All Chapters of An Empty Heart (INDONESIA): Chapter 21 - Chapter 30
117 Chapters
Bab 21
Tepat pukul delapan pagi, Dyandta sudah tiba di rumah sakit. Ia berjalan dengan santai di sepanjang lobi rumah sakit sambil membalas sapaan beberapa suster dan dokter yang berpapasan dengannya. Seakan tidak ada beban yang ada pada dirinya. Dan sesampainya ia di ruangan, Dyandta pun melihat George sedang duduk santai di kursi kerjanya. Astaga! Itu sungguh mengejutkan. Harusnya pria itu masih ada di penjara. Tapi sekarang, dia sudah kembali?Dyandta pun berjalan sedikit cepat untuk menghampiri pria yang sudah kurang ajar padanya. Dia menatap sinis sambil melipat kedua tangannya di dada. "Kenapa kau ke sini?" tanyanya datar."Karena aku merindukanmu," jawab George santai.Dyandta mendecih geli. Mengingat George hampir saja menggaulinya waktu itu. Jika Damien tidak ada di sana, mungkin kehormatannya sudah hilang. Tuhan masih melindunginya saat itu. Dan sekarang, dengan santainya pria itu mengatakan 'rindu' padanya. Ck! Sangat menjijikkan."Kenapa, Sayang? Apa kau tidak merin
Read more
Bab 22
Menikah merupakan keinginan setiap insan manusia, terutama wanita. Mereka selalu membayangkan kehidupan pernikahan yang bahagia seperti mengurus suami, memiliki anak, menjadi ibu rumah tangga yang baik dan selalu mendapatkan perhatian dari suami setiap saat. Begitupula dengan Dyandta. Wanita itu juga menginginkan hal tersebut. Menikah dengan pria yang ia cintai. Sosok pria yang diidamkannya memang seperti Damien, namun restu orangtuanya masih menjadi hambatan besar dalam hubungannya dengan Damien.Dokter muda itu termenung di ruang kerjanya. Untung saja, hari ini tidak terlalu banyak pasien. Jadi, Dyandta bisa lebih santai dari biasanya."Damien," gumam Dyandta.Sepeninggal Damien pagi tadi, Dyandta terus memikirkan pria itu. Dyandta takut, depresi yang dialami Damien akan kembali kambuh karena masalah ini. Padahal Dyandta hanya mengatakan untuk menjalaninya terlebih dulu. Itu bukan berarti sebuah penolakan. Dyandta hanya ingin mengenal Damien lebih jauh lagi se
Read more
Bab 23
Saat sibuk berbincang dengan Malvis, Dyandta tidak menyadari kehadiran Damien di ujung koridor. Damien menatap Dyandta tengah bersenda-gurau dengan pria lain, bahkan terlihat sangat akrab. Rasa amarah terlukis jelas di wajah Damien. Tangannya yang berurat mengepal dengan sempurna. Langkahnya mundur secara perlahan, lalu meninggalkan koridor begitu saja. Damien bersumpah tidak akan pernah menemui ataupun mengharapkan wanita itu lagi untuk menjadi pendamping hidupnya.Damien masuk ke dalam mobil, lalu melaju kencang meninggalkan rumah sakit. Untuk kedua kalinya ia dikecewakan oleh dua wanita yang berbeda. Pertama mantan istrinya dan yang kedua adalah Dyandta. Damien sadar bahwa dirinya pernah terkena depresi, namun kini dirinya sudah sembuh. Apakah itu bisa dijadikan alasan untuk Dyandta memilih pria lain?Tangan kanan Damien memukul setir mobilnya berulang kali. Sementara laju mobil cukup cepat, di atas rata-rata. Damien tidak lagi memikirkan keselamatan dirinya sendiri maupun orang la
Read more
Bab 24
Damien mengerjapkan mata ketika sinar matahari menerpa wajahnya dari sela jendela. Tirai jendela ternyata sudah dibuka oleh Airin agar putra kesayangannya itu segera terbangun dari tidur lelapnya. Air lemon hangat juga disediakan oleh Airin di atas nakas.Damien sedikit mendesis sambil memegangi kepalanya yang terasa pusing dan berdenyut. Ia mencoba untuk duduk dan bersandar. Setelah sepenuhnya sadar, barulah Damien menyadari kehadiran Airin di sana. "Ibu, kepalaku pusing sekali," keluhnya."Minum air lemon ini." Airin menyodorkan gelas berisi air lemon kepada putranya. "Kau pulang jam tiga pagi dalam keadaan mabuk. Wajar jika kau mengalami pusing di kepala.""Mabuk?"Airin mengangguk sambil meletakkan gelas tersebut ke atas nakas. "Iya. Kau tidak ingat?""Oh, iya. Aku baru mengingatnya, Bu," ucap Damien yang masih memijat kepalanya. "Lalu, yang mengantarku pulang siapa?""Ibu juga tidak tahu, Nak. Kata Ayah, kau sudah tergeletak di lantai."Damien berusaha mengingatnya, namun kepalan
Read more
Bab 25
Dyandta duduk di salah satu kursi yang ada di kantin rumah sakit. Saat ini, ia sedang berhadapan dengan Bailey secara langsung. Semula, mereka sudah bicara via telepon pagi tadi. Tapi siang ini, Bailey kembali menghubungi Dyandta untuk bertemu secara langsung. Tatapan Bailey tampak tajam, seakan sedang mengintimidasi tersangka. Sementara Dyandta hanya bersikap tenang seperti biasa. Kedua tangan Dyandta berada di atas meja."Jadi, hal apa yang ingin anda tanyakan?"Bailey berdeham sejenak, lalu ia berkata, "Masih tentang hal yang sama. Tentang Damien, anak saya.""Ada apa dengan Damien?""Dokter jangan pura-pura tidak tahu apa yang telah terjadi pada anak saya. Kemarin, Damien melihat anda sedang bersama pria lain. Dan anak saya berkata bahwa keluarga anda berat memberi restu karena riwayat penyakit mentalnya yang menjadi alasan utama," ucap Bailey dengan nada suara yang sedikit tegas. "Sekarang, jawab pertanyaan saya. Apakah benar kejadiannya seperti itu?"Dyandta terdiam. Akhirnya ia
Read more
Bab 26
Damien menatap Dyandta dengan tajam karena telah merusak kesenangannya. Bahkan Damien dengan lantang menepis tangan Dyandta yang masih bertengger di lengan kekarnya. Dyandta benar-benar merusak suasana. Wanita yang ada di samping Damien pun menatap Dyandta dengan tatapan tidak suka."Apa yang kau lakukan di sini, hah?! Kau merusak kesenanganku!" Suara Damien meninggi karena marah. "Pergi dari hadapanku sekarang! Kau itu tidak pantas menghalangiku!"Dyandta merasa sedih mendengar teriakan itu. Bagaimana bisa Damien setega itu padanya? Padahal Dyandta datang untuk menjelaskan semuanya. Tapi kondisi Damien saat ini tidaklah baik."Damien, tolong dengarkan aku. Kau hanya salah paham. Waktu kau datang ke rumah sakit, aku....""Cukup!" Damien menyela dengan cepat. Ia tidak suka mendengar alasan. "Aku tidak akan mendengar alasanmu! Apapun itu, aku sudah membencimu dan menjauhlah dariku!"Damien mendorong tubuh Dyandta hingga tersungkur ke lantai. Dyandta meringis kesakitan, sementara Damien
Read more
Bab 27
Dyandta menangis sesenggukan di dalam kamar. Ia merasa hancur melihat perubahan Damien. Tidak menyangka kesalahpahaman itu akan mengubah karakter seseorang menjadi lebih buruk seperti itu. Dyandta sangat menyesal karena tidak memikirkan hal ini sebelumnya.Saat ketukan pintu terdengar dari luar, Dyandta langsung menghapus airmatanya. Suara ibunya sudah terdengar dan memintanya untuk sarapan.Pagi ini, Dyandta memang izin untuk tidak masuk kerja karena merasa tidak enak badan dan juga pikirannya sedang kacau. Sejak semalam ia tidak tidur, mencari cara untuk menyadarkan Damien dari segala perbuatan buruknya. Dyandta tidak ingin Damien terjebak di dalam dunia gelap itu."Dyandta, ayo sarapan, Nak."Suara ibunya kembali terdengar. Dyandta bergegas turun dari tempat tidur. Sebelum membuka pintu, Dyandta memastikan airmatanya sudah mengering agar ibunya tidak banyak bertanya mengenai hal itu.Pintu dibuka dan Dyandta memaksakan senyuman agar ibunya tidak curiga. "Iya, Bu. Nanti aku menyusul.
Read more
Bab 28
Ketika hati terluka, luka itu tidak akan sembuh secepat kilat. Butuh proses untuk menyembuhkannya. Begitu juga hati Damien yang sempat terluka untuk kedua kalinya. Meskipun sebenarnya ini hanyalah kesalahpahaman saja. Tapi Damien tidak mau mengerti. Mungkin karena trauma masa lalu yang masih menghantuinya sampai detik ini. Dikecewakan itu memang tidak enak.Damien juga sadar, dirinya hanyalah seorang duda yang pernah gagal dalam pernikahan dan tidak bisa mempertahankan pernikahan itu. Mengalami trauma dan depresi berat sehingga membuatnya seperti orang tidak waras. Wajar jika orang tua ataupun saudara Dyandta yang lain masih ragu untuk memberi restu.Saat ini, Damien tengah termenung di ruangannya. Sudah berapa hari dirinya tidak datang ke kantor itu hanya karena ingin melampiaskan emosi bersama wanita lain. Jujur saja, melihat Dyandta dekat dengan pria lain dan tertawa lepas, membuat hatinya hancur. Sakit. Damien tidak bisa menerima itu dengan mudah meskipun sudah dijelaskan berkali-
Read more
Bab 29
Setelah jam kerja selesai, Damien tidak berkunjung ke bar, melainkan langsung pulang ke rumah orang tuanya. Mungkin karena hasratnya sudah ia lampiaskan pada Celine saat di kantor tadi. Bahkan sebelum pulang, ia sempat menemui Celine dan kembali mengancam agar kejadian itu tidak disebar-luaskan. Celine hanya bisa menurut dan tidak berani melawan perintah atasannya itu karena Celine butuh pekerjaan tersebut untuk menafkahi anak-anaknya.Damien berjalan memasuki pekarangan rumah. Dilihatnya sang ibu sedang menyiram tanaman di halaman. Beberapa tanaman hias sangat terawat dengan baik di sana. Airin memang rajin merawat tanaman hias itu.Damien memeluk Airin dari belakang. Airin hanya tersenyum sambil mengelus kepala putranya yang bersandar di bahunya. "Cepat ganti pakaianmu. Ibu sudah memasak makanan kesukaanmu," kata Airin."Aku masih belum lapar, Bu.""Pergi dan lihatlah ke meja makan. Kau akan merasa lapar setelah melihat masakan Ibumu ini," ujar Airin.Damien pun melepas pelukannya.
Read more
Bab 30
Dyandta terduduk lemas salah satu kafe yang tak jauh dari lokasi ia diturunkan oleh Damien. Kondisinya masih belum pulih total. Ditambah lagi perlakuan Damien yang sangat menyesakkan hati. Wanita mana yang suka diperlakukan kasar seperti itu? Hanya karena salah paham, semuanya menjadi hancur dan berubah dalam sekejap. Dyandta juga mengutuk dirinya sendiri yang memang tidak bisa mengendalikan rasa senangnya saat bertemu dengan Malvis.Selama ini, Malvis adalah pria yang selalu mendengarkan segala keluh-kesahnya dalam hal apapun. Malvis juga sering membantu Dyandta jika mengalami kesulitan. Dyandta tidak bisa bersikap cuek pada pria itu. Ia menganggap Malvis sudah seperti saudara. Apalagi Dyandta sendiri hanya anak tunggal.Dyandta memesan segelas cokelat panas untuk menghilangkan rasa stresnya. Dyandta benar-benar membutuhkan hiburan saat ini. Untungnya, suara musik dari kafe itu membuatnya sedikit lebih tenang dan santai. Ia menarik napas lalu membuangnya perlahan sambil menutup mata.
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status