Simpan Pinjam Istri

Simpan Pinjam Istri

Oleh:  Melo_di_Kata  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
3 Peringkat
39Bab
15.7KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Tak semua cinta bisa bermuara pada pernikahan. Ada kalanya mencintai berarti melepaskan untuk mempertahankan. Itulah yang tengah Ken, Reza, dan Rayyan lakukan. Mereka merancang pernikahan sandiwara. Bertukar pasangan karena alotnya restu. Ken menikahi kekasih Ray, Reza menikahi pacar Ken, dan Rayyan menikahi wanitanya Reza. Mereka tinggal di apartemen dengan unit bersisian. Pada siang hari para istri melakonkan peran, jika malam tiba istri-istri kembali ke pasangan masing-masing. Bisakah pernikahan sandiwara mereka berjalan sesuai wacana? Apakah ketiga pasangan itu bisa kembali tanpa ada hati yang goyah?

Lihat lebih banyak
Simpan Pinjam Istri Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
widya widya
Baru mulai baca otw menjanda.. lucu, fresh dan ada terjadi di kehidupan nyata. langsung cari2 ada karya apalagi dr author ini, dan cap cus mampirlah disini
2022-08-07 10:22:46
0
user avatar
Nina Milanova
Seru tapi serem amat, Thor :D
2021-11-25 13:55:42
0
user avatar
Teratai
ceritanya keren kak
2021-07-09 20:15:50
0
39 Bab
Kendrick William
Di sebuah ruang kantor yang kecil namun nyaman, Ken mematikan laptop. Dari balik dinding kaca, ia bisa mendengar suara riuh anak buah yang hendak pulang. Suara itu semakin nyaring saat akhir bulan seperti ini karena gaji baru saja dibagikan. Senyum bahagia terulas di bibir merah, menghiasi wajah bergaris lembut yang bersih dari cambang dan kumis.Ruko empat lantai yang dibeli beberapa waktu lalu secara kredit ini telah disulap menjadi workshop untuk memproduksi sneakers handmade yang eksklusif. Kendrick Williams, lajang berusia 29 tahun itu menuai keberhasilan di usaha sepatu.Berkat semangat pantang menyerah dan otak yang cerdik, di usia yang masih sangat muda, ia telah merasakan kejayaan usaha.Tak lama kemudian, bunyi sepatu menggaung di ruang yang lengang, menapaki tangga. Ken tersenyum, membayangkan sepasang tungkai jenjang nan indah dengan stiletto merah menyala tengah bergerak menaiki tangga. Dari jauh pun Ken telah menikmati sensasi pinggul ramping denga
Baca selengkapnya
Marga
Jonathan telah menghilang bersama mobilnya. Ken masih termangu di serambi ruko sambil memegang sepatu lelaki itu. Bayangan perilaku sang seleb membuatnya bertanya-tanya. Terus terang, sodokan jagoan kecil Jonathan tadi membuatnya merinding. Ken pun menepis jauh-jauh pikiran melenceng itu agar tidak menuduh orang sembarangan. Sambil melangkah masuk ke kantor, dipanggilnya bagian sekuriti.“Parno, nih lu simpen sepatu Jonathan. Mana tahu besok-besok dia ambil.”Parno menerima sepatu dengan menegakkan tubuh untuk memberi hormat. “Siap, Bos!”“Jangan sampai hilang atau kotor. Nanti yang punya ngamuk.”“Siap!”“Ya udah, gue ke atas.”“Bos mau pulang ke apartemen atau menginap di sini?” tanya Parno.“Mau tahu aja lu! Gue di sini aja.”“Oh, iya maaf, saya lupa. Tadi ada Neng Cella.” Parno langsung cungar-cungir penuh arti.“Die
Baca selengkapnya
Aksi Si Kucing Manis
Ken bangun pagi itu dengan kepala pening. Perkataan Cella semalam telah membuat tidurnya tidak nyenyak. Beberapa kali mengigau dan terbangun. Alhasil sejak pukul tiga dini hari matanya tak mau terpejam.Cella masih bergulung nyaman di bawah selimut. Kepalanya rebah di lengan Ken. Karena sudah lama dalam posisi itu, lengannya mulai kesemutan. Dengan hati – hati Ken mengangkat sedikit kepala sang pacar agar dapat membebaskan lengan dari tekanan.Cella terbangun. Mata indah yang menghiasi wajah berkulit halus itu terbuka perlahan. Mengerjap sejenak untuk kemudian berbinar indah saat menemukan Ken. Wajah oval berpipi mulus yang dihiasi bibir mungil yang bulat, Cella menyebutnya cantik. Karena gemas, sebuah kecupan dihadiahkan di pipi Ken.“Selamat pagi, Cheyenk!”“Hmmm!”“Jam berapa ini?”Ken menoleh ke dinding lalu memberi isyarat dengan dagu. “Tuh!”“Idiiih. Ketus amat pagi &nd
Baca selengkapnya
Diusir Camer
Ken datang ke rumah orang tua Cella pada malam yang dijanjikan. Seperti kebiasaan, ia datang lima menit sebelum waktunya. Cella membukakan pintu dan berdebar melihat seraut wajah innocent yang memiliki bibir mungil membulat dan berwarna kemerahan. Kemeja putih dan celana khaki membuat wajah itu semakin terlihat segar.Ken masuk dengan anggun kemudian duduk dengan tenang di kursi tamu. Ia tampil santai tanpa terlihat gelisah. Barangkali karena sering mengalami kegagalan usaha dan kerap berjumpa banyak orang dengan berbagai macam karakter, Ken tidak terlalu resah dengan reaksi orang lain terhadap dirinya. Mungkin pula fisik dan latar belakang yang bagus membuat kepercayaan diri lelaki itu tebal.“Papa dan Mama baru selesai makan. Tunggu sebentar.” Cella duduk dengan gelisah. Tapi Ken malah menatapnya lurus-lurus sehingga debaran dadanya semakin kuat. Satu karena takut reaksi papanya tidak bagus. Kedua karena menahan diri agar tidak lari ke pelukan lelaki ini.
Baca selengkapnya
Vonis
Ken tidak ragu mengungkapkan diri walau Berto memandang dengan tatapan mengerikan. Lelaki itu pasti syok mendengar putrinya berhubungan dengan seorang lelaki yang tidak percaya pada agama. Dalam hati Ken mencela. Belum tahu saja bagaimana kelakuan sang putri bila tengah berkunjung ke apartemennya. Bisa – bisa lelaki lanjut usia itu langsung terkena serangan jantung jika ia membuka kartu Cella.“Pulang kau!” Berto kembali menghardik, kesal karena orang yang diusir malah mematung.“Papa, sabar ya,” pinta istrinya. Cella tak mau ketinggalan.“Pa, Ken cuma bercanda. Iya, kan, Ken?” Dengan isyarat kedipan mata Cella meminta Ken untuk mengangguk.Ken tersenyum kecut. Ia tidak mau mengangguk. Tulang keringnya segera ditendang oleh Cella.Rupanya aksi diam Ken itu semakin memicu kemarahan Berto. “Pokoknya, sampai ayam berkokok di kutub utara, Papa tidak akan serahkan kamu ke lelaki aneh ini! Paham kau Cel?!&r
Baca selengkapnya
Hobi Papa
Ken memasuki kamar tidur dengan malas – malasan. Setelah mengantarkan Cella ke apartemennya, cukup lama ia termenung di ruang tengah. Televisi dinyalakan, mata menatap lekat, namun gambar yang ditangkap tidak sampai ke otak karena kepalanya terlanjur penuh dengan permasalahan hubungannya dengan Cella.Ken tidak membayangkan hidup tanpa kehadiran gadis itu. Sekarang pun dalam kesendirian yang hanya beberapa jam, ia telah merasakan ada yang kurang. Kamar itu lengang seperti tidak bernyawa tanpa keberadaan si Kucing Manja.Ken merebahkan diri dengan enggan. Tangan menggapai ke sisi kasur di sebelahnya. Kosong. Baru berpisah tiga jam saja hatinya resah. Bagaimana nasibnya bila mereka harus putus?Sambil berbaring,mata ken menjelajah seisi ruang. Kamar tidur yang luas itu masih menyimpan jejak kehidupan Cella. Dekorasi dan hiasan yang ditata di berbagai sudut semuanya pilihan Cella. Aroma udara pun harum karena parfum gadis itu. Lemari pakaian masih menyimpan b
Baca selengkapnya
Terlalu Emosi
Di hari Minggu, pagi – pagi Ken dan Cella telah muncul di rumah sang ayah. Tangan Ken menenteng tas plastik berisi berbagai belanjaan untuk bahan membuat ikan arsik. Setelah dibukakan pintu oleh asisten rumah tangga, keduanya langsung menuju dapur.“Papa dan Mama udah bangun?” tanya Cella kepada si Bibi.“Belum, Non. Mungkin agak siang nanti.”“Oh, Papa dan Mama enggak ke gereja pagi?”“Sepertinya tidak, Non. Sehabis marah -marah semalam, Bapak kurang sehat. Kata Ibu, Bapak agak lemas.”Cella dan Ken kontan saling pandang.“Papa sakit atau gimana, kok lemas?” tanya Cella kembali.Si Bibi hanya menggeleng. “Bibi kurang paham, Non.”“Ken, kayaknya aku ke atas dulu, nengok kondisi Papa,” ujar Cella.Ken mengangguk. “Terus jadi enggak masak – masaknya?”“Jadi aja. Buat sementara, kamu masak sama Bibi.&rdqu
Baca selengkapnya
Artis Aneh
Lift bergerak naik, membawa dua lelaki yang sibuk dengan pikiran masing – masing. Ken masih resah dengan sikap ayah Cella sehingga mendiamkan saja Jonathan. Sedangkan pemuda itu rupanya sibuk menenangkan diri karena tidak ingin terlihat cengeng di depan lelaki lain. Bukankah hanya perempuan yang mudah menangis di sembarang tempat? Setelah beberapa waktu bungkam, saat keluar lift, akhirnya Jonathan punya kekuatan untuk mengeluarkan suara.Unit Ken terletak di ujung. Mereka berjalan beberapa waktu untuk mencapai tempat itu.“Apartemen disita bokap, mobil disita nyokap.” Jonathan melanjutkan keluh kesah dengan suara bergetar. Ada isak lirih saat pemuda itu mengucapkannya walau sudah ditahan sekuat mungkin.Ken meringis menahan geli. Jonathan sudah sedewasa itu, tapi orang tuanya tetap memperlakukan sang anak seperti remaja tanggung. Buat apa menyita apartemen dan mobil pria dewasa yang sudah bisa hidup mandiri?“Santuy. Duit lo kan ba
Baca selengkapnya
Tamu Enggak Ahlak
Jonathan dengan riang membuntuti Ken ke meja makan. Di sana telah terhidang dua piring capcay yang masih mengepul. Nafsu makan Jonathan langsung tergugah. Dan memang benar, rasa masakan Ken tidak mengecewakan.Ken malas bertanya. Tanpa ditanya pun Jo akan bercerita dengan sendirinya. Siapa yang tidak kenal model yang satu ini? Ia kerap menjadi host atau bintang tamu di berbagai acara televisi karena kemampuannya berceloteh.“Lo enggak tanya kenapa gue berantem sama Nara?” Jo membuka pembicaraan setelah rekannya hanya berdiam diri cukup lama. Ia benci kesunyian. Karena itu mulutnya tidak tahan untuk mengisi ruang kosong dengan kata - kata.“Perlu banget gue tahu masalah, lo? Kalau lo mau cerita, gue dengerin. Kalau nggak pun, gue nggak kepo.”Jo mencibir. “Sadis, dingin, cool boy lo!”“Terserah! Cepetan makan, ntar kesedak pula.”Jonathan kembali mencibir. Kali ini lebih panjan
Baca selengkapnya
Cara Baru Menghilangkan Stres
Ken masih terngiang perkataan Jonathan walau lelaki itu telah lama pulang. Bukan pulang ke rumahnya, melainkan ke apartemen sewaan sementara sebelum menemukan yang cocok untuk dibeli. Walau sempat diteriaki dan diusir, Jonathan hanya menanggapinya sebagai gurauan.“Woles, Bro! Gue cuma bercanda. Elo cowok normal kok, senormal - normalnya.” Seperti itulah sanggahan Jonathan waktu itu. sayangnya, Ken tidak membiarkan perkataan itu berlalu begitu saja.  Otaknya menyimpan dan mengolah informasi itu dengan sangat baik.Elo cantik kayak artis. Apa memang seperti itu penampilannya?Karena penasaran, Ken berdiri di depan cermin, menjelajahi pantulan diri. Mula - mula masih dengan memakai baju lengkap. Lama - kelamaan ia tanggalkan semua sehingga sosok berkulit kuning terang itu terlihat nyata. Memang benar kata Jonathan, dirinya mulus dan minim rambut.Ken berputar sejenak. Gerak geriknya memang halus karena sejak kecil tidak terbiasa be
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status