All Chapters of Who Am I (Bahasa Indonesia): Chapter 11 - Chapter 20
49 Chapters
11. Kenangan Lama Hana dan Vanessa
“Apa kamu gila?” Ucap Dirga.Hana menggeleng. Dia merasa alasannya masuk akal. Jika memang Dirga tidak mencintai Vanessa ya sudahi saja. Memangnya dia dalam novel? Tentu saja tidak.Dirga memegang kepalanya.“Apa kamu tahu jika pertunangan kita dibatalkan akan menyebabkan perusahaanmu dan aku mengalami kesulitan?” Tanya Dirga.Hana menggeleng. Dia tidak berfikir sejauh itu. Rupanya kisah cinta orang kaya sangatlah rumit. Seharusnya dia tetap menjadi Hana yang biasa, walaupun beban hidupnya sulit.“Perusahaanku bergerak di bidang entertainment, menghasilkan artis dan aktor terbaik setiap tahunnya. Sementara perusahaan milik keluargamu bergerak di bidang media, baik cetak ataupun elektronik. Apa sampai di sini kamu menangkap perkataanku?” Kata Dirga sambil memastikan.Hana mengangguk.“Tidak hanya karena kakek kita berdua berteman, tetapi karena kedua perusahaan saling membutuhkan satu sama lain
Read more
12. Kebenaran Atas Kecelakaan
“Duduklah Dirga. Tidak usah tegang seperti itu.” Kata Brama.Dirga duduk di sofa yang tersedia. Brama bangkit dari kursi kerja menuju sofa di sebrang Dirga. Wajah Dirga nampak kaku. Dia berharap kakek tidak akan keterlaluan memarahinya. Dia kesal dengan sifat Vanessa yang ceroboh. Kejadian dia tercebur di kolam saja belum lama. Tetapi hari ini ada kabar bahwa dia mengalami kecelakaan kedua. Sebetulnya apa yang dipikiran Vanessa. Jika memang dia ingin berenang di rumahnya tersedia kolam, tidak harus memaksakan di kolam kotor sembarangan.“Bagaimana harimu?” Tanya Brama.“Baik seperti biasa.” Kata Dirga.“Aku dengan Vanessa mengalami kecelakaan lagi. Apakah itu benar?” Tanya Brama.Dirga menelan ludah. Ternyata apa yang dipikirkannya tepat. Brama menanyakan kabar perihal Vanessa.“Benar.” Jawab Dirga singkat.“Aku tahu kamu merasa terpaksa ketika aku meminta kamu untuk be
Read more
13. Apa Kamu Benar-benar Vanessa?
“Kenapa namaku tidak boleh disebut Bintang?” Tanya Dirga.Hana dan Bintang terkejut. Orang yang dibicarakan ternyata ada di belakang mereka. Bagaimana bisa Dirga datang tanpa disadari oleh mereka berdua.“Seumurmu masih haruskah diberitahu?” Tanya Bintang.Mendadak ruangan menjadi panas. Hana yang panik takut mereka berdua bertengkar akhirnya mencoba untuk mencairkan suasana. Baru kali ini dia harus bertemu dengan Bintang dan Dirga secara bersamaan.“Sebentar, bagaimana bisa kamu masuk ke sini?” Tanya Hana.“Aku?” Tanya Dirga.“Tentu saja, siapa lagi yang aku tanya.” Kata Hana.“Aku masuk tentu saja lewat pintu Vanessa. Aku heran mengapa kamu tidak tahu.” Kata Dirga.Hana menepuk pelipisnya. Dia heran sekali bagaimana bisa orang ini menjadi pimpinan perusahaan besar.“Maksudnya kami saja tidak sadar kamu bisa masuk ke rumahku.” Kata Hana.
Read more
14. Dirga Pingsan
“Apa kamu benar-benar Vanessa?” Tanya Bintang.Hana mematung. Dia kaget dengan perkataan Bintang. Tapi dia mencoba mencari cara agar Bintang tidak semakin curiga. Dia ingat perkataan Silvia apa yang akan terjadi padanya jika ada yang tau dia bukanlah Vanessa sebenarnya.“Tentu saja.” Jawab Hana. Dia berusaha tersenyum senatural mungkin, agar Bintang tidak semakin mencurigainya.Bintang kemudian melihat hasil masakan Vanessa. Dia tahu seumur hidup teman kecilnya ini tidak bisa masak. Diantara mereka bertiga Dirga lah yang bisa masak. Mengejutkan bukan seorang Dirga yang menyebalkan ternyata jago memasak.“Bagaimana bisa Vanessa yang aku kenal sedari kecil langsung berubah?” Kata Bintang sambil menyilangkan lengannya.“Berubah maksudnya?” tanya Hana.“Vanessa yang aku kenal menyentuh dapur saja tidak pernah.” Kata Bintang.Hana menelan ludah. Dia harus mencari alasan paling log
Read more
15. Naskah Novel Vanessa
 Hana duduk di meja kerja Vanessa. Meja kerjanya bersebrangan dengan meja kerja milik Silvia. Rupanya Silvia benar-benar asistennya yang setia. Dia juga turut serta untuk membuat cover dan ilustrasi untuk novel yang Vanessa buat.“Silvia?” Tanya Hana.“Iya?” Tanya Silvia balik.“Kenapa aku harus menulis novel sekarang?” Tanya Hana.“Para pembaca anda mengirimkan email kepada perusahaan, mereka menunggu anda untuk menerbitkan chapter terbaru dari series novel yang anda buat.” Kata Silvia.Hana menepuk kepalanya. Seumur hidup, dia belum pernah membuat novel. Bagaimana bisa dia meneruskan pekerjaan Vanessa. Sial sekali memang hidupnya. Sekali lagi dia menyesal, menjadi orang kaya rupanya tidak semudah yang dia pikirkan.“Aku belum punya inspirasi.” Kata Hana mencari alasan.Silvia menghela nafas. Kemudian dia bangkit dari kursinya dan berjalan menuju rak buku. Ini pertama k
Read more
16. Peringatan dari Tania
 “Ganti!” Seru Dirga.Pagi-pagi sekali, Dirga menjemput Hana untuk menemaninya dalam acara perusahaan yang akan dilangsungkan di balkon hotel mewah. Menurut Dirga, setelah amnesia selera berbusana Vanessa amat payah. Biasanya dia bisa menata busananya sesuai dengan acara. Namun kini, selera berpakaiannya seperti orang yang tidak pernah memakai barang bermerek.“Tidak!” Ucapnya ketus setelah kesekian kalinya Hana mengganti pakaian.“Apa bagusnya sih memakai pakaian tertentu ketika pergi ke tempat acara.” Kata Hana mendengus kesal.“hufh!”Dirga menghembuskan nafas kesal. Dia melipat kedua tangannya di depan. Kemudian berjalan menuju Hana yang berwajah kesal dan lelah setelah berkali-kali mengganti pakaian.“Dengar! Sebagai tunanganku, kamu harus menjalani acara penting hari ini. Jadi…!” Ucap Dirga sambil memotong kata-kata terakhirnya.“Jadi?” Tanya Han
Read more
17. Terkuaknya Rahasia
“Pernah!” Jawab Dirga.  Dada Hana menjadi panas. Memang cowo gila ini benar-benar tidak punya perasaan. Bisa jadi analisisnya selama ini benar. Bahwa Dirga yang menyebabkan Vanessa terjatuh di kolam. Maka dari itu Vanessa harus memiliki plan B untuk menjauhi Dirga.  “Ketika kita kecil.” Jawab Dirga santai. 
Read more
18. Antagonis Sesungguhnya
Matahari pagi memasuki jendela kamar. Hana yang tertidur lelap akhirnya terbangun. Suara kicauan burung terdengar dari luar. Hana bangkit duduk di ranjang putih yang empuk. Dia melihat ke lemari kecil di samping tempat tidurnya. Rupanya pelayan rumah sudah menaruh sarapan di sana. Sepotong roti panggang prancis siap makan sudah menunggu di sana. Hana melihat jam rupanya sudah pukul sepuluh pagi. Kejadian kemarin memang membuatnya kelelahan. Setelah menemani tunangan Vanessa yang menyebalkan dia menemani Bintang sepulang dari sana.  Hana baru ingat, terakhir dia sadar dia bersandar di jok mobil milik Bintang. Lantas siapa yang membawanya ke atas ranjang? Mungkinkah? Ah tapi rasanya tidak mungkin. Bisa jadi dia memang berjalan ke ran
Read more
19. Terbongkar
“Apa?” Tanya Dirga sambil menyetir mobil. “Jadi sekarang Tuan CEO super sibuk yang bilang tidak mencintaiku akhirnya mau datang jauh-jauh untuk menjemput tunangannya?” Tanya Hana dengan nada mengejek. “Hmm. Jika kamu keberatan aku akan mempersilahkan kamu turun.” Kata Dirga.
Read more
20. Jangan Pergi
“Tahu kalau Vanessa sekarang mulai belajar masak sepupu.” Kata Bintang.  Hana memperhatikan Bintang dengan seksama. Jantungnya masih berdetup kencang. Dia masih khawatir jika Bintang akan menyebarkan rahasianya. Namun dia Bintang kan, orang yang baik. Bintang bisa dipercaya bukan? Tapi bagaimana jika memang Bintang tidak bisa dipercaya? Semua pertanyaan itu terlintas di benak Hana.  Bintang yang merasa diperhatikan kemudian balik menatap Hana. Dia mengedipkan satu matanya.
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status