Dian."Papa juga titip salam, ya," timpal Anton.Raina menatap kedua orang tuanya cemberut. "Papa, Mama!"Keduanya tertawa. "Udah sana buruan. Kasihan calon mantu Mama nunggu lama.""Bye Pa, Ma."Raina menghampiri Rian yang sudah menunggunya di depan rumah. Cowok itu sedang sibuk dengan ponselnya."Ayo."Rian mendongak kemudian memberikan helm pada Raina."Lo udah gak marah sama gue?" tanya Rian hati-hati.Tadi, Raina mengirimnya pesan. Raina menyuruh Rian untuk menjemputnya. Tentu Rian tidak menolak, tapi Rian merasa aneh karena semalam ia tahu betul kalau Raina sedang marah padanya."Enggak. Gue udah maafin pacar gue yang ganteng ini kok.""Kenapa? Gak suka ya gue bilang lo ganteng?" tanya Raina ketika wajah Rian sedikit bingung."Enggak, cuma agak aneh aja.""Ya udah, mulai sekarang lo jangan ngerasa aneh lagi, ya. Karena gue bakal manggil lo
Read more
PART 56
"Bodoh! Bodoh! Bodoh!" Raina memukul mulutnya beberapa kali sambil merutuki dirinya sendiri. "Kenapa lo ngelakuin hal bodoh kayak gitu, sih?" Raina menyesal karena telah mencium Rian. Harusnya ia tidak melakukan hal tersebut. Entah pikiran bodoh dari mana yang membuat Raina berani untuk melakukannya. Padahal rencana tersebut tidak pernah terlintas di pikirannya. "Mau taruh di mana harga diri lo, Raina? Pasti dia mikirnya gue sengaja ngelakuin itu biar bisa modus ke dia." Raina merebahkan tubuhnya ke kasur. Raina sudah tidak tahu harus bagaimana. Ingin bercerita pada Risa dan Luna, tapi ia takut malah jadi bahan ejekan kedua temannya. Apalagi Luna yang seperti itu. "Coba aja gue bisa putar waktu. Gak akan mungkin gue ngelakuin hal bodoh kayak tadi." ***** Rian menggelengkan kepalanya berulang kali. Kejadian Raina menciumnya tadi terus terngiang-ngiang di kepalanya. Rian sudah mencoba melupakannya, tapi tetap saja tidak bisa. "Den Rian," panggil Bi Ira. Namun Rian tidak menjaw
Read more
PART 57
"Na, tuh liat pacar lo lagi dihukum." Luna menyikut lengan Raina sembari menunjuk Rian yang sedang mengelap kaca ruang guru.Kebetulan pagi ini kelas Raina sedang ada mata pelajaran olahraga, jadi mereka sekarang sedang berada di lapangan.Raina menatap sekilas Rian, ketika pandangan mereka bertemu, Raina buru-buru mengalihkan pandangannya dan kembali melanjutkan pemanasan."Rian lagi liatin lo, Na," ucap Luna heboh."Terus?" tanya Raina cuek."Ya lo liat balik lah. Minimal senyum kek. Jangan cuekin gitu. Kasihan Rian nya.""Lo aja yang liatin. Malas gue.""Lah, kok malah gue? Kan dia liatin lo bukan gue. Lagian yang pacar Rian juga lo bukan gue.""Mendingan lo fokus pemanasan aja. Gak usah ngurusin dia. Lo mau nanti diomelin Pak Darto?"Luna menggeleng. Kemudian kembali melanjutkan pemanasan.Raina kembali menatap Rian. Tak disangka Rian masih menatapnya. Bahkan cowok itu tersenyum padanya. Bukannya senang, Raina malah merasa aneh dengan senyuman Rian. "Dasar aneh.""Raina!"Raina s
Read more
PART 58
"Raina." Arka melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Raina. Raina yang melamun segera tersadar. "Eh, Arka." "Gue boleh duduk di sini, kan?" tanya Arka. "Boleh. Bangkunya kan milik sekolah bukan milik gue." Arka hanya tertawa mendengar jawaban Raina. "Kalau boleh tahu lo kenapa? Gue liat dari tadi lo ngelamun. Ada masalah?" tanya Arka. "Biasa masalah tugas doang." Arka manggut-manggut. Arka merasa Raina sedang berbohong, tapi Arka memilih untuk tidak bertanya banyak. Tidak mau mencampuri urusan Raina. "Btw, lo ngapain ke sini? Ada perlu sama gue?" tanya Raina. "Oh, enggak. Kebetulan gue temenin teman gue buat pinjam buku sama sepupunya di kelas sebelah. Karena gue liat lo lagi ngelamun di sini, makanya gue samperin." "Jadi kalau gue gak ngelamun gak lo samperin?" "Ya gak gitu juga." Raina tertawa melihat raut wajah Arka yang cukup panik. "Gak usah panik. Gue bercanda kali." "Btw, gue minta maaf, ya, kalau gue selalu ganggu hubungan lo sama Rian." "Kenapa lo minta
Read more
PART 59
"Rain." Salah seorang teman kelas Raina menghampiri Raina yang baru saja tiba di kelas."Kenapa Sis?" "Kemarin gue mau kasih bunga ini, tapi gue lupa," ucap cewek bernama Siska tersebut sembari memberikan sepucuk bunga mawar merah pada Raina.Raina mengerutkan keningnya. Sadar akan kebingungan Raina, Siska pun segera menjelaskan."Itu bukan bunga dari gue. Kemarin gue gak sengaja liat Rian lagi pegang bunga ini di dekat kelas kita. Gue pikir dia mau kasih ke lo, tapi pas liat lo lagi sama Arka dia langsung buang ke tempat sampah terus pergi. Mukanya juga keliatan kesal gitu.""Makasih, ya.""Sama-sama."Raina menatap bunga tersebut. Tiba-tiba ia teringat Rian yang masih marah padanya. Apa mungkin penyebab cowok itu marah padanya karena melihatnya dengan Arka kemarin? Kalau memang benar, kenapa Rian tidak bilang langsung padanya? Padahal biasanya kalau Rian melihatnya bersama Arka pasti Rian akan langsung menghampiri mereka dan marah-marah. Tapi kali ini cowok itu malah mendiamkannya
Read more
PREV
1
...
45678
...
12
DMCA.com Protection Status