Semua Bab Secret Romance: Bab 21 - Bab 30
37 Bab
Part 21
Walau sudah lebih dari setengah jam terjaga, tapi Sandara belum juga berniat menuruni ranjang. Sandara masih betah menatap langit-langit kamarnya dalam keremangan sambil mendengarkan suara ayam berkokok milik sang ayah. Sandara tidak bisa tidur nyenyak karena otaknya sibuk bekerja memikirkan reaksi orang tuanya terhadap keadaannya kini yang tengah berbadan dua. Hampir setiap beberapa jam ia tiba-tiba terbangun dari tidurnya karena saking gelisahnya. Sandara menghela napas ketika menyadari bahwa kemarin malam ia lupa menyeduh susu. Saking larutnya saling berbalas pesan dengan Ranty dan Barry, ia sampai melupakan minuman yang mulai sekarang akan wajib dikonsumsinya sebelum tidur. Ia langsung mengambil ponselnya di atas nakas untuk melihat jam, ketika mendengar pintu kamarnya beberapa kali diketuk dari luar. Sambil mengikat asal rambut panjangnya, ia menuruni ranjang dan berjalan menuju pintu. “Pagi, Ma,” Sandara langsung menyapa sang ibu setelah membuka pintu kamarnya. “Pagi,” Wulan m
Baca selengkapnya
Part 22
Sandara melihat mobil sang ayah sudah terparkir rapi di carport saat ia tiba di rumah. Sandara sangat berharap orang tuanya tengah beristirahat karena ia sedang malas berbicara dengan siapa pun. Yang paling diinginkannya saat ini hanyalah segera merebahkan tubuhnya dan secepat mungkin tidur. Saat dalam perjalanan pulang tadi, tiba-tiba saja Sandara sangat ingin mengisi perutnya dengan ayam bakar kesukaannya di warung makan langganannya. Walau pengunjung warung makan yang didatanginya tersebut ramai, tapi ia rela mengantri demi terpenuhinya keinginannya tersebut. “Sore, Pa, Ma. Aku kira kalian sedang beristirahat,” sapa Sandara saat memasuki rumah dan melihat orang tuanya sedang duduk di ruang keluarga. Ia berjalan sambil mengusap perutnya yang sudah kenyang. Melihat kedatangan Sandara dan menangkap bahasa tubuh yang diperlihatkan sang anak, seketika membuat emosi Reyhan menggebu-gebu. Tanpa memberikan tanggapan atas sapaan Sandara, Reyhan berdiri dan langsung menghampiri anaknya ter
Baca selengkapnya
Part 23
Levin manggut-manggut. Ia mengerti arah pembicaraan Reyhan. Tentu saja ia sangat memaklumi kekhawatiran seorang ayah terhadap kelangsungan hidup buah hatinya, terlebih jika anak tersebut adalah putri tunggalnya. Ia mengetahui bahwa Sandara merupakan anak tunggal di keluarganya dari Barry. “Jika hanya menggunakan gaji dosen saya saja tentu tidaklah cukup, Pak. Selain sebagai dosen saya juga merupakan karyawan tetap di sebuah hotel bintang lima di Jakarta dengan jabatan manajer keuangan. Untuk biaya kebutuhan hidup dan pendidikan Sandara, saya berani menjaminnya dengan tabungan yang saya miliki, Pak,” ucap Levin dengan penuh percaya diri dan keseriusan. “Rasanya sungguh sangat aneh membanggakan sebuah jabatan dan nominal yang dimiliki. Baru pertama kalinya aku melakukannya hal senarsis ini,” komentarnya dalam hati. Melihat ketenangan Levin dan merasa laki-laki tersebut tidak mudah diintimidasi, Reyhan pun memutuskan tidak memberikan tanggapan. “Saya tidak ingin membahas masalah ini ber
Baca selengkapnya
Part 24
Lutut Sandara seketika lemas mendengar jawaban Asti. Untung saja saat ini Sandara masih dalam keadaan duduk, jika tidak, bisa-bisa ia langsung meluruh ke lantai. “Tidak. Tidak mungkin itu Pak Levin,” batinnya dengan tegas menyanggah dugaannya. “Non,” panggil Asti khawatir saat melihat wajah Sandara yang tiba-tiba pucat pasi. “Non Sandara,” panggilnya kembali seraya menyentuh pundak Sandara. Mendengar nada khawatir Asti, Bibi Puspa yang tadinya sedang mencuci piring Sandara pun menoleh. Ia terkejut saat melihat wajah pucat Sandara. Tidak hanya itu, wajah Sandara pun kini mulai berkeringat, padahal udara cukup dingin karena hujan di luar belum juga berhenti. “Ada apa dengan Non Sandara, As?” tanyanya pada Asti. Dengan cepat Asti menggeleng. “Saya juga tidak tahu, Bi. Wajah Non Sandara tiba-tiba saja pucat,” jawabnya jujur. “Kalau begitu Bibi panggilkan Ibu dan Bapak saja ya,” ucap Bi Puspa khawatir. Ia takut terjadi sesuatu terhadap Sandara, apalagi perempuan muda tersebut saat ini s
Baca selengkapnya
Part 25
Dua hari setelah menggelar pernikahannya, Levin mengajak Sandara kembali ke Jakarta bersama Barry dan orang tuanya. Sesuai permintaan Reyhan, Levin dan Sandara menggelar pernikahannya di vila milik Sony Sakera dengan sangat sederhana. Mengikuti permintaan Reyhan pula, pernikahan tersebut pun dilakukan jam sembilan pagi. Selain orang tua dari masing-masing mempelai, yang ikut menjadi saksi dari pengucapan sumpah sekaligus janji pernikahan tersebut adalah Sony dan keluarganya. Setelah acara pernikahan usai, Reyhan dan Wulan langsung meninggalkan vila. Bahkan, secara frontal mereka menolak ketika ditawari untuk mencicipi hidangan yang sudah disediakan oleh keluarga Levin. Melihat sikap orang tuanya yang secara terbuka menunjukkan ketidaksukaannya, senantiasa membuat Sandara berlinang air mata, dadanya pun terasa sangat sesak. Gibran dan Dianti hanya bisa menghela napas sekaligus menenangkan perempuan yang kini sudah menjadi menantunya tersebut. Levin sendiri hanya memasang ekspresi datar
Baca selengkapnya
Part 26
Keinginan Sandara untuk tetap kuliah meski dalam kondisi berbadan dua terpaksa tidak bisa dilanjutkan karena ngidam yang dialaminya menjadi penghalang utama. Baru seminggu mengikuti perkuliahan, akhirnya Sandara memberi tahu Levin bahwa ia ingin mengambil cuti. Sandara memutuskan akan melanjutkan kuliahnya nanti setelah ia melahirkan. Fase ngidam baru Sandara alami ketika usia kandungannya berada di trimester kedua. Selain mengalami morning sickness, sifat, dan kebiasaan Sandara juga sangat berbeda dari sebelumnya gara-gara fase ngidam tersebut. Yang paling menonjol dan membuat Levin tercengang sekaligus tidak habis pikir adalah kebiasaan Sandara saat tidur. Tidur nyenyak Levin terganggu karena telinganya mendengar suara seperti orang muntah. Setelah matanya terbuka, Levin tidak menemukan keberadaan Sandara di atas tempat tidurnya. Menduga bahwa Sandara yang sedang muntah di dalam kamar mandinya, Levin pun memutuskan bangun dan menyambangi istrinya tersebut. Levin bisa langsung memasu
Baca selengkapnya
Part 27
Memperhitungkan kondisi Sandara, akhirnya Levin menerima saran dari orang tuanya dan Barry yang memintanya untuk tetap tinggal di kediaman Adyatama. Jika Levin bersikeras ingin mengajak Sandara tinggal di apartemen dan ia meninggalkannya bekerja, maka istrinya tersebut akan sendirian. Namun, hal tersebut tidak akan terjadi jika mereka tetap tinggal di kediaman Adyatama. Walau semua orang pergi untuk melaksakan kewajiban sekaligus tanggung jawabnya masing-masing, setidaknya masih ada Bibi Inah dan Mirna yang bisa menemani Sandara di rumah. Bahkan, bisa langsung memberi tahu mereka seandainya terjadi sesuatu pada Sandara. Walau mual dan muntah hampir tidak pernah lagi dialami Sandara di kehamilannya yang sudah berusia 24 minggu, tapi calon ibu muda tersebut masih sangat ketergantungan dengan aroma tubuh Levin, terutama ketika menjelang tidur. Makanya, sampai detik ini Levin dan Sandara masih berbagi ranjang. Sandara tidak hanya ketergantungan dengan aroma tubuh Levin, melainkan sikapnya
Baca selengkapnya
Part 28
Setengah jam setelah waktu makan malam berlalu, kediaman Adyatama kedatangan keluarga Saguna yang bertamu tanpa pemberitahuan terlebih dulu. Walau pada awalnya mengejutkan, tapi Dianti tetap menyambut hangat kedatangan sahabat suaminya tersebut. Dianti mengajak tamunya tersebut bergabung bersama anak-anaknya di ruang keluarga. Di ruang keluarganya kini hanya ada kedua anaknya, sedangkan menantunya sudah memasuki kamar. Usai makan malam tadi Sandara memang mengatakan akan beristirahat lebih awal. “Bar, panggil Papa di ruang kerjanya. Katakan bahwa Om Firman dan keluarganya datang,” pinta Dianti kepada Barry. Barry dan Levin yang tengah mengobrol kompak menoleh saat mendengar suara Dianti. Keduanya langsung berdiri karena sang ibu menghampiri mereka tidak sendirian. Keduanya juga menyapa sahabat orang tuanya tersebut dengan sopan secara bergantian. Usai menyapa keluarga Saguna, Barry pun bergegas menuju ruang kerja sang papa untuk mengindahkan permintaan ibunya. “Om ikut senang saat m
Baca selengkapnya
Part 29
Sepulangnya keluarga Saguna dari kediaman Adyatama, Sandara langsung meminta maaf kepada mertuanya atas kelancangannya tadi. Sebelum meninggalkan kediaman Adyatama, Firman dan Jihan juga sempat meminta maaf sedalam-dalamnya kepada Sandara atas perbuatan tidak terpuji yang telah dilakukan oleh Dinda selaku keponakan mereka. Sandara tidak memberikan maaf karena bukan Firman dan Jihan yang berbuat jahat padanya, meski Dinda adalah anggota keluarga mereka juga. Bagi Sandara, siapa yang telah berani melakukan perbuatan jahat, maka orang tersebutlah yang harus bertanggung jawab dan meminta maaf. Apalagi jika tindak kejahatan tersebut sudah direncanakan dan dilakukan secara sengaja. Setelah Levin memberikan penegasan kepada Sava tentang statusnya kini, perempuan tersebut tidak ada bersuara lagi. Sandara juga telah melupakan dimsum yang dipesannya. Malam ini Sandara tidur tidak menempel dengan Levin seperti biasanya. Posisi tidur Sandara saat ini berbaring menyamping dan memunggungi Levin. Ba
Baca selengkapnya
Part 30
Bukan tindakan yang mudah bagi Levin dalam membujuk dan meyakinkan Dianti mengenai kepindahannya bersama Sandara ke apartemen. Tentu saja Levin mengetahui jelas alasan utama Dianti sulit mengizinkannya membawa Sandara pindah ke apartemen. Setelah Sandara turun tangan ikut membujuk dan meyakinkan Dianti, akhirnya keinginan Levin pun dikabulkan oleh wanita paruh baya yang sangat dihormati sekaligus disayanginya tersebut. Kini sudah dua bulan Levin dan Sandara tinggal hanya berdua di apartemen. Walau sudah tinggal terpisah, tapi Dianti sering datang ke apartemen Levin terutama ketika jam makan siang tiba. Kadang Dianti juga menyuruh sopir menjemput Sandara ke apartemen untuk datang ke kafenya dan mengajak menantunya tersebut makan siang bersamanya. Bukan hanya Dianti, Barry juga sering datang ke apartemen Levin bersama Ranty jika mereka sedang tidak ada jam kuliah. Tentu saja sebelumnya Barry sudah meminta izin dulu kepada Levin, mengingat saat ini status Sandara tidak hanya menjadi saha
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status