All Chapters of Mas Duda Nyebelin: Chapter 51 - Chapter 60
128 Chapters
50. Yura
"Kamu pulangnya masih lama ya, Ra?" Kekehan Heera terdengar begitu Sean bertanya dengan nada manjanya."Ya ampun, mas! belum juga dua puluh empat jam aku tinggal." jawab Heera di sebrang sana.Sementara Sean yang sedang fokus menyetir kini memajukan bibirnya, kecewa. "Waktu kalau tidak ada kamu terasa lama banget jalannya." jawab Sean bete.Samar-samar Sean dengar decakan Heera, "Gak usah lebay deh, mas!" sentaknya, padahal aslinya sedang menahan senyum salah tingkah.Heera juga wanita, punya perasaan. Siapa yang tidak salah tingkah jika di goda begitu oleh Sean. Walaupun duda tapi kalau lihat tampangnya bikin pengen di halalin jadi istri barunya. Kedua alis Sean mengernyit lalu ia berkata, "Kok lebay, sih? mas serius lho ini!" jawab Sean sedikit sewot.Heera terkekeh lagi. Kalau seperti ini kan dia jadi pengan cepet pulang, ingin melihat wajah tertekuk Sean yang diam-diam Heera kagumi. Heera sudah bilang belum kalau wajah
Read more
51. Satu Minggu
Kedua mata Yuna tidak bisa berhenti menatap penjuru rumah Sean yang mewah dan nyaman, kakinya terus melangkah sambil menatapi foto-foto pertumbuhan Keenan yang berada di atas bupet. Selama matanya menatap foto Keenan, senyum di bibir Yuna terus mengembang. Meski dalam hatinya menyesal karena tidak bisa melihat dan menemani Keenan hingga tumbuh sebesar sekarang."Foto itu di ambil saat aku umur 4 tahun, tante." Keenan yang tadi di dapur bersama Sean tiba-tiba datang dan berdiri di samping Yuna. Segera Yuna membuang muka untuk menghapus matanya lebih dulu, lalu menatap Keenan dengan senyum tulusnya, tak lupa tangan Yuna mengusap rambut lebat Keenan."Ganteng ya, dari kecil sampai sekarang kamu tetap ganteng." puji Yuna, beberapa detik kemudian wanita itu tersentak karena bingkai foto Keenan yang berada di tangannya di rampas Sean dengan sedikit kasar.Tanpa suara Sean meletakan bingkai foto Keenan pada tempatnya, "Duduk," kata Sean dengan tegas, mau t
Read more
52. I Miss You!
"Good morning, tante Yura!" sapa Keenan yang baru saja masuk ruang dapur dan mendapati Yuna yang sibuk memasak. Yuna yang sedang sibuk mengaduk buburnya praktis menoleh dan tersenyum cerah. Untuk pertama kalinya setelah 7 tahun berlalu, ia kembali dapat melihat pemandangan wajah bangun tidur Keenan. "Morning, sayang." jawab Yuna sambil berjalan kearah Keenan, mengusap kedua mata Keenan yang masih menyipit lalu mencium pipi, kening dan pucuk kepala anak itu. "Tante sedang masak, ya?" tanya Keenan penasaran, pandangannya menatap panci di atas kompor yang menyala. Pertanyaan Keenan, Yuna respon dengan anggukan penuh semangat, "Iya, tante masak bubur. Kamu suka, kan?" Keenan mengangguk tak kalah semangat, kakinya sedikit berjingkrak, penasaran ingin melihat bubur masakan Yuna, "Aku mau lihat!" katanya, dengan hati-hati Yuna langsung mengangkat tubuh Keenan. "Astaga, Ken!
Read more
53. Melepas Rindu
Sean melangkah keluar dari ruang kantornya sambil memainkan kunci mobil di tangannya, di wajahnya terlukis senyum lebar yang pria itu suguhkan kepada para karyawannya yang menyapa. Suasana hati Sean sedang bagus saat ini, bukan karena jam kantor telah usai, tapi juga karena beberapa jam lagi ia akan bertemu Heera.Waktu yang Sean tunggu-tunggu akhirnya tiba, sore ini ia akan berangkat ke stasiun untuk menjemput Heera. Tapi sebelum itu, Sean akan pergi ke rumahnya dulu untuk membawa Keenan bersamanya ke stasiun, sebab Heera berpesan untuk datang bersama Keenan.Sean menghentikan mobilny ketika lampu merah menyala di depan sana, tangannya bergerak mengambil ponsel kemudian menelepon nomor rumahnya. Ia ingin meminta Keenan untuk bersiap-siap, sehingga ketika Sean sampai dirumah bisa langsung berangkat lagi ke stasiun."Hallo..""Hallo, Ken, ini Ayah." kata Sean ketika suara Keenan terdengar di teleponnya."Ada apa, Ayah?" tanyanya."Kamu siap-s
Read more
54. She is Beautiful
Mata Heera mencuri lirikan kearah Sean yang tengah fokus menyetir. Selama perjalanan menuju pulang Heera memilih untuk diam, suasana menjadi canggung sejak Sean mencuri kecupan pada kening Heera. "Mau makan dulu, Ra?" tanya Sean memecahkan keheningan. Sebenarnya Sean juga agak sungkan untuk bertanya, dia tiba-tiba merasa bersalah karena tindakannya membuat perubahan pada suasana hati Heera. Kepala Heera mendongak, menatap Sean dengan wajah terkejutnya, "Hm... Langsung pulang aja, mas." jawab Heera. Sean menganggukkan kepalanya sembari mengantupkan bibir tipisnya kedalam, "Maaf ya mas sudah lancang cium kening kamu." Menghempaskan gengsi, Sean memilih untuk meminta maaf. Kedua alis Heera terangkat, agak tidak percaya mendengar permintaan maaf dari Sean. Heera kira Sean tipe pria yang semena-mena, ternyata dia bisa melawan gengsi juga. "Gakpapa, mas, santai aja." kata Heera mencoba agar tidak setegang sebelumnya. 
Read more
55. Masak Sarapan Bareng
Selesai membersihkan diri Heera termenung di kamarnya. Tak ada yang Heera pikiran selain apa yang baru saja ia ketahui. Kenyataan bahwa Yuna datang kembali membuatnya terancam. Aneh. Padahal Heera sudah menyakinkan dirinya bahwa ia tidak ada perasaan apapun kepada Sean. Tapi beberapa hari belakangan ini kelakuan Sean cukup membuatnya kepikiran dan kebayang. "Mungkin gak ya..." Yang Heera ragukan sekarang adalah perasaan Sean padanya. Dulu Sean mencintainya, namun itu sebelum kedatangan Yuna yang telah lama menghilang. Lalu sekarang, setelah wanita itu kembali, apa perasaan Sean ke dirinya masih sama? Heera tidak munafik, Yuna sangat cantik. Cantik sekali sampai Heera sendiri tidak percaya ada wanita secantik Yuna, tidak heran kenapa Keenan begitu tampan. Gen nya saja keturunan Yuna dan Sean. "RA!!!!" BRAK!!! Suara bantingan pintu kamarnya menggelegar setelah beberapa detik terdengar suara Jess
Read more
56. Sean VS Arta
"Selama aku menginap di sini, biar aku saja yang mengantar dan menjemput Keenan ke sekolah."Perkataan Yuna beberapa jam lalu yang membuat Heera melamun pagi ini, karena tidak ada kesibukan apapun seperti hari biasanya.Heera tidak protes dan Sean juga menyetujui ucapan Yuna. Ya, memangnya Heera siapa bisa lancang melarang Yuna menggantikan posisinya. Lebih baik sekarang Heera menikmati waktu santainya. Waktu santai yang di habiskan untuk menyicil skripsi, Heera menghembuskan napas panjang sebelum membuka laptopnya. Heera merenggangkan badannya yang kaku, sudah 1 jam sudah ia berkutat dengan laptopnya. Tangan Heera bergerak meraih secangkir kopi di samping laptopnya, kemudian menegaknya hingga sisa setengah."RAAA, ADA YANG NGAPEL NIH!!!!" suara teriakan ibu kost menggema, membuat Heera mengernyitkan kening lalu bangkit dari duduknya."Siapa, bu?" tanya Heera begitu keluar dari kamarnya."Siapa lagi kalau bukan pacarmu, mas Arta." sahu
Read more
57. Menyesal
Dengan rasa emosi yang mendominasi Sean menyetir mobilnya menuju alamat yang Heera berikan. Pedal gasnya Sean injak dengan kuat, membuat kuda besinya melaju dengan kecepatan di atas rata-rata, kebetulan saat ini kondisi lalu lintas lumayan renggang dan tidak macet.Hanya butuh waktu dua puluh menit untuk Sean sampai di depan perkarangan kosan Arta, tatapan Sean semakin menajam saat melihat Heera dan Arta yang sedang duduk di kursi teras. Dengan gerakan tak sabaran Sean melepas seatbelt yang melilit tubuhnya kemudian beranjak keluar dari mobil. Kedatangan Sean dengan Ferrari merahnya yang mencolok itu tentu tidak luput dari perhatian Arta dan Heera yang semula fokus pada laptop kini menatap ke arah Sean yang sedang berjalan menuju mereka. Heera menghembuskan napas beratnya, menatap Sean dengan tatapan jengah. Heera bahkan sudah malas duluan sebelum debat bersama Sean di mulai.Sean berdiri di depan teras kosan Arta, tangannya melipat di depan dada, menambah
Read more
58. Ada Apa Dengan Sean?
Demi Tuhan, dari banyaknya wanita di dunia ini, kenapa Sean harus jatuh cinta kepada gadis remaja lagi?Sean menghembuskan napas panjang, jatuh cinta kepada gadis remaja yang masih labil itu sungguh merepotkan. Terus terang saja, Sean sebenarnya juga lelah menghadapi sikap Heera yang sampai saat ini belum jelas kepastiannya.Sikap Heera terkadang menunjukan bahwa ia memiliki perasaan yang sama dengan Sean, tapi melihat sikap gadis itu ke Arta yang tidak kalah manisnya juga membuat Sean berpikir ulang. Ini Sean yang kegeeran atau Heera yang memang mudah memberi perhatian ke semua orang?"Sedang memikirkan apa, An?" Sean yang sedang melamun seketika tertegun, terkejut dengan pertanyaan yang baru saja Yuna lontarkan. Wanita dewasa yang tubuhnya terbalut piyama itu mendudukan dirinya di samping Sean.Sean menggeser duduknya spontan, memberi ruang untuk Yuna. "Tidak
Read more
59. Curhat
Gadis yang terbalut kemeja merah muda itu tengah merenung. Heera jelas tau kesalahan yang sudah ia lakukan hingga membuat Sean bersikap arogan terhadapnya hari ini.Ya, itu sudah pasti karena kejadian kemarin malam. Heera mengakui bahwa dirinya salah sudah mengabaikan perintah Sean, jangankan Sean, ibunya sendiri bahkan selalu mewanti-wanti untuk jaga diri dan tidak boleh pulang ke kost di atas jam sembilan malam.Tapi apalah daya, jika berhubungan dengan skripsi rasanya ingin cepat-cepat selesai meski harus begadang sampai pagi. Apalagi semalam ada Arta yang dengan senang hati membantunya, bagaimana Heera tidak memperdulikan waktu.Bola mata Heera melirik ke arah jarum jam, lalu ia menarik napas panjang. Tidak terasa, melamun sebentar saja tiba-tiba sudah memasuki jam makan siang. Heera bangkit dari duduknya, kemudian ia berjalan ke arah dapur rumah Sean.Sebagai permintaan maafnya kepada Sean, Heera akan
Read more
PREV
1
...
45678
...
13
DMCA.com Protection Status