Lahat ng Kabanata ng Bukan Pahlawan: Kabanata 11 - Kabanata 20
22 Kabanata
10. Bertemu Rizwan
Bukan Pahlawan 10 Bertemu Rizwan Suasana di dalam mobil terasa sunyi saat mobil yang dikemudikan Zayn membelah jalanan menuju kota M hanya terdengar lagu-lagu yang saat ini sedang popular dari pemutar music yang ada di dashboard. Aku tenggelam dalam pelukan bu Teguh yang membuatku merasa nyaman meski hatiku merasa sangat sedih. Bu Teguh membelai punggungku tanpa mengatakan satu katapun tapi aku tahu dia bisa merasakan kegundahan hatiku. Di kursi kemudi, Zayn juga tak mengatakan apapun, dia tampak tenggelam dalam pemikirannya. Aku tak tahu apa yang dipikirkannya karena Zayn bukanlah orang yang mudah ditebak. Aku bisa melihat kecemasan di wajah Zayn dari kaca spion dan aku tak tahu apa yang membuatnya cemas. Akhirnya kami sampai di kota M, dari alun-alun kota, Zayn mengarahkan kendaraan menuju jalan  ke sebuah kecamatan sesuai petunjukku. Zayn menghentikan kendaraannya di sebuah rumah besar dengan halamannya yang luas, tak sebesar rumah keluarga Ab
Magbasa pa
11. Keputusan
Bukan Pahlawan 11 Keputusan “Aku mencintaimu, Na. Aku sudah berusaha berbesar hati untuk menerimamu yang sudah tidak suci lagi, jangan paksa aku untuk menerima benih jahanam di perutmu. Gugurkan dia dan aku akan melupakan apa yang pernah terjadi padamu,” katanya sendu.  Ucapan Rizwan itu terus saja bergema di hatiku membuat aku hanya terdiam sepanjang perjalanan pulang dari rumah Rizwan. Bu Teguh memelukku erat dan membiarkan aku menangis dalam pelukannya. Sesekali bu Teguh akan menghiburku meskipun dia tahu hal itu tak akan mempan karena aku sama sekali tidak akan mendengarnya tapi setidakknya dia tidak membiarkanku sendirian.  Di kursi depan, Zayn tampak murung, entah apa yang dipikirkannya. Sepertinya Zayn merasa kesal dengan apa yang terjadi padaku. Tadi dia bahkan hampir memukul Rizwan ketika mendengar ketika laki-laki itu mengatakan hal yang menyakitkan itu kalau saja ibu tidak segera menenangkannya. Setengah jam perjalanan, ak
Magbasa pa
12. Ini Salah
Bukan Pahlawan 12 Ini Salah Malam terasa begitu sunyi padahal jamdi dinding menunjukkan angka Sembilan. Pak dan Bu Teguh telah masuk ke kamar mereka sejak seperempat jam lalu sedang Zyan  sudah tidur sejak setengah jam yang lalu. Hanya ada Zayn dan aku di ruang keluarga dan kami  masih sama-sama diam  semenjak orang tua Zayn meninggalkan kami berdua di ruangan ini. Suasana di antara kami  terasa begitu canggung karena kami  sama-sama diam dalam pikiran masing-masing untuk waktu yang lama. Beberapa kali aku mencuri padang pada laki-laki tampan yang duduk di depanku, aku bingung untuk menyuarakan perasaanku pada Zayn. “Ini salah,” gumamku setelah beberapa kali menatap pemilik wajah dingin di depanku yang tampak sibuk dengan ponselnya. “Ada apa, Ay?” mata kami bertemu dalam satu garis lurus, tatapannya yang tajam terasa menghujam jantungku membuatku membeku. “Ini salah, Mas. Tak seharusnya kamu mengorbankan cinta
Magbasa pa
13. Pemeriksaan Kesehatan
Bukan Pahlawan 13 Pemeriksaan Kesehatan Zayn mengemudikan mobilnya memasuki gerbang Puskesmas tempatku bekerja kemudian memarkirnya di depan salah salah satu bangunan di sana. Aku segera turun setelah melepas safety belt yang kukenakan dan menunggu Zayn keluar dari mobilnya. Kami melangkah bersisian dengan canggung memasuki bangunan puskesmas tempatku bekerja. Hari ini aku dan Zayn berencana melakukan pemeriksaan Kesehatan di puskesmas untuk persyaratan kami menikah. Sebenarnya aku ingin melakukan pemeriksaan di tempat lain agar teman-temanku tak ada yang kalau aku akan menikah dengan Zayn tapi Zayn berkeras untuk berkeras periksa di tempat kerjaku. Kebetulan hari ini aku juga dapat giliran jaga di ruang pemeriksaan kehamilan hingga kami sengaja berangkat pagi. Saat aku dan Zayn memasuki  pintu masuk puskesmas, aku menyadari puluhan pasang mata rekan-rekanku yang sedang antri untuk melakukan finger print maupun yang masih ada di sekitar tempat it
Magbasa pa
14. Aku Tidak Akan Menuntut Hakku Sebagai Suami
Bukan Pahlawan 14 Aku Tidak Akan Menuntut Hakku Sebagai Suami Berita tentang pernikahanku dengan Zayn menyebar dengan cepat di tempat kerjaku menimbulkan kehebohan. Mereka merasa tak percaya aku yang bertunangan dengan Rizwan justru menikah dengan Zayn yang tengah menjalin hubungan dengan Risya. Berita miringpun segera berhembus kencang mengiringi rencana pernikahanku dan Zayn. Mereka menganggap aku berselingkuh dari Rizwan dan meninggalkannya karena Zayn lebih segalanya disbanding Rizwan. Aku berusaha untuk tidak memperdulikan semua berita miring tentangku dan Zayn karena apapun usahaku untuk menyangkal berita itu justru akan membuat mereka semakin mempercayai  beritanya. Aku hanya bercerita pada salah satu seniorku, Anggi apa yang terjadi padaku dan kenapa Zayn menikah denganku. Hal itu kukatakan padanya saat Anggi bertanya tentang kebenaran berita itu padaku. Jawabanku juga menjawab rasa penasarannya kenapa akhir-akhir ini Rizwan tak pernah lagi muncu
Magbasa pa
15. Kegalauan Ayana
Bukan Pahlawan 15 Kegalauan Ayana Malam itu setelah menemui kerabatku dan kerabat Zayn juga tetangga dekat dan tokoh masyarakat yang hadir dalam acara akad nikah kami, akhirnya aku  pamit untuk kembali ke kamar sedang Zayn masih berada di ruang tamu menemani para tamu yang masih berbincang di sana. Aku hendak memasuki kamarku saat salah satu asisten rumah tangga memberi tahu kalau kamarku digunakan oleh nenek dan bibiku atas perintah Bu Teguh dan dia memintaku untuk tidur di kamar Zayn yang memang bersebelahan dengan kamarku. Untuk beberapa saat aku hanya berdiri terpaku di depan kamar Zayn, aku merasa jantungku berdetak dengan kencang saat asisten rumah tangga membukakan pintu kamar Zayn dan memintaku masuk ke dalamnya. Ini adalah kali pertama aku memasuki kamar Zayn, kalau bukan karena aku menikah dengannya tentu aku tak pernah memasuki kamar ini. Bagaimanapun aku merasa tabu untuk memasuki kamar seorang laki-laki, apalagi Zayn sendiri jarang m
Magbasa pa
16. Resepsi
Bukan Pahlawan 16 Resepsi Setelah sarapan, kami berangkat menuju Kafe Rendezvous. Butuh waktu setengah jam dari kediaman Abisatya sampai ke kafe. Sepanjang perjalanan, aku hanya diam hanya sesekali aku bicara untuk menjawab pertanyaan Bu Teguh yang duduk di kursi belakang bersamaku. Sesekali tatapanku bertemu dengan tatapan Zayn yang mengemudikan mobil membawa kami melalui  kaca spion di atasnya. Setelah sampai di sana, aku dan Zayn dibawa ke ruangan terpisah untuk dirias dan berganti pakaian. Aku terpana saat bertemu Zayn di pelaminan. Dia terlihat sangat gagah dan tampan dengan pakaian yang dikenakannya. Dia terlihat bak pangeran dari negeri dongeng dalam balutan setelan putih  yang di desain model seorang pangeran. Aku melihat wajah Zayn yang tampak sumringah dengan senyuman hangat di bibirnya. Aku tak pernah melihat senyuman Zayn sehangat ini sebelumnya. Tampaknya dia benar-benar ingin menunjukkan kepada setiap orang yang hadir di tempat
Magbasa pa
17. Tak Pernah mencintai
Bukan Pahlawan 17            Tak Pernah mencintai Risya POV Suasana di Kafe Rendezvous masih ramai saat aku tiba di tempat itu. Ada ribuan orang yang masuk dan keluar dari Kafe terbesar di kota kecil ini. Mereka adalah para tamu undangan resepsi pernikahan Zayn dan Ayana yang terdiri dari berbagai kalangan. Pernikahan ini memang digelar dengan meriah mengingat Zayn adalah putra sulung keluarga Abisatya yang sangat dibanggakan dan pewaris kerajaan bisnis Abisatya yang menguasai sebagian besar perdagangan di kota ini. Pesta ini adalah resepsi pernikahan terbesar yang pernah kulihat di daerah ini. Maklum saja keluarga Abisatya adalah keluarga kaya dengan relasi yang sangat banyak, relasi mereka tidak hanya sesame pengusaha tapi juga para pejabat yang berasal dari berbagai kota. Tentu saja bagi kebanyakan orang menjadi suatu kehormatan diundang di resepsi pernikahan ini. Aku hanya bisa merasa iri pada Ayana, gadis itu
Magbasa pa
18. Zayn luar biasa kan, Na?
Bukan Pahlawan 18 Zayn luar biasa kan, Na? Setelah pesta usai dan para undangan serta kerabat telah meninggalkan tempat ini, aku dan Zayn masih bertahan di tempat ini  di temani ayah dan ibu Zayn. Hal itu karena masih ada beberapa tamu yang datang walau terlambat untuk memberi selamat kepada kami. Sebenarnya aku berharap ibuku datang ke acara pernikahanku dengan Zayn tapi hingga acara usai, ibu kandungku sama sekali tak menampakkan batang hidungnya. Aku merasa sedih, satu-satunya keluarga yang kumiliki sama sekali tak perduli padaku, untungnya ada Bu Teguh yang selalu menganggapku sebagai putri kandungnya. Saat melihat kesedihan di mataku, perempuan separuh baya itu segera memeluk dan menghiburku dan Zayn juga mengatakan beberapa hal  untuk tidak membiarkan aku bersedih tanpa banyak kata. Zayn juga memintaku untuk percaya padanya kalau dia tidak akan membuat ku kecewa. Setelah sholat Maghrib, kedua orang tua Zayn pulang ke rumah mereka di de
Magbasa pa
19. Rindukan Aku
BP 20. Rindukan AkuTiga hari menjadi istri Zayn membuatku bisa melihat sisi lain Zayn yang biasanya dingin dan selalu membuat jarak denganku. Setelah menikah aku melihat Zayn menjadi laki-laki yang hangat dan penuh perhatian. Tadinya kupikir karena dia terpaksa menikahiku karena Bu Teguh yang memintanya, dia akan terus bersikap dingin atau bicara ketus padaku. Atau dia akan menyiksaku karena telah membuatnya berpisah dengan kekasihnya seperti yang kubaca dalam novel-novel. Untungnya dia memperlakukanku dengan baik seakan aku adalah orang yang sangat berharga baginya. Hal itu membuatku terharu dan makin berterima kasih padanya.Hal itu juga membuat rasa kagumku padanya semakin meningkat.Hari keempat setelah kami menikah, Zayn bersiap untuk bertolak ke Eropa. Dia akan melakukan perjalanan dinas selama satu bulan. Itu juga salah satu alasan Zayn menyegerakan pernikahan kami, agar dia lebih tenang meninggalkan aku sebagai istrinya. Ini memang bukan kali pertama Zayn pergi
Magbasa pa
PREV
123
DMCA.com Protection Status