All Chapters of Istri Nomor Dua: Chapter 41 - Chapter 50
61 Chapters
Bab 40
Sebenarnya, setelah mendengar penuturan Aika tentang ‘Mantan Suami’. Aku sangat ingin segera pergi dari tempat ini. Karena aku belum siap bertemu langsung dengan pria galak itu. Namun, karena tak enak pada Kairo dan Aika, aku pun jadi tak berani pamit pergi.Istimewanya, Aika terus saja menggelayutiku dan bilang jika dia kangen ngobrol sama aku. Jadinya, ya aku mana tega meninggalkan dia hanya karena egoku semata. Ken sebenarnya sudah berusaha membantuku untuk bisa pergi segera dari sini, karena aku yakin dia pasti tahu akan ketidaknyamananku.Namun, Aika yang memang sedang sensitif karena hormon kehamilannya itu pun langsung merajuk dan merengek saat Ken mencoba membantuku untuk mencari alasan.Tak ayal, aku pun makin tak tega meninggalkannya, jadi mau tak mau mencoba bertahan sekuat mungkin tetap berad
Read more
Bab 41
“Karena Kean ngikutin gue. BAPAKNYA!” sahut Ken jumawa. Namun dengan senyum miris yang dapat kutangkap.Tuhan, ada apa sebenarnya dengan Ken?“Hilih!” Aika mencebik kesal, tetapi sukses membuat aku kembali menegang. Karena takut akan balasan Aika selanjutnya.Kalian tentu tahu, gadis ini kadang sangat ceplas ceplos. Karenanya aku sangat takut dia terbawa emosi dan ....“Sok bener lo, Ken. Ngaku-ngaku aja bisanya.”Deg!Tuhan, aku mohon, jangan sampai Aika keceplosan sekarang!“Kean ‘kan ....”
Read more
Bab 42
“Eh? Aduh, Pak? Saya kan udah bilang, tunggu dulu. Kenapa Bapak langsung nyelonong aja, sih?” Anita langsung menghadang Kak Sean. Saat pria itu makin merangsek masuk, membuat pria itu langsung menatapnya kesal. “Awas!” geramnya sambil memberikan kode lewat ekor matanya. “Maaf ya, Pak. Tapi Kantor ini memiliki peraturan dalam menerima tamu. Dan sebagai seorang tamu harusnya Bapak bisa mengikuti prosedur yang kami miliki,” tegur Anita sopan. Namun tak dihiraukan sama sekali oleh Kak Sean. “Kamu itu anak baru kan, di sini? Kamu gak tahu siapa saya. Jadi, kamu jangan lancang!” balas Kak Sean kesal. Sambil menatap Anita dengan galak. “Maaf sebelumnya, Pak. Saya memang anak baru di sini, dan memang belum pernah melihat Bapak s
Read more
Bab 43
Mendengar sindiranku barusan, Kak Sean terdiam dengan wajah shock di tempatnya. Dia menatapku dengan tatapan tak terbaca, dan mulai memucat sambil menahan napas. Mungkin, egonya merasa tertampar dengan ucapanku barusan.Namun, pria tak tahu malu ini memang harus aku tegaskan sedari awal. Agar dia tahu posisinya saat ini dan tak berani berharap lagi. Seperti yang pernah aku bilang pada istrinya tempo hari. Kalau soal statusnya sebagai ayah kandung Kean, aku memang tak akan bisa membantah hal itu. Namun, bukan berarti dia bisa seenaknya merasa berhak terhadap Kean atas dasar status itu.Ingat! Bukan aku yang menjauhkan Kean darinya, melainkan dia sendiri yang mendorong pergi dan menyia-nyiakan Kean bahkan sebelum bayiku hadir di dunia ini. Jadi ... aku tidak salah ‘kan ji
Read more
Bab 44
“Anita, batalkan semua meeting saya hari ini!”Anita langsung berjengit kaget. Saat aku memberi titah sambil berjalan dengan cepat ke arah mejanya.“Iya, Bu. Kenapa?” tanya Anita refleks.“Batalkan meeting saya hari ini. Karena saya harus segera ke rumah sakit sekarang,” terangku kemudian.“Rumah sakit? Ibu sakit?” tanya Anita lagi.“Bukan saya, tapi Kean.”“Tuan Kean kenapa, Bu?”“Alergi
Read more
Bab 45
“Rara jangan lari-lari!” seru Kak Sean lantang, saat aku langsung meloncat turun dari mobilnya, kemudian berlari sambil terseok masuk ke rumah sakit.Sejujurnya kakiku memang terasa ngilu sekali jika digerakkan, namun demi Kean, aku tidak menghiraukannya.“Rara?! Jangan lari!”Ternyata Kak Sean menyusulku cepat dan langsung mencekal tanganku demi menghentikan langkahku. Aku pun menghela tangannya cepat dan tak mengindahkan larangannya sama sekali.“Rara?”“Lepasin, Kak?!” Aku menghela tangannya dengan cepat sekali lagi, saat dia kembali mencekal tanganku dengan kurang ajar.Apa sih maunya nih cowok?
Read more
Bab 46
“Ken?” panggilku tanpa sadar, saat melihat pria jangkung yang dua hari ini mengabaikanku, kini tengah berderap tegap menghampiri kami.“Hai,” sapanya dengan senyum manis seperti biasa, “Maaf, ya. Tadi aku sedang ada operasi, jadi gak bisa jawab panggilan kamu,” lanjutnya lagi seraya merangkul pinggangku dengan posesif.Aku pun mengerjap beberapa kali dan seperti diingatkan jawab Bi Mirna sebelum aku menutup telepon tadi siang. Benar juga! Tadi Bi Mirna bilang Ken pamit setelah dapat panggilan dari umah sakit karena ada operasi. Tentu saja itu membuat dia meninggalkan ponselnya dan tak bisa menjawab teleponku sedari tadi. Ya Tuhan, ternyata aku sudah berburuk sangka padanya.Aku kira Ken tidak mau mengangkat teleponku lagi, dan mengabaikan aku. Ternyata ... dia memang sedang sibuk.
Read more
Bab 47
Syukurlah, setelah mendengar ucapan Ken. Pria itu, aka Tuan Sean Abdilla akhirnya mau pergi meninggalkan Rumah sakit.Tidak, sebenarnya awalnya dia masih tetap ngotot dan tak ingin pergi demi ikut menunggui Kean. Membuat Ken mulai terbawa emosi dan menariknya menjauh dari tempatku untuk bicara berdua.Aku tidak tahu apa yang mereka bicarakan. Namun dari tempatku, aku melihat, sepertinya mereka berdebat hebat. Aku bahkan sampai melihat Ken ditunjuk-tunjuk oleh pria galak itu. Namun Ken menanggapinya dengan tenang, meski dari tatapan matanya tak setenang yang terlihat.Walau keseharian Ken itu selalu riang dan ramah seperti sifatnya Bunda Karina, tapi ada saat-saat tertentu di mana dia akan menunjukan kemiripannya dengan Pak Arjuna, Daddy
Read more
Bab 48
Permintaanku disambut suka cita oleh Ken. Pria itu bahkan melompat dengan riang sambil berseru ‘yes!’ dengan lantang sekali, saat aku memberi anggukan untuk meyakinkannya sekali lagi.Setelah itu, Ken menggendongku seenaknya dan mengajakku berputar-putar sambil tertawa riang, membuat kami langsung jadi pusat perhatian semua orang.Aku malu sekali, sungguh!! Tapi aku juga bahagia. Karena sikap Ken membuat aku terharu, dan merasa diinginkan. Aku merasa spesial setiap kali bersamanya. Ken memang selalu luar biasa dalam memperlakukan wanita. Semoga kali ini aku tak salah pilih!Bukan hanya itu saja, kebahagiaanmu rasanya terasa makin sempurna dengan kabar jika ternyata kondisi Kean dinyatakan stabil tak lama setelahnya, da
Read more
Bab 49
“Mau aku temani?” Ken memberi penawaran, saat melihat aku masih ragu untuk membuka pintu di hadapanku, yang sebenarnya sudah beberapa menit hanya aku pandangi.Meski sebenarnya ide Ken itu sangat menggiurkan, tapi kurasa, tidak. Aku tak ingin membuat Ken tak nyaman dengan obrolanku dan Mama Sulis nanti.Benar, setelah perdebatan cukup alot di apartemenku tadi, antara Kak Sean dan Ken. Akhirnya, Ken pun meluluskan permintaan Kak Sean, agar bisa membawaku menemui Mama Sulis.Tentu saja, Ken itu punya hati yang lembut dan mendengar kondisi Mama Sulis serta keinginannya, Ken pun luluh, lalu akhirnya malah ikut membantu Kak Sean dalam membujukku.Meski dia tidak tahu apa yang akan Mama Sulis bicarakan padaku, atau lebih tepatnya apa yang akan Mama Sulis minta dari
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status