All Chapters of Mas Duda Nyebelin: Chapter 41 - Chapter 50
128 Chapters
40. Marah
"Mas sengaja mau bikin aku malu? gak lucu tau, mas!"Heera langsung buka suara begitu mobil Sean sudah terparkir di depan rumah. Dia tidak terima karena merasa di permalukan. Saat Keenan memanggilnya dengan sebutan bunda di kampus tadi, semua orang yang berada di kantin mendengarnya, termasuk teman-teman Heera."Maksud kamu apa, Ra?" Sean kebingungan. Ia senang karena akhirnya Heera bukan suara, tapi bukan pertanyaan seperti ini yang ia harapkan."Kenapa mas dateng ke kampus aku gak bilang-bilang? Kenapa mas biarin Keenan manggil aku bunda di depan semua teman aku?"Kemarahan Heera sudah tidak dapat di bendung lagi. Ia menodong Sean dengan banyak pertanyaan. Kali ini Heera tidak bisa terus membiarkan Sean lancang bertindak sesukanya.Sementara Sean tercengang, tidak menyaka bahwa idenya akan membawa malapetaka seperti ini."Kamu tidak suka kalau Keenan panggil kamu bunda?" nada suara Sean terdengar lemah.Bola mata Heera melirik ke jo
Read more
41. Cemas
Seperti perempuan pada umumnya, Heera juga menyukai pria tampan. Melihat wajah teduh Arta dihadapannya kini membuat rasa emosinya sedikit terminimalisir. Memang sih, Sean juga tampan, lebih tampan dari Arta bahkan, tapi untuk saat ini entah kenapa paras menawan pria itu membuat Heera jengkel jika melihatnya. Tingkah konyol Sean siang tadi masih tersimpan jelas di kepala Heera dan belum bisa ia maafkan. "Nanti gue jelasin, sama anak-anak lain juga." Heera langsung buka suara sebelum Arta bertanya. Bahkan Arta tidak perlu mengeluarkan suaranya karena Heera sudah tau omongan apa yang akan keluar dari bibir pria yang mengenakan hoodie abu-abu itu. "Jelasin ke gue dulu, sekarang!" tekan Arta dingin. Sorot mata dan suaranya tidak selembut biasanya, menandakan kalau ada hal yang membuat Arta tersulut kesal. Heera menghembuskan napas pendek. Ia paham Arta marah karena salah paham, pria itu pasti menduga kalau Heera menyembuyika
Read more
42. Maunya Apa?
Untuk pertama kalinya hari ini Heera meminta libur. Dengan alasan tidak enak badan, padahal sebenarnya ia takut menemui Sean dan Keenan usai pertengkaran kemarin. Jam 10 pagi Heera masih goleran sambil main ponsel di atas ranjang. Membaca satu persatu pesan masuk dari Sean beberapa jam lalu yang baru Heera minat baca sekarang. Duda beranak satu itu menawarkan diri untuk menemaninya periksa ke rumah sakit, dan menanyakan Heera mau dibawakan makanan apa, tapi semua hanya Heera baca saja tanpa berminat untuk membalasnya. Tadi pagi Heera sempat mengintip kepergian Sean dan Keenan melalui jendela kamarnya, kedua laki-laki itu pergi dengan raut wajah tak secerah biasanya Heera sempat khawatir dan bertanya-tanya, juga sempat ragu untuk meliburkan diri karena takut tidak ada yang membuatkan sarapan untuk Sean dan Keenan. Nanti kalau Heera libur, siapa yang menyiapkan bekal untuk Keenan dan siapa yang membuatkan susu hangat untu
Read more
43. Gak Dulu, Deh!
Selepas dari sekolah Keenan, Heera pergi ke kosan Arta karena mereka sudah janjian mau kumpul di kosan pemuda itu.Tapi sialnya, pas Heera sampai di kosan Arta cuma ada Adelio, katanya Arta dan Vino sedang beli nasi padang, sementara temannya yang lain masih di jalan.Mau gak mau, Heera tetap masuk dan duduk cuek saja sambil pura-pura sibuk main hape. Hubungannya dengan Adelio masih tidak baik, selama cowok itu belum minta maaf padanya, Heera tidak akan sudi untuk ngobrol dengannya, apa lagi sampai menyapa lebih dulu."Lo masih marah sama gue, Ra?"Heera menaikan satu alisnya, menatap Adelio yang baru saja bersuara dengan kening mengernyit. Cowok di hadapannya itu tidak salah bicarakan? kenapa harus bertanya padahal sudah jelas kelakuannya saat itu membuat hubungan mereka renggang seperti sekarang. Itu tandanya, Heera tidak menganggap masalah ini sepele. Tentu saja, Heera marah."Lo ngomong sama gue?" ketus Heera. Tak segan ia pasang wajah songongn
Read more
44. Latihan Menjadi Abang Ipar
Sedari tadi Sean tidak bisa berhenti tersenyum karena satu nama yang membuat harinya berbunga-bunga. Banyak alasan yang membuat Sean tersenyum, tapi segalanya karena Heera. Pertama, Heera sudah memaafkannya, mereka sudah mengobrol seperti biasa melalui telepon tadi pagi. Kedua, Keenan bercerita padanya kalau tadi siang Heera datang ke sekolahnya untuk mengantarkan makan siang. Ketiga, Heera membantah kalau dia suka Arta.Meskipun yang ketiga Sean hanya seperti sedang menghibur dirinya sendiri. Secara logika Sean tau Heera hanya menyangkal, karena Heera pernah mengatakan kalau ia sedang menyukai pria lain, dan Sean tidak bodoh untuk peka siapa pria yang Heera maksud. Sudah pasti Arta.Meski begitu, biarkan saja Sean berpura-pura bodoh kali ini.DRTTTPonsel Sean bergetar, panggilan masuk dari Adelio yang ia tunggu-tunggu. Tanpa berpikir panjang, Sean langsung mengangkatnya dan menempelkan ponselnya ke daun telinga."Heera udah pulang, bang." Tanpa b
Read more
45. Hati, Bukan Ginjal
Katanya tidak ada yang namanya kebetulan di dunia ini. Tapi lagi-lagi Heera dan Keenan bertemu Arta di taman komplek. Entah ini murni kebetulan atau secara diam-diam Arta memang sering ke komplek tempat tinggal Heera tanpa Heera ketahui dengan tujuan agar bertemu Heera secara kebetulan. Padahal memang sudah Arta rencanakan. Saat pertama kali bertemu Keenan di taman komplek, anak itu sangat senang ketika Arta membelikannya ice cream. Tapi kali ini, ekspresi Keenan sangat berbeda, tak ada senyum yang Keenan berikan kepada Arta, bahkan Keenan seperti menahan kesal dan tidak suka melihat kedatangan pemuda tampan itu. "Ayah melarangku untuk makan ice cream, nanti batuk." tolak Keenan saat Arta memberikan ice cream dengan rasa kegemerannya. Heera dan Arta seketika saling melempar tatapan bingung. "Ini ice cream, bukan es cekek. Jadi gak bakal bikin kamu batuk, Ken." rayu Arta membuat Heera tertawa, tapi rayuan sekaligus guyonan itu tidak mempa untuk Keenan.
Read more
46. Rahasia Lucia
"Ayah kamu kayaknya gemukan ya, Ken.""Soalnya kalau tante Heera yang masak Ayah pasti makannya nambah!" Keenan menyahuti ucapan Lucia, membuat Lucia tersenyum lebar. Sementara Heera dan Sean dengan kompak menundukan kepalanya menahan rona di pipi."Bener begitu, Sean?" tanya Lucia sengaja ingin membuat Sean dan Heera semakin tersipu."Ya, kalau mama tidak percaya tanya saja sama Heera." kata Sean melempar atensi Lucia ke Heera yang sedang berusaha mengeluarkan jurus tembus pandang supaya keberadaannya tak terlihat. Tapi Sean malah membuat dirinya jadi pusat perhatian.Heera mengangkat pandangan lalu mengeluarkan cengiran khasnya, "He he, iya tante." Lucia tersenyum tipis saja sambil menatap Heera dalam, nilai gadis itu kian bertambah di mata Lucia. Kalau begini ia bakal tambah semangat untuk menyambut menantu barunya.Sean bangkit dari duduknya, "Sean ke ayah dulu. Ayo, Ken." kata Sean sambil mengulurkan tangannya kepada Keenan kemudi
Read more
47. Tragedi Potong Rambut
"AYAH!!!" Keenan menjerit kaget begitu melihat hasil potongan rambutnya yang menjadi kelinci percobaan ayahnya sendiri. Sementara itu, Sean menahan tawa melihat rambut Keenan yang tidak sesuai ekspetasinya. Keenan menghentakan kakinya kesal di lantai, wajahnya sudah tertekuk antara jengkel dengan Sean dan menahan tangis karena rambutnya jadi berantakan tak terarah. "Aku tidak mau tahu, pokoknya kembalikan lagi rambutku!" jerit Keenan sambil mengusap-usap matanya yang mulai berair. Menatap tak rela potongan-potongan rambutnya di lantai. Sean menggaruk tengkuknya dengan tawa yang belum juga usai. Habisnya potongan rambut Keenan aneh sekali.  "Ayah!" sentak Keenan karena kesal melihat reaksi Sean yang malah tertawa puas.  "Kembalikan lagi rambut aku!" imbuh Keenan seraya menarik-narik kaus yang Sean kenakan. Sean menaruh sisir dan Clipper ke atas meja kemudian ia merengkuh tubuh mungil Keenan dan mengusap-usap pundak ana
Read more
48. Cuti Lagi
"Kamu capek ya, Ra?" Heera yang sedang merenggangkan tubuhnya seketika menoleh dan tersenyum canggung karena kedatangan Sean yang tiba-tiba. Pria itu menyodorkan Heera segelas susu coklat hangat. Tanpa sungkan, Heera menerima susu pemberian Sean. Tidak ada argumen, kedua insan itu hanya diam sambil memandang kearah depan. Kebetulan mereka sedang di balkon lantai dua rumah Sean. Keenan sudah terlelap di kamarnya, anak kecil itu jelas kelelahan setelah melewati hari yang cukup panjang dan menyenangkan. "Terimakasih ya sudah mengajarkan Keenan untuk saling berbagi. Mas bahkan tidak menyangka kalau pemikiran Keenan sudah sedewasa itu." Sean masih tidak percaya dengan yang Keenan lakukan tadi siang. Anak sulungnya itu membagikan ice cr
Read more
49. Dia Kembali
Wanita dengan rambut sepundak itu menghirup napas dalam, lalu menghembuskannya perlahan. Sudah lama rasanya tidak menghirup udara ibu kota Jakarta yang sebenarnya terkontaminasi debu kendaraan. Sejuk tidak, gersang iya, makanya wanita itu langsung batuk kecil lalu menutup hidungnya menggunakan tangan. "Sambutan yang mengesankan, asap bajaj!" celetuknya lalu bergegas pergi menjauh dari bajaj yang tiba-tiba saja berhenti di sampingnya. Membuat asap yang keluar dari knalpot bajaj itu menyeruak di sekitarnya.Wanita itu mendengus kesal, beberapa tahun silam, biasanya sorot lampu kamera para wartawan dan fans lah yang akan menyambutnya begitu kakinya berpijak di lantai bandara, tapi kali ini, satu pun tak ada mata yang tertuju padanya. Waktu sudah berlalu begitu cepat dengan perubahan yang sangat signifikan. Kini dirinya sudah tidak berarti apa-apa lagi di mata para penggemar yang dulu sangat memujanya. Ya, dia adalah Yuna. Perempuan yang 7 t
Read more
PREV
1
...
34567
...
13
DMCA.com Protection Status