All Chapters of Mas Duda Nyebelin: Chapter 61 - Chapter 70
128 Chapters
60. Sesak
Heera mengacak rambutnya frustasi, sudah lebih dari satu jam ia membuka laptopnya, tapi tangannya tidak dapat menekan keyboard laptop. Bukan karena keyboardnya rusak, tapi karena  otaknya tidak bisa di ajak berkonsentrasi. Pikirannya benar-benar blank, bahkan untuk sekedar mengetik satu baris kata pun ia tidak bisa.  Siapa lagi yang berani berkeliaran di kepalanya dan mengganggu konsentrasinya selain Sean? Heera tidak tau kalau Sean dan Celita ternyata menjadi sangat dekat ketika di kantor, mereka bahkan makan siang bersama. Cih, Heera berdecih, di depannya saja Sean sok dingin dengan wanita lain, tapi kalau di luar ternyata pria itu sama saja! "Kenapa sih cowok ganteng gampang banget deket sama banyak cewek?" Heera mendumel sendiri, merasa kesal karena selama ini mengira Sean dingin dan cuek di wanita lain, kecuali dirinya. Tapi ternyata, yang Heera kira tidak benar adanya. "Eh, Arta ganteng
Read more
61. "Gak Pekaan, Sih!"
Karena kejadian kemarin, pagi ini Heera terbangun dengan suasana hati yang kurang baik. Bahkan semalam Heera tidak bisa tidur sebab gundah dengan perasaannya yang Sean buat berantakan. Lucunya, Heera tidak sadar kalau ia sendiri yang membuat perasaannya menjadi kusut. Karena ketidakpekaannya Heera menjadi terombang-ambing antara merasa tidak pantas dan takut salah memilah antara cinta dan rasa sekedar suka. Heera terlalu merendahkan dirinya sendiri. Sejujurnya, sampai saat ini ia meragukan ucapan Sean yang mengatakan bahwa pria itu mencintainya, karena Heera merasa tidak ada yang menarik dari dirinya, ia hanya gadis desa biasa yang bahkan tidak pernah pergi ke salon untuk sekedar facial wajah. Menurut Heera, ia terlalu biasa saja untuk Sean yang istimewa. Selain dari itu, Heera juga masih menyakinkan dirinya kalau ia hanya Arta yang dapat membuatnya jatuh hati. Karena Arta adalah pria sempurna, dia tampan, pintar dan selalu bertutur kata lembut. Tidak
Read more
62. Pertanyaan Ke Sembilan
Heera mendaratkan bokongnya di kursi kantin kampus dengan raut wajah lesuhnya. Dan tentu saja hal itu menarik perhatian ketiga temannya. Mereka sudah pasti hafal dengan sikap Heera, ini bukan pertama kalinya gadis itu menunjukan kelelahannya di hadapan teman-teman cowoknya. "Capek, Ra? Mau nikah aja? Gue udah siap kok jadi ayah muda." celetuk Vino yang langsung Arta pelototi. "Kenapa mas Arta? Mau marah? Selama Heera belum jadi istri lo, sah dong kalau gue perjuangin." lanjut Vino antara menantang dan meledek Arta yang tidak pernah mencoba melangkah lebih dekat dengan Heera, memperjuangkan status dengan Heera misalnya, minimal jadi kekasih lah. "Heera mau jadi sarjana dulu, gak mau nikah muda!" timpal Arta sewot. "Lho, kok mas nya yang ngegas?" Adelio ikut nimbrung, ia tidak akan absen dalam hal mengejek Arta yang lamban sekali perjuangannya. "Berisik deh, gue lagi pusing nih!" sentak Heera jengkel. Perutnya sedang lapar, belum lagi suasana hatinya ya
Read more
63. Diamnya Sean
Sean: kamu dimana? Ini sudah jam berapa, cepat pulang! Sean: Heera, angkat telepon saya Sean: Heera, saya khawatir. Kamu dimana??? Heera mendengus melihat beberapa pesan dan puluhan panggilan tak terjawab dari Sean. Bukannya membalas pesan Sean yang katanya sedang mengkhawatirkan dirinya, Heera malah melempar ponselnya begitu saja ke atas meja. Saat ini gadis itu sedang berada di kontrakan Adelio, bersama Arta dan beberapa teman Adelio yang dari Jurusan lain di kampusnya. Adelio memang sering mengundang teman-temannya ke kontrakan, tapi baru kali ini Heera ikut menimbrung, katanya ingin mencari suasana lain karena bosan di kosan. "Kalau ngantuk bilang ya, Ra. Biar langsung gue antar pulang, jangan ketiduran di sini, banyak cowok." pesan Arta saat mendapati mata Heera yang sayup-sayup menahan kantuk. Heera mengangguk layaknya anak kecil yang patuh dengan ucapan mamanya, "Iya, Ar." Arta menghela napas berat, ia lantas bangkit dar
Read more
64. Falling In Love?
Heera melempar tubuhnya ke atas ranjang, ia tersenyum lebar sambil memandang langit-langit kamarnya. Mengingat perkataan Arta yang masih merekat di kepalanya membuat Heera tidak dapat berhenti tersenyum sedari tadi. Heera menepuk-nepuk pipinya beberapa kali, bermaksud menyadarkan dirinya dari mimpi, tapi ternyata rasa sakitnya terasa, ini bukan mimpi! Heera membekap mulutnya, menahan jeritnya yang hampir saja lolos tak tertahankan. Kedua kakinya menghentak-hentak ke udara, belum lagi wajahnya yang memanas. Apa ini yang orang-orang maksud dengan jatuh cinta? Tangan Heera bergerak merogoh saku celana yang ia pakai, mengambil ponselnya dari dalam sana. Dengan lincah jemarinya mengetik sebuah pesan yang akan ia kirimkan untuk Jessi. Heera: Jes, lo di kamar? Jessi: yup, kenapa? Usai membaca balasan pesan dari Jessi, Heera segera berdiri dan berlari keluar dari dalam kamarnya.  "JESSS!!!" panggil Heera setengah berteriak, lantas membuat
Read more
65. Akhir Sebelum Mulai
Sebagai seorang pria yang sudah dua kali gagal membangun rumah tangga, sebenarnya perasaan takut masih menghantui Sean setiap kali ia berencana memulai hubungan baru. Takut akan kegagalan yang kembali datang dan takut kembali melukai hati wanita yang ia sayangi. Tapi di sisi lain, Sean harus cepat menemukan wanita terbaik menurut pilihannya untuk menjadi ibu sambung Keenan, karena kini hidupnya bukan tentang dirinya saja. Sean ingin Keenan mendapatkan kasih sayang dari seorang Ibu. Sean tau, mau berusaha sekeras apapun ia berperan menjadi Ayah serta Ibu untuk Keenan, tetap saja kasih sayang Ibu itu berbeda.Mungkin orang-orang berpikir sosok seperti Sean mementingkan penampilan dan latar belakang wanita yang akan ia dekati. Memang penampilan nomor satu, namun untuk latar belakang, ia tidak peduli dengan itu. Tapi memiliki mantan istri seorang dokter dan artis membuat wanita berpikir dua kali untuk mendekati Sean, mereka sudah insecure duluan sebelum jatuh cinta lebih dalam. S
Read more
66. Masih Tersisa
Tidak ada alasan yang mutlak kenapa Heera memilih untuk menghentikan harapan Sean padanya. Heera hanya tidak ingin kebimbangan hatinya terus berkelanjutan. Sebenarnya, selama ini Heera menyadari perasaannya yang mulai menonjol ke Sean, semakin hari nama Sean semakin menggeserkan Arta dari pikirannya.Heera masih belum siap jika harus jatuh cinta sepenuhnya kepada Sean, dengan segala masa lalu Sean dan status sosial mereka yang sangat berbeda, Heera tidak ingin memiliki hubungan yang rumit nanti. Mungkin alasannya terlihat klise dan bodoh, melepas Sean sama saja melepas seseorang yang akan mengubah jalan hidupnya untuk lebih baik lagi, terutama dari segi ekonomi.Tapi terlepas dari itu, ada Arta yang menemaninya dari dulu, jauh sebelum Sean hadir dan mencari ruang di hatinya. Track record hidup Arta sudah jelas lebih bersih, belum lagi Arta selalu menemaninya saat suka mau pun duka. Sulit untuk Heera  melepas Arta demi bersama seseoran
Read more
67. Keteledoran Yuna
"Tante Yura tidak ikut sarapan bersama kita, tante?"Heera menggelengkan kepalanya sambil menyiapkan sarapan untuk Keenan dan Sean. Beberapa menit lalu Heera sudah memanggil Yuna untuk ikut makan sarapan, tapi wanita itu menolak dan mengatakan bahwa ia sedang tidak enak badan."Sudah siap, makan yang banyak ya, Ken!" ujar Heera dengan semangat, ia mengelus kepala Keenan lalu beranjak ke pantry untuk menyiapkan sarapan untuk Yuna."Kamu tidak sarapan, Ra?" Sean bertanya karena melihat Heera yang tidak kunjung duduk di kursi makan dan menikmati sarapan bersama."Aku mau ke kamar mbak Yura dulu, pak." kata Heera lalu beranjak menuju kamar Yuna seraya membawa nampan berisi sarapan.Tok tok tokHeera mengetuk pintu kamar Yuna pelan, setelah mendengar izin dari pemilik kamar untuk masuk, barulah Heera membuka pintunya. Wajah Heera seketika berubah cemas melihat Yuna yang masih b
Read more
68. Yuna di Masa Lalu
Yuna menatap dirinya di pantulan cermin, wajahnya tampak begitu mungil dan pucat. Yuna tersenyum, kian melembar hingga deretan gigi rapih dan putihnya terlihat, namun beberapa detik kemudian air matanya mengalir deras, dan senyum indah itu tetap terpatri di wajah cantiknya.Yuna menunduk, kemudian tubuhnya merosot ke lantai, ia terisak hebat di sana, menangis tersedu dan menyedihkan. Jika di tanya sudah berapa banyak ketidakberuntungan yang ia lalui, mungkin Yuna tidak mampu untuk menghitungnya sebab terlalu banyak. Ya, terlalu banyak luka yang Yuna sembuyikan dengan sempurna.Karir gemilang yang ia bangun dengan susah payah hancur begitu saja egonya yang besar, menginginkan Sean yang saat itu masih berstatus suami Anjani. Image nya rusak, dukungan yang ia dapatkan dari penggemarnya berubah makian caci dan makian.tahun demi tahun sudah berlalu, Yuna sudah sudah mengiklaskan tanpa berusaha untuk memberi penjelasan agar publik mengerti. Karena sebenarnya, semua y
Read more
69. Sidang
Yuna terdiam menundung sambil meremas tangannya yang sedikit gemetar,  selama hampir tiga puluh menit ia di sidang Lucia dan Adi, di cecer dengan berbagai pertanyaan yang hanya bisa ia jawab dengan cicitan. Selain takut, Yuna juga khawatir dampak dari semua ini membuat Lucia dan Adi melarang dirinya untuk bertemu dengan Keenan lagi."Ma..." Yuna bersuara dengan sedikit takut. Memanggil Lucia yang baru saja selesai menelepon Sean, sudah pasti Lucia langsung meminta Sean untuk segera pulang.Lucia menatap Yuna dengan tatapan datarnya, tapi itu lebih baik dari pada tatapan nya yang dulu, yang selalu memandangnya dingin dan tak sudi."Ya..." jawab Lucia seraya berjalan mendekati Yuna. Lucia mendudukan dirinya di ruang sisa tepat di sebelah Yuna.Tangan Yuna yang berkeringat dingin itu bergerak, menggenggam telapak tangan Lucia sambil memandangnya dengan tatapan memohon, "Setelah ini tolong jangan larang aku untuk bertemu Keenan..." lirih Yuna. 
Read more
PREV
1
...
56789
...
13
DMCA.com Protection Status