All Chapters of Simpan Pinjam Istri: Chapter 21 - Chapter 30
39 Chapters
Misteri
Reza menatap layar monitor beberapa detik. Untuk sejenak, ia tak percaya dengan mata sendiri. Akan tetapi, yang terlihat di layar memang nama Cacarita. Pesan itu dikirim 10 menit yang lalu.Cacarita: Hai!Cacarita: Boleh ngobrol?Cacarita: Udah tidur, ya?Cacarita: Btw ceritamu laris. Selamat, ya.Bulu kuduk Reza meremang. Bagaimana mungkin orang yang sudah berada dalam kubur bisa melakukan chatting? Jantungnya berpacu cepat. Keringat dingin membulir di kening dan kedua telapak tangan.Matilah gue! Dia siapa? Bianca, Nita, Boni? Hiiiihhhhh! Reza bergidik berkali – kali. Akhirnya, ia menderap keluar dari ruang kerja, lalu menyalakan semua lampu. Secangkir kopi diseduh untuk menenangkan diri. Untuk sesaat, Reza berpikir keras. Sayang, otaknya buntu sehingga ia masuk ke kamar dan bergulung di bawah selimut. Bahkan komputernya di ruang kerja masih menyala. Hanya setelah matahari terbit ia berani masuk kembali ke sana untuk mematikan benda itu.***
Read more
Klarifikasi
Ken meraih pinggang Cella. Lantai empat woskshop-nya kembali menjadi tempat pertemuan mereka saat Cella tidak sedang kegiatan syuting di siang hari. Selama sandiwara berlangsung, wanita itu harus berhati-hati, jangan sampai keberadaan mereka terendus wartawan, kemudian menyebar ke media massa. Berkat kejelian dan kehati-hatian, mereka aman.“Gue udah nggak sabar nunggu elo cerai, Cel.” Ken berbisik sembari menyibak anak-anak rambut Cella. Sesudah itu, jemarinya turun untuk menelusur tubuh indah yang tergolek tanpa busana.Cella mengecup bibir kekasihnya dengan lembut. “Reza udah nyiapin berkasnya, tinggal dimasukkan ke pengadilan. Tapi masalahnya, Rayyan lambat. Dia malah minta penangguhan sampai nyokapnya keluar dari rumah itu.”“Bocah itu! Selalu aja duduk di ketiak mamanya! Mau bikin kita semua sengsara, kali.”“Aku kasihan sama Syifa. Kamu perhatikan dia waktu sarapan tadi?”Ken berusaha mengingat. Selama perempuan itu berada di rumahnya, ia memang
Read more
Godaan
Ken menatap kacau pada Cella. Sebentuk penyesalan mulai tumbuh di dalam hati. Kata -kata Arya tadi benar. Demikian pula teguran Cella. Walau bukan istri sesungguhnya, ia tetap berkewajiban memperhatikan Syifa karena wanita itu tinggal serumah, bahkan istri sahabatnya.“Syifa masuk rumah sakit, Cel,” ujarnya. “Pingsan di sekolah.”“Hah? Sakit apa? Gimana kondisinya sekarang?”“Belum tahu. Tapi udah sadar sewaktu sampai di rumah sakit. Ada kakak angkatnya nemenin dia.”“Kamu harus—” Hampir saja Cella keceplosan mengatakan, Kamu harus menghubungi Rayyan. Untung ia segera sadar ada Jonathan dan Nara di situ. “Kamu harus segera ke rumah sakit.”Ken termangu. “Iya, gue berangkat sekarang,” ujarnya lirih. Kepada Jo dan Nara, ia pamit, “Kalian kalau masih mau di sini, silakan. Ada Cella. Bisa nemenin ngobrol.”“Oh, enggak usah. Kami ikutan pam
Read more
Feromon
Ken terbengong sendiri. Tubuh ringkih yang terbaring lemah itu sukses mengambil perhatiannya. Iba hatinya. Sudah kecil, ringan, kurus, kini Syifa demam tinggi pula. Wajah putih wanita itu semakin tirus. Kedua lingkar matanya cekung dan agak menghitam. Memandang raut memelas itu, Ken berharap Rayyan bisa meluangkan waktu untuk menjenguk dan menemani. Ia sudah menelepon lelaki itu, namun tidak diangkat. Kata Dita operasinya sambung – menyambung. Ya, ampun, seberat itu menjadi dokter kandungan!“Pusing banget, Fa?” tanya Ken.Syifa berusaha tersenyum. “Udah berkurang.”Ken mengangguk. “Kalau perlu apa- apa, jangan sungkan. Gue bukan orang lain.”Ken tulus menghibur agar perempuan ini memiliki seseorang untuk bersandar. Ia sudah mendengar kisah hidupnya yang memilukan. Arya memang sangat perhatian dan setia menjenguk. Akan tetapi, Ken yakin dalam hati terdalam Syifa hanya Rayyan yang diharapkan.“Rayyan p
Read more
Maaf
Malam itu, Syifa terbangun karena bermimpi buruk. Ia seperti tergelincir dan terjatuh ke dalam jurang. Saat terjaga, ia melihat notifikasi ponselnya bertambah banyak. Sebagian adalah pesan teks. Dengan menahan kepala pening, ia membaca satu demi satu.Ada beberapa pesan dari Rayyan menanyakan kabar dan mendoakan agar cepat sembuh. Lelaki itu minta maaf karena hari itu tidak bisa menjenguk akibat operasi yang sambung - menyambung. Ia berjanji akan datang secepatnya esok hari.Masa iya sesibuk itu, Mas? Biasanya juga operasi banyak tidak sampai membuatmu menghilang seperti ini, batin Syifa.Syifa: Nggak pa-pa. Aku udah baikan kok.Pesannya sampai namun tidak dibaca. Syifa merasa hatinya teriris. Padahal, kemungkinan Rayyan tidak membaca pesan karena telah tertidur. Kembali hatinya tertoreh. Bukankah Rayyan terpaksa satu kamar dengan Dita saat ini? Dirinya saja tidak pernah punya kesempatan untuk sekamar dengan Rayyan walau mereka serumah. Ah!Syifa b
Read more
Pergi
Rayyan dan Dita duduk di kamar dengan wajah tegang. Mata mereka terpaku satu sama lain. Emosi terpancar dari netra keduanya."Gimana bisa berkas perceraian kita sampai ke tangan Mama?" cecar Rayyan."Mana gue tahu! Berkas itu kemarin gue taruh di kamar. Gue juga nggak tahu gimana Mama bisa menemukan berkas itu," jawab Dita dengan ketus.Ray menghembuskan napas dengan kasar. "Udah tahu itu berkas sensitif. Harusnya kamu simpan baik- baik, Dit!""Elu jangan nuduh sembarangan, Mas!""Aku nggak nuduh! Tapi lihat, apa hasil keteledoranmu! Semua orang menyalahkan aku!"Telinga Dita memanas. "Ya, gue tahu! Maaf banget kalau gue membuat Mas repot. Dari dulu gue memang cuma bisa bikin Mas Ray susah. Gue nggak ada artinya buat Mas Ray!"Kontan Rayyan mengerutkan kening, bingung dengan arah pembicaraan mereka."Kok jadi begitu ngomongnya? Kita ngomongin berkas perceraian, Dit. Lama-lama aku jadi mikir kalau kamu sebenarnya nggak mau berce
Read more
Tidak Bisa Tidur Nyenyak
Reza sebenarnya tidak dapat tidur nyenyak. Baru terlelap sedikit, ia kembali terjaga karena desahan – desahan Cella. Wanita itu tidak tahu bahwa sebuah hati ikut memanas. Dalam keremangan kamar dan kesunyian malam, sayup – sayup suara cumbuan itu menembus pendengaran Reza. Tanpa melihat dengan mata kepala sendiri, otaknya dapat menggambarkan dengan gamblang seperti apa Cella di ranjang. Gesekan – gesekan tubuh di seprei meyakinkan Reza bahwa wanita itu merayap menuju puncak kenikmatan.Betapa berbahagianya Ken. Dari jarak jauh pun lelaki itu sanggup melambungkan wanitanya ke kenikmatan. Hanya dengan menguping saja Reza ikut horny. Sambil berpura-pura tidur, ia menangkap segenap momen itu dan membentuknya menjadi imajinasi. Saat Cella melenguh panjang, tubuh Reza ikut mengejang beberapa saat hingga akhirnya melemas kembali.Kamar menjadi lengang. Cella rupanya terlelap setelah aksi jarak jauh itu. Kini, hati Reza seperti ditusuk sembilu karena teringat
Read more
Lanjut Mantap-Mantap
Tiga pasang suami istri mendatangi sebuah rumah makan di The Peak. Pemandangan dari tempat tertinggi di Bandung itu terkenal luar biasa. Hamparan kota dan pepohonan di bawah sana sungguh indah dan romantis.Sampai di tempat tujuan, mereka turun dari mobil. Sejenak, Tiur mengamati sang putra dan istrinya.“Haduh, kalian ini! Mama perhatikan dari tadi pagi malu -malu terus. Mana kemesraan pengantin barunya?”Paula ikut nimbrung. “Reza, nggak usah malu sama Mama dan mertuamu. Kami malah senang kalau kalian mesra.”“Mesum juga boleh. Kalian suami istri, kok.” Berto menimpali.“Za, cium istri kau sesekali!” Hardiman turut mengompori. “Apa gunanya istri cantik kalau cuma kau pandangi?”Reza dan Cella hanya saling lirik tanpa menjawab. Melihat itu, ibunda Reza menjadi sangat gemas.“Kayaknya perlu diajari, nih!” Tangan Tiur meraih tangan sang putra kemudian disatukan den
Read more
Tak Sudi Di Madu
Syifa menggigil karena demam yang terlalu tinggi. Dokter jaga segera memberikan obat penurun panas tambahan untuk membantu meringankan penderitaan wanita malang itu. Melihat kondisi Syifa, Rayyan semakin nelangsa. Pasti demam Syifa menjadi – jadi karena beban pikiran. Sedihnya lagi, beban pikiran itu dirinya yang menyebabkan.“Fa, aku minta maaf. Aku bakalan cari cara buat cerai dari Dita. Sekarang ini kondisi di rumah baru panas. Papa kambuh karena tahu aku mau cerai. Mama menangis terus kalau ngomong sama aku. Tolong kamu bisa memahami, ya?” Rayyan berusaha membujuk kekasihnya, namun Syifa terus menggeleng dan meneteskan air mata.“Dia bisa mati kalau dicampur satu rumah sama Dita, Ray!” Ken ikut nimbrung. “Gue hampir yakin kalau ancaman-ancaman yang diterima Syifa itu dari cewek barbar itu.”“Oh, gitu?” Rayyan memikirkan pula kemungkinan itu. Mamanya memang keras, namun ia tak percaya wanita itu bisa berbu
Read more
Kebersamaan
Setelah banyak tidur sepanjang hari, Syifa terbangun sore itu dengan kondisi yang jauh lebih baik. Demamnya sudah turun. Siang tadi, ia mau makan walau tidak sampai habis. Kemudian ia mengunyah beberapa potong biskuit yang disodorkan Ken.Saat melihat ke sekitar, ia tidak menemukan lelaki itu, namun mendengar suara - suara dari kamar mandi. Karena merasa sudah lebih baik, Syifa bangkit dan duduk di tepi ranjang. Saat mendengar pintu kamar mandi dibuka, ia berniat turun karena ingin buang air kecil. Dengan hati – hati dijejakkannya kaki ke lantai.“Woy, woy! Mau ke mana?” Ken yang baru keluar dari kamar mandi, bergegas mendekat.Syifa menoleh dan terkesiap. Pasalnya, Ken bertelanjang dada dan hanya mengenakan celana pendek. Tubuh atletis yang putih bersih itu memperlihatkan otot – otot yang bergulung indah.“Mau ke mana?” Ken mengulang pertanyaan karena Syifa diam saja.“Aku kebelet pipis.”Tanp
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status