All Chapters of Pick You!: Chapter 31 - Chapter 40
42 Chapters
bab 30 [ Andika's POV ]
Buku Bahasa IndonesiaNama : Andika Santoso Kelas : 4Alamat : XXXXXX  Tugas membuat cerita tentang cita-cita. 4 Oktober 1994 :  Hai namaku Andika. Aku lahir di Jakarta tanggal 8 Juni 1985. Sedikit akan aku ceritakan tentang impianku sejak kecil. Aku merupakan anak tunggal, hidup bersama ayah dan ibu dalam rumah sederhana. Kami bukan orang kaya, bukan juga orang miskin. Biasa disebut kelompok kelas menengah. Ayahku pernah bilang, seorang anak laki-laki harus bisa menopang beban untuk seorang wanita. Untuk ibu, adik, kakak, dan istri nanti. Tapi bukan hanya itu saja, aku berpikir aku harus bisa menopang dan mengurangi beban rakyat. Orang kelas menengah seperti kami, tidak akan dihargai jika tidak punya relasi dan pangkat yang tinggi. Aku bertekad ingin menjadi seorang abdi negara. Agar bisa melindungi ibu, keluarga, dan rakyat. .."Kalau sudah besar, aku ing
Read more
bab 31
Sinar matahari menerabas sela-sela dedaunan. Kabut yang menyelungkupi kampung mulai menipis. Hari ini, aku sudah diperbolehkan untuk beraktifitas normal. Setelah satu minggu hanya bisa diam di dalam tenda. Hari ini juga merupakan penyelaksanaan kemah untuk anak-anak desa. Sedikit untuk mengajari tentang Pramuka, karena di sekolah tidak ada. Aku memakai seragam dokterku. Jas andalan berwarna putih dan setelan berwarna biru muda. Rambut ku kepang satu memanjang. Agar terlihat ringkas dan apik. Ah aku rindu berpenampilan formal seperti ini. "Apa kabar semua?" Sersan Jessica berseru nyaring. "Baik!" Lima puluh anak menjawab lantang. Rata-rata dari mereka adalah anak didikku. Ada beberapa yang baru kulihat wajahnya. "Pagi ini kita akan mengawali perkemahan dengan upacara pembukaan. Kalian bersedia?" Sersan Jessica dengan semangat mengumandangkan jadwal. Suaranya terdengar tegas. "Siap!" "No! Jawab seperti ini y
Read more
bab 32
"Coba kalian lihat peta Asia" Letnan Adam membentangkan atlas lebar di bawah tanah. Agar bisa terlihat oleh semua anak. Atlas baru yang rencananya nanti akan disumbangkan kepada sekolah di kampung ini. "Asia dibagi menjadi 5. Asia Barat, Selatan, Timur, Tenggara, dan Asia Tengah. Asia Barat ada disebelah barat ini kalian lihat.." Para bocah menuruti perintah Adam, mereka langsung mengamati gambar peta Asia Barat. "Untuk Asia Selatan lihat ini, ada Afganistan, Pakistan, India, Srilanka, Bangladesh. Nah ini.. Asia Selatan adalah salah satu kawasan terpadat yang ada di dunia loh" Adam mengambil rotan panjang, untuk menunjuk bagian-bagian yang tak terjangkau oleh tangan. Anak-anak berebut mendekat, melihat lebih jelas bagian yang ditunjuk Letnan Adam. "Kita masuk ke Asia Barat. Biasa disebut sebagai 'Timur Tengah' ya... kalau kalian tahu, itu negaranya para Arabian. Maksudnya negeri Arab""Ada Arab Saudi, Iraq, Iran, Turki, Syri
Read more
bab 33
Anak-anak ramai berkerumun di depan hutan kampung. Akhirnya aku memutuskan untuk ikut kesini melawan rasa takutku. Ketua panitia sudah ancang-ancang hendak memulai acara. Satu-persatu anak mulai masuk kedalam hutan dengan masing-masing membawa satu keranjang untuk wadah buah. Didalam hutan sana ada banyak pengawas untuk mengawasi dan menjaga anak-anak agar tetap hati-hati. Walaupun ini hutan aman, tetap saja waspada harus nomor satu. Banyak warga dan orang tua dari anak yang menonton. Duduk-duduk di batang pohon kelapa yang sudah roboh sambil menggendong anak balita, ada juga yang sambil menyuapi anaknya. Mereka sangat antusias melihat bagaimana aksi anak mereka didalam hutan sana. "Siapapun yang membawa buah paling banyak, dia pemenangnya!" Buah didalam hutan sangat lebat. Mangga, salak, alpukat, sawo, dan banyak lagi. Ketua panitia sebut saja Letnan Unus. Laki-laki berumur sekitar 40 tahunan. Tak salah pilih untuk dijadikan ketua
Read more
bab 34
4 tahun sebelum koas pt V   Pernahkah aku bercerita tentang teman seangkatan ku yang bernama Cleopatra? Belum, karena aku sengaja ingin menceritakannya hingga tiba di bagian ini. Dia anak pendiam yang pintar, tidak punya kawan selain buku-bukunya yang tebal, dan kemana-mana selalu memakai kacamata bundar karena min yang dideritanya. Dia pandai sekali dalam pelajaran matematika, mungkin hanya dia yang mengelu-elukan pelajaran itu.  Namanya Cleopatra, biasa dipanggil "Cleo" atau saat anak lain mengejeknya memanggil "Fir'aun". Itu adalah panggilan yang sangat kejam, hanya orang tidak beradab yang memanggilnya begitu.  Aku menyukai namanya, selain unik juga punya makna tersendiri.  Nama Cleopatra tentu saja kalian tahu itu siapa. Cleopatra adalah Ratu dari zaman Mesir kuno. Yang selalu diidentikkan dengan rambut pendek, memakai eyeliner panjang, dan bermahkota ular kobra. Dikabarkan Ratu itu memiliki kecantikan yang luar biasa,
Read more
bab 35
Sejak aku tahu apa itu senapan angin, rasa penasaranku memuncak. Apalagi kegiatan yang terjadi di depan mataku menambah rasa keingintahuanku. Para tentara sedang latihan mingguan. Kali ini mereka menggunakan senapan angin untuk latihan, dengan membuat papan berbentuk bundar, dan diisi warna merah ditengahnya, sebagai bidikan. Peserta bumi perkemahan dibubarkan sehari yang lalu. Setelah tiga hari mereka bersama kami untuk pelatihan Pramuka dasar. Dan ini saatnya aku melihat bagaimana gagahnya mereka menarik pelatuk di benda panjang nan berat itu. Benda ini lebih friendly daripada pistol, a.k.a low budget. Hanya untuk latihan biasa. Kalau untuk agenda tertentu sih bisa pakai sniper atau shotgun yang tentunya lebih bagus. Aku duduk dibawah pohon kelapa sambil membawa handphone dan minum sebotol air putih. Diam menonton mereka denga sesekali memotret pemandangan langka ini. Akan kujadikam polaroid rencananya saat pulang ke Jakarta, sed
Read more
bab 36
DUK! Kepalaku terbentur sesuatu. Aku mengaduh pelan. Jidatku terasa sakit. Pasti terkena penyangga tenda. Tanganku meraba-raba, berusaha duduk. Astaga! Karena terkejut bermimpi menabrak tong sampah sampai-sampai jidatku kejedot tiang tenda. Rasanya sakit, dan sedikit memar. Diluar sana hujan lebat disertai petir yang menggelegar. Aku menyibak jendela kecil, gelap, hanya lampu dapur yang tetap menyala. Sekali lagi aku meraba lantai, mencari arlojiku yang pasti terlempar saat aku menjatuhkan botol tadi. Benda panjang itu menunjukkan angka 01.23 artinya hampir setengah dua dini hari. Terbangun di tengah malam seperti ini bukanlah hal yang nyaman. Dijamin setelah ini mataku akan mustahil terlelap lagi. Luna meringkuk di lantai bawah, dengan mengenakan selimut bercorak 'Keroppi' warna hijau mentah. Udaranya dingin, tak heran Luna tidur dilapisi jaket juga. Aku ikut mengeluarkan selimut ku sendiri dari dalam kop
Read more
bab 37
"Mulai hari ini kau ditugaskan ke Puskesmas saja. Untuk mengajar anak-anak akan digantikan oleh Sersan Andin." Aku menutup buku. Sudah kuduga, pasti jadwalku akan terganti. "Oke." Dokter Alice menyerahkan selembar kertas, disitu tertulis tentang data-data milikku. "Coba periksa lagi apa ada kesalahan."Aku mengambil kertas itu. Membacanya hingga akhir, "Ini sudah benar. Tapi buat apa?." Dokter Alice mengambil kembali kertas itu, menaruhnya di dalam map berwarna biru. "Bukan apa-apa. Sekarang berangkatlah kesana, aku nanti menyusul." Hari ini suhu diatas 27° Celcius. Panas sekali. Bahkan pernah sehari bisa berganti 2 musim sekaligus. Pukul 7 pagi sampai 12 siang panasnya tak terkira. Dan jam 1 sampai malam hujannya seperti mau ada tsunami saja. Para petani membungkuk menanam padi yang masih berwarna hijau segar. Gembala hewan ternak membawa sapi-sapi mereka dan kambing-kambing yang besar nan gemuk.Laz
Read more
bab 38
"Sudah kubilang bodoh! Jangan banyak bergerak dulu. Lukamu akan lama sembuhnya nanti!." Adam menghela nafas lelah. Dia seperti anak kecil saja kalian tau. Susah sekali dibilangin. 'Aku hanya ingin ke toilet''Aku ingin keluar sebentar' 'Ini loh punggungku gatal!' Halah alesan!Pagi ini gerimis melanda. Aku datang ke Puskesmas pagi-pagi sekali saat semua orang mulai memasak. Karena ada Adam yang notabene sedang sakit hampir sekarat, hihi. Dan pekerjaanku mulai menumpuk dari lusa kemarin. "Nabilah! Apa ini tak bisa dilepas sebentaaaar... aja? Gatal sekali gila!." Aku mengabaikan Adam. Tanganku sibuk meyisir rambut nya. Karena lama tak keramas jadilah lepek. "Ini rambut apa sabut kelapa? Kusut amat!." Ejekku.Adam menepis tanganku dari kepalanya. Melarang diriku untuk menyisir rambutnya lagi. "Ih apaan sih? Orang dibantu juga malah sok banget." "Ini loh lepasin bentar aja. Ak
Read more
bab 39
Kapten dan aku berpapasan di depan ruang Komite Puskesmas. Dia bersama Letkol Gerald dan Sersan Jessica. Kedua orang itu setelah menyapaku langsung pergi ke kamar Adam. Menyisakan aku dan Kapten yang sedang canggung-canggung nya. Aku menyambutnya dengan dingin. Dia terlihat tenang dan tidak berekspresi. Kukira tidak akan percakapan diantara kami, tapi saat hendak beranjak, Kapten memanggil namaku dengan tegas. "Dokter Nabilah!." Aku menoleh sekilas. "Apa?." "Kau marah padaku ya?." "Atas dasar apa opinimu itu?." Sarkastik aku keluarkan.Berbalik badan, dengan tampang rileks aku melanjutkan kalimat. "Dengar Kapten terhormat! Sekarang waktuku dituntut oleh pekerjaan. Aku jarang bersantai karena tugasku juga melimpah ruah. Dan asal kau tau saja, saat kau pulang ke Jakarta aku akan tetap disini selama sebulan lagi. Jadi jangan beranggapan kalau aku sedang marah atau merajuk. Itu konyol sekali!." 
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status