Yuna menatap dirinya di pantulan cermin, wajahnya tampak begitu mungil dan pucat. Yuna tersenyum, kian melembar hingga deretan gigi rapih dan putihnya terlihat, namun beberapa detik kemudian air matanya mengalir deras, dan senyum indah itu tetap terpatri di wajah cantiknya.
Yuna menunduk, kemudian tubuhnya merosot ke lantai, ia terisak hebat di sana, menangis tersedu dan menyedihkan. Jika di tanya sudah berapa banyak ketidakberuntungan yang ia lalui, mungkin Yuna tidak mampu untuk menghitungnya sebab terlalu banyak. Ya, terlalu banyak luka yang Yuna sembuyikan dengan sempurna.
Karir gemilang yang ia bangun dengan susah payah hancur begitu saja egonya yang besar, menginginkan Sean yang saat itu masih berstatus suami Anjani. Image nya rusak, dukungan yang ia dapatkan dari penggemarnya berubah makian caci dan makian.
tahun demi tahun sudah berlalu, Yuna sudah sudah mengiklaskan tanpa berusaha untuk memberi penjelasan agar publik mengerti. Karena sebenarnya, semua y
Yuna terdiam menundung sambil meremas tangannya yang sedikit gemetar, selama hampir tiga puluh menit ia di sidang Lucia dan Adi, di cecer dengan berbagai pertanyaan yang hanya bisa ia jawab dengan cicitan. Selain takut, Yuna juga khawatir dampak dari semua ini membuat Lucia dan Adi melarang dirinya untuk bertemu dengan Keenan lagi."Ma..." Yuna bersuara dengan sedikit takut. Memanggil Lucia yang baru saja selesai menelepon Sean, sudah pasti Lucia langsung meminta Sean untuk segera pulang.Lucia menatap Yuna dengan tatapan datarnya, tapi itu lebih baik dari pada tatapan nya yang dulu, yang selalu memandangnya dingin dan tak sudi."Ya..." jawab Lucia seraya berjalan mendekati Yuna. Lucia mendudukan dirinya di ruang sisa tepat di sebelah Yuna.Tangan Yuna yang berkeringat dingin itu bergerak, menggenggam telapak tangan Lucia sambil memandangnya dengan tatapan memohon, "Setelah ini tolong jangan larang aku untuk bertemu Keenan..." lirih Yuna.
"Apa lagi yang kamu cari, Sean?!"Sean memijat pelipisnya frustasi, baru beberapa jam ketenangan menemani, suara bising sang mama kembali menggema di telinganya usai Heera pulang ke kosan dan Keenan sudah terlelap di kamarnya. Kini Sean kembali di bawa ke ruang tengah untuk kembali membicarakan hal serius bersama Adi dan Lucia. Lucia memarahinya karena Sean melepas Heera begitu saja. Tentu Lucia merasa kecewa karena tahun ini agaknya ia gagal mendapatkan menantu baru."Apa kedatangan Yuna yang mempengaruhi kamu? kamu suka lagi sama Yuna?" tuduh Lucia emosi.Sean menghela napas panjang, "Astaga... Tidak, Ma. Yuna sudah punya suami," jawab Sean merasa lelah dan sebenarnya malas untuk memperpanjang masalah ini. Lucia selalu saja mencampuri urusan percintaannya tanpa mau tahu kalau selama ini Sean sudah berjuang sebisa yang ia lakukan."Kenapa tidak? saat itu kamu juga sudah punya istri, tapi kamu tetap bersama Yuna? mama gak mau kejadian seperti itu kembali
"Ken, kamu sudah selesai makannya?" tanya Yuna menegur Keenan yang sedang asik memainkan ponselnya, sementara piring makan sarapan paginya sudah kosong, anak itu selesai makan lebih dulu dari yang lainnya. Pertanyaan dari Yuna, Keenan respon dengan anggukan di kepala Keenan. Meski kemarin ada sedikit masalah, tapi Keenan sudah memaafkan Keenan dan tidak mengungkit-ungkit masalah Wish lagi. "Pintar." puji Yuna sembari mengusap kepala Keenan dengan lembut, "Kamu bisa ke kamarmu sebentar, sayang? Tante mau berbicara dengan tante Heera dan Ayahmu." lanjut Yuna mengundang perhatian Heera dan Sean. Keenan berpikir sebentar, kemudian ia mengangguk patuh dan beranjak pergi ke kamarnya. Tinggal lah Sean, Heera dan dirinya yang masih menyantap sarapan pagi ini. Sean terdiam, ia juga kembali mengalihkan tatapannya ke makannya yang tersisa setengah, berbeda dengan Heera yang masih menatap Yuna penuh tanya, menunggu Yuna untuk mengatakan sesuatu. Yuna meli
"Langsung mandi, ya, Ken..." "Iya, tante..." Keenan membalas perintah Heera dengan nada suara tak bergaira, anak itu melangkah menapaki satu persatu anak tangga dengan kepala tertunduk lesuh. Ceklek! Keenan membuka pintu kamar dan melempar tasnya dengan asal ke segala arah. Langkah Keenan menuju tempat tidur terhenti, anak itu terdiam saat melihat boneka Wish nya tergeletak di atas tempat tidur. Wajah Keenan yang semula lesuh langsung cerah dan tersenyum lebar, ia langsung berlari dan memeluknya yang sudah lebih bersih dan wangi dari yang terakhir kali ia lihat. "Hi, Wish!" Keenan menyapa boneka kesayangannya itu layaknya teman lama yang sudah lama tidak jumpa. Dipeluknya Wish dengan erat dan mencium aroma wangi yang menyeruak dari boneka berbentuk kucing itu. Kening Keenan mngernyit melihat sebuah kertas yang berada tak jauh dari tempat Wish-nya tadi. Tangan Keenan bergerak menggapai selembar kertas itu lalu membacanya. 'H
Heera melirik kearah Keenan yang duduk termenung di sebelahnya, sejak masuk ke dalam taksi Keenan tak lepas memandang kearah luar jendela dan mendiamkan Heera. Meski Heera sama bungkamnya, tapi di kepala gadis itu berisik dan bertanya-tanya tentang Keenan yang memanggil Yuna dengan sebutan bunda, entah Keenan terbawa perasaan saking dekatnya dengan Yuna selama beberapa minggu ini, atau anak itu sudah mengetahui bahwa Yuna adalah Ibu kandungnya. "Hiks..." Keenan terisak kecil, membuat Heera dengan sigap merangkul anak itu. "It's okay, Keenan... Pasti bunda bakal datang dan main lagi sama kamu." kata Heera berusaha menenangkan. "Kalau dari awal aku tau tante Yura adalah bunda Yuna, mungkin aku bakal lebih baik lagi ke bunda Yuna." Heera mematung saat Keenan berbicara seperti itu. Perlahan pelukan Heera semakin mengerat, Heera benar-benar tidak habis pikir dengan jalan pikir Keenan yang tidak wajar di usianya. "Selama ini kelakuan kamu ke bunda Yuna suda
"Akhirnya di ACC!" Heera keluar dari ruang dosen pembimbingnya sambil tersenyum cerah. Kabar yang sudah lama ia tunggu-tunggu akhirnya tiba. Skripsinya sudah di ACC.Tak ingin senang sendirian, Heera mengambil ponselnya yang berada didalam saku celana bahan yang ia kenakan. Dengan cepat jemari Heera mendial nomor milik adiknya. Ia mengabari ke adik dan ibunya kalau skripsinya sudah di acc dosen dan ia akan segera mendaftar sidang. Tentu saja, sang Ibu dan adiknya turut gembira mendengar kabar itu."Semoga di lancarkan sampai wisuda ya, Ra."Heera membekap mulutnya, menahan tangis mendengar doa sang ibu, Heera percaya, berdirinya ia sampai di titik ini pasti berkat doa ibunya yang selalu mengiringi."Aamiin, ibu sehat-sehat ya, insha Allah aku pulang minggu depan." ujar Heera, tanpa gadis itu tahu, ucapannya berhasil mengundang senyum sang ibu di sebrang sana.Setelah pembicaraan virtualnya dengan Ibu selesai, Heera kembali memasuk
Adelio: bang, Lio punya informasi penting tentang Heera hari iniSean yang sedang fokus bekerja langsung terkecoh dengan notifikasi pesan dari Adelio, dengan secepat kilat Sean meraih ponselnya dan mengetik balasan pesan.Sean: apa?Adelio: tf dlu 2jutaSean mendengus jengkel, meski dongkol tapi ia tetap membuka aplikasi m-banking dan mengirim uang ke rekening Adelio sebanyak yang adik sepupunya itu pinta.Sean: sudah saya tfAdelio: skripsi Heera udah di acc sma dospem nyaSenyum lebar seketika terlukis di wajah Sean, ia ikut merasa lega dan bahagia mendengarnya. Ia harus membuat perayaan untuk kabar gembira ini!Sean menutup laptopnya, ia bangkit dari duduknya, melupakan pekerjaannya yang sebenarnya belum selesai ia jamah. Seraya berjalan keluar dari ruang kerjanya tangan Sean sibuk mengetik pesan ke Mamah dan Ayahnya. Sean berencana untuk mengadakan makan malam bersama Heera, Keenan dan kedua orang tuanya.***
Heera salah mengira, ternyata bukan acara makan relasi seperti yang ia pikirkan."Cantik banget kamu malam ini, sayang..." Heera tersenyum malu saat mendengar pujian yang Lucia lemparkan padanya. Ya, Lucia, wanita dengan dress simple namun tetap glamor itu ada di sini, duduk bersebelahan dengan Adi yang terlihat berwibawa dengan suit hitamnya, walau tidak muda lagi, tapi ketampanan Adi mampu menyaingi Sean malam ini."Duduk, Ra." perintah Sean sambil menarik kursi di sampingnya yang sengaja ia kosongi untuk Heera."Terimakasih, pak." ujar Heera lalu mendaratkan bokongnya di kursi yang Sean sediakan."Aku kira Ayah akan mengajakku ke acara teman kantornya, ternyata makan malam bersama nenek dan kakek, ya." celetuk Keenan menarik penuh perhatian dari keluarga Rangadi. Keenan berhasil membuat yang mendengarnya tertawa kecil."Tante juga mengiranya begitu, Ken." timpal Heera. Sebenarnya masih ada sisa rasa terkejut dalam dirinya saat mengetahui k