All Chapters of Sang Legenda dari Masa Lalu: Chapter 81 - Chapter 90
164 Chapters
Bab 81: Permintaan Sang Raja
“Kedengarannya sangat menarik, apa di kerajaan ini ada buku yang mengisahkan penyihir legendaris yang bernama nona Atnis tersebut?” tanya Nata. “Sayangnya Kerajaan Dicentra tidak memperbolehkan ada buku seperti itu di kerajaan lain, sama halnya seperti Kerajaan Fragaria yang melarang ada buku tentang penyihir legendaris kerajaan mereka di kerajaan lain,” jawab Raja Wirya. “Saya sendiri sebagai keturunanya hanya tahu sedikit tentangnya, sebab sejak kakek buyut saya kami memang sudah menetap di Kerajaan Wisteria. Yang saya tahu nona Atnis ada di era Invidia, dia bersama dengan nona Arin Aisila bertarung menghadapi Sang Raja Iri Dengki yaitu Euphorbia dan berhasil mengalahkannya,” imbuh Lutung. “Begitu ya, kelihatannya pengetahuan tentang mereka berdua hanya ada di Kerajaan Dicentra dan Fragaria,” ujar Nata. Lutung dan Raja Wirya hanya mengangguk saja membenarkan perkataan Nat
Read more
Bab 82: Kerajaan Nigella dan Thymus Menyerah
Lagipula Kerajaan Fragaria memang secara diam-diam menyerang Pulau Biru, itu menandakan mereka sejak awal tidak berani berperang secara terbuka dengan Kerajaan Wisteria. Jika kerajaan sekuat itu bekerja sama dengan Kerajaan Irish tentunya akan sangat menguntungkan, Nata juga yakin kalau mereka tidak akan membutuhkan waktu lama untuk memulihkan kondisi Kerajaan Irish andaikan kerja sama bisa terjadi. Setelah menginap satu malam di sana akhirnya Nata langsung berlayar kembali menuju Kerajaan Irish karena dia hanya bilang akan seminggu saja meninggalkan Kerajaan Irish. Membutuhkan waktu dua hari lebih untuk kapal yang Nata tumpangi sampai di perairan Kerajaan Irish yang ada di wilayah timur laut. Candra yang mengantar kepulangannya juga ikut turun untuk menyampaikan keinginan kerja sama dari ayahnya kepada Ratu Rena. Tepat siang hari akhirnya Elena sampai kembali tepat di dermaga pelabuhan kapal Candra. Dia agak terkejut karena Nata juga mengaj
Read more
Bab 83: Kesepakatan Dua Kerajaan Besar
Candra berada di Kerajaan Irish selama satu hari satu malam saja. Pagi ini Candra sudah bersiap kembali ke Kerajaan Wisteria, tapi tentunya tidak sendiri. Rena, Arya, Elis, Elena dan Nata serta kelompok Amaryillis akan menemaninya ke sana. Mereka berniat menandatangani perjanjian kerja sama dengan Kerajaan Wisteria yang sudah di ajukan oleh Raja Wirya. Dengan bantuan sihir teleportasi Elena hanya dalam sekejap akhirnya mereka sampai di pantai timur laut Kerajaan Irish dimana kapal Candra berlabuh. Dari sana mereka menaiki kapal untuk menuju ke Ibukota Kerajaan Wisteria. Tak lupa Candra juga mengirimkan kabar bahagia itu kepada ayahnya agar diadakan penyambutan kepada Ratu Rena Triyatna Irish. Seperti biasa perjalanan ke Pulau Wisteria memerlukan waktu dua hari dengan menggunakan kapal, karena itulah Nata sengaja membawa Elena agar nantinya Ratu maupun Raja dari kedua kerajaan tidak memerlukan waktu lama untuk berkunjung. Di pelabuhan Pulau I
Read more
Bab 84: Kepingan Ingatan Masa Lalu
Nata langsung di bawa ke ruang pengobatan yang ada di istana kerajaan Wisteria, semua orang di sana terlihat begitu khawatir karena Nata tidak sadarkan diri dengan tubuh yang amat panas. Raja Wirya langsung memerintahkan mengirimkan surat kepada Kerajaan Irish untuk memberikan kabar tentang Nata yang tiba-tiba saja tidak sadarkan diri, dia pikir mungkin saja pihak Kerajaan Irish tahu penyebabnya sebab mereka lebih lama mengenal Nata. Sementara itu Nata di alam bawah sadarnya serasa mengapung di tengah-tengah kegelapan yang amat pekat, tubuhnya seakan melayang tanpa henti. Namun samar-samar dia melihat setitik cahaya di kejauhan, cahaya terang itu mulai menyebar dan menerangi area sekelilingnya. Tubuh Nata tiba-tiba serasa terbaring di sebuah tempat yang tidak asing lagi baginya, padang rumput Elysium. Suara burung berkicau terdengar begitu nyaring bersahutan, rumput-rumput yang panjang nan lembut bisa dia rasakan di bawah punggungnya. Mataha
Read more
Bab 85: Nata Akhirnya Kembali Sadar
“Bunga-bunga ini terlihat begitu indah bukan?” ucap Nira setelah Nata berdiri di sampingnya, padahal Nata tidak mengucapkan apapun. Dia masih mengingat percakapan seperti apa yang mereka lakukan, tapi dia tidak ingin melakukannya lagi. “Sebenarnya ada yang lebih indah di tempat ini,” batin Nata mencoba mengatakan apa yang dia katakan waktu dulu. “Eh? Memangnya apa?” tanya Nira sambil berbalik dengan senyuman manisnya. “Dedaunan yang ada di tangkai bunga itu. Ya, itu adalah jawaban paling bodoh yang aku berikan kepadanya, aku terlalu takut untuk mengatakan bahwa itu adalah dia,” batin Nata seraya masih mengingat jawaban bodohnya waktu itu, senyuman Nira yang begitu manis membuatnya bingung dan takut untuk memberikan jawaban yang ada di dalam benaknya. “Eh? Kamu itu aneh, kenapa dedaunan bisa lebih indah dari bunganya sendiri?” ucap Nira sambi
Read more
Bab 86: Pulihnya Kekuatan Sang Legenda
Malam itu setelah semua orang yakin bahwa Nata baik-baik saja, Rena, Liani dan beberapa orang lainnya segera kembali ke Kerajaan Irish. Namun Elena dan Elis tetap tinggal di istana Kerajaan Wisteria untuk jaga-jaga saja, malam itu Nata termenung di teras istana yang ada di lantai empat. Nata duduk di kursi seraya menatap bintang di langit, sementara itu Elena sudah beristirahat di kamarnya. “Kelihatannya aku memang harus segera pergi ke Kerajaan Fragaria serta Dicentra untuk memastikan semuanya,” ucap Nata, dia sangat ingin memastikan tentang identitas dari Atnis dan Arin yang katanya merupakan penyihir legendaris di era Invidia. Nata kembali menatap kedua telapak tangannya, saat ini dia bisa merasakan bahwa kekuatannya sudah benar-benar pulih sama seperti sebelum dia datang ke era Superbia. Dia pikir mungkin saja itu adalah salah satu efek dari sihir terlarang summoning of life yang tidak diketahui olehnya, sejak dulu sihir terl
Read more
Bab 87: Kejanggalan di Medan Perang
“Benar tuan, kami mendengar kabar kalau pasukan Fragaria langsung mundur jauh ke wilayahnya, prajurit kami berhasil merebut banyak wilayah Kerajaan Fragaria. Tapi tiba-tiba saja ada pasukan kerajaan lain yang datang, meski jumlahnya sedikit namun mereka berhasil memojokan pasukan kami,” tutur Candra. “Bagaimana bisa seperti itu?” tanya Nata kembali. “Para prajurit sama sekali tidak tahu apa yang terjadi, yang jelas mereka mendengar perintah untuk mundur dari panglima Rudasana dan tuan Laron. Setelah mereka mundur kembali ke Pulau Biru, ternyata beberapa kelompok pasukan tidak kunjung datang. Bahkan panglima Rudasana dan tuan Laron juga tidak kunjung terlihat,” jawab Candra. “Karena penasaran akhirnya seratus orang prajurit diutus kembali untuk mengecek keadaan, tapi mereka langsung kembali dengan wajah pucat. Mereka mengatakan kalau seribu pasukan yang belum kembali sudah tewas,
Read more
Bab 88: Kekuatan Penuh Sang Legenda (part 1)
Membutuhkan waktu sampai tiga hari untuk bisa sampai di Pulau Biru sebelah utara. Candra dan yang lainnya langsung menepi di dermaga dengan sambutan dari para penduduk Pulau Biru, sebuah pulau yang dua tiga lipat lebih besar dari Pulau Wisteria. Semua prajurit langsung berbaris menyambut kedatangan Candra dan yang lainnya, terlihat Laja dan Lilis juga sudah sampai di sana lebih dulu. Para pemimpin pasukan langsung memberikan laporannya terkait tewasnya seribu pasukan beserta panglima perang dan penyihir utama kerajaan dalam waktu singkat, semua orang di sana ikut membenarkannya. Meski terdengar mustahil tapi mau tidak mau Candra dan yang lainnya mempercayainya, karena buktinya Rudasana dan Laron memang sudah gugur. Sementara itu Nata setelah menyapa para prajurit hanya berdiri di pesisir pantai sambil menatap jauh ke arah seberang di mana wilayah Kerajaan Fragaria berada. Entah mengapa dia benar-benar merasakan firasat buruk dari sana. Sedan
Read more
Bab 89: Kekuatan Penuh Sang Legenda (part 2)
‘Dddhhhaammrrr’ Terdengar suara ledakan yang hebat saat puluhan sihir tombak itu meledak sebelum sempat mendekati tubuh Nata. Air laut langsung bergelombang saat terkena efek ledakan puluhan sihir yang beradu, namun Nata serta Elis dan Elena tetap maju tanpa ada rasa takut sedikitpun. Namun serangan tidak surut begitu saja, kali ini ribuan sihir panah, ribuan panah biasa juga melesat menyerang mereka bertiga yang semakin mendekati pesisir pantai Fragaria. Elis menggerakan tangannya untuk menggunakan sihir, tapi Nata memberikan isyarat agar dia saja yang menanganinya. Ribuan anak panah dan ribuan sihir panah tiba-tiba saja lenyap tidak berbekas seakan hancur menjadi abu. Hal itu membuat pasukan lawan terkejut melihatnya, malah Elis dan Elena sendiri ikut terkejut. Karena kali ini Nata tidak menciptakan sihir di lintasan serangan lawan, tapi semua serangan lawan itu memang lenyap tak berbekas. “Jadi ini k
Read more
Bab 90: Penyihir Hebat yang Misterius
“Orang-orang bodoh,” ujar Nata sambil menjentikan jarinya kembali. Saat itu juga semua pasukan musuh dan para penyihirnya langsung bersimbah darah. Dari beberapa titik tubuh mereka langsung mengucurkan darah sampai pasir pantai itu kini berubah merah, gelombang air laut yang menghantam pantai juga mulai memerah karena darah. Tubuh pasukan lawan langsung ambruk ke tanah secara bersamaan, kini tidak ada satupun yang tersisa dari para prajurit dan penyihir yang berjaga di pesisir pantai wilayah Fragaria. “Ini mustahil, apakah mungkin kekuatanmu sudah kembali?” tanya Elis sembari menatap Nata. “Ya, kelihatannya sekarang aku mengerti kenapa waktu sampai di era Superbia ini aku tidak bisa menggunakan semua kekuatanku. Aku juga akhirnya mengerti apa yang membuat kekuatanku pulih kembali,” ucap Nata sembari mengepalkan tangan kanannya. Elis dan Elena terlihat ikut senang m
Read more
PREV
1
...
7891011
...
17
DMCA.com Protection Status