All Chapters of PENDEKAR TAPAK DEWA: Chapter 91 - Chapter 100
151 Chapters
PART 91
 Pada tahun keenam sejak Desa Tanaru dibangun kembali atau tahun kelima sepulang dari Daratan Sinae, pengiriman hasil laut berupa ikan, mutiara, dan sebagainya yang dilakukan oleh para pengusaha dari desa tersebut ke berbagai wilayah dan pulau, baik ke wilayah kepulauan timur, utara, maupun ke barat seperti Jawa dan Andalas. Selanjutnya, para pengusaha Tanaru bukan lagi hanya menjual hasil laut mereka, tetapi sudah berkembang ke arah usaha perdagangan berbagai barang lainnya, seperti rempah-rempah, dendeng rusa, madu, serta ternak. Jika mereka menjual hasil lautnya ke wilayah timur, makan mereka akan membawa pulang hasil rempah-rempah yang sangat banyak dan mahal harganya, lalu rempah-rempah itu dijual lagi ke berbagai negeri.         Untuk barang ternak yang menjadi mata dagangan utama pengusaha Tanaru adalah kuda. Berkapal-kapal kuda tunggangan dan kuda perang dapat mereka angkut ke berbagai pulau atau k
Read more
PART 92
Hari telah sore saat mereka sampai di pelabuhan Semarang. Malam itu mereka merencanakan akan berlayar kembali menuju Tanaru. Akan tetap tiba-tiba La Mudu berkata kepada Gong Fai, kelima sahabatnya, dan lain-lain, bahwa ia belum ikut kembali ke Tanaru. Ia ingin menjelajahi dulu Pulau Jawa, dan akan menyusul kemudian.       Walau semuanya menampakkan kekagetan, namun mereka tak berminat untuk mengomentari keinginan Sang Pendekar itu. Mereka tau bahwa  keputusan yang telah diambil oleh La Mudu itu sudah dipikirkannya matang-matang, dan tentu ada suatu tujuan tertentu yang tak perlu mereka tanyakan.       “Katakan kepada Mei Mei, Wei Wei, Dato, dan yang lain, bahwa kemungkinan saya akan berada di Jawa agak sedikit lama. Selama saya berada di Jawa, seluruh urusan di Tanaru biarlah Dato yang tangani dulu,”ucap La Mudu tanpa melihat kepada siapa pun, karena
Read more
PART 93
         Begitu sudah mendekat, La Mudu segera meloncat dari punggung kudanya.       “Syeh Maulana....! Izinkan saya untuk ikut denganmu...!”ucap La Mudu sembari berjalan menjejeri laki-laki yang berhidung mancung dan memiliki soro mata teduh namun tajam itu.         “Mengapa kauingin ikut denganku, Angger...?”sahut Syeh Maulana dengan suara pelan namun jelas tanpa menoleh.          “Saya ingin bertanya banyak hal kepada Kanjeng Syeh, terutama tentang apakah islam dan sholat itu? Tolonglah Syeh, biarkan saya ikut denganmu...!”       Mendadak Syeh Maulana menghentikan langkahnya. Dan tanpa menoleh kepada La Mudu, ia berkata, “Jika
Read more
PART 94
         Setelah kelima belas kaki tangannya Juragan Tuwuh pergi, warga langsung menyerbu masuk ke halaman rumahnya Ki Prada dan mengerumuni La Mudu. Semua merasa senang karena keangkaramukaan juragan culas berikut anak buahnya ada juga yang memberinya pelajaran yang berharga. Bahkan secara khusus Ibu Lurah, Nyi Kirana, masuk dan ikut mengucapkan terima kasih kepala La mudu.       Siang hari, La Mudu diundang khusus oleh Ki Lurah Wisesa ke kediamannya. La Mudu datang bersama Ki Prada. Oleh Ki Lurah dan istrinya, Nyi Kirana, ia disambut dengan hangat  penuh kekeluargaan.       “Suatu kesyukuran bagi saya dan seluruh warga saya, karena Pendekar Muda telah memberi pelajaran yang keras bagi kelompok pengacau itu. Selama manusia itu ada di desa ini, maka warga saya tidak akan pernah bisa menikmati
Read more
PART 95
         Sejak sore hari, rumah sederhana Ki Prada sangat ramai oleh warga desa yang memberikan dukungan kepada La Mudu. Ki Lurah dan Nyi Kirana pun datang ke tempat itu juga walau tidak lama. Ki Lurah meminta kepada warga agar mendoakan Pendekar Mudu melalui sholat mereka agar Allah merestui tujuan mulianya. Di samping itu, orang nomor satu di Desa Pringkuning itu memberikan sumbangan bahan pangan untuk dimasak dan dimakan beramai-ramai di tempat itu.       Kelima penjaga rumah Ki Lurah yang semalam mengangkut bahan pangan ke rumahnya Ki Prada pun ada di tempat itu. Kelimanya adalah merupakan pendukung utama bagi La Mudu. Kelimanya pun mengadakan pertunjukan tetabuhan berupa kendang, serunai, dan sebagainya. Lalu secara bergantian pemuda dan para gadis menyumbangkan tarian secara berpasangan. La Mudu menjadi terhibur juga oleh suguhan yang tulus dari warga desa itu. 
Read more
PART 96
         Saat mendapat gempuran itu La Mudu hanya berdiri diam di tempatnya sembari pelan-pelan mengerahkan tenaga dalam dan Jurus Naga Api guna melindungi dirinya dari pukulan dan berbagai macam senjata lawan.  Jurus Naga Api adalah sebuah jurus taraf tinggi yang membuat tubuhnya mampu terlindungi dari pukulan pukulan dan dari berbagai senjata tajam. Maka saat pukulan, tendangan, tusukan, serta tebasan senjata yang bertubi-tubi dari lawan-lawannya, sama sekali tak memberi pengaruh apa-apa pada dirinya.        Nampaknya ia sengaja membiarkan tubuhnya untuk diserang secara habis-habisan oleh ratusam lawannya itu. Dan lawan-lawannya pun dengan nafsu tinggi bebas untuk memasukkan pukulan, tendangan, serta tusukan dan bacokan dengan senjata yang mereka miliki. Melihat kuatnya yang sangat luar biasa itu, membuat seluruh lawannya jadi gemas dan sangat penasaran. Tapi sejauh itu, sang pemuda t
Read more
PART 97
   Ki Lurah dan istri serta kedua anaknya datang mendekat dan memeluk tubuh La Mudu sembari menyampaikan ucapan terima kasih berkali-kali.       “Ki Lurah simpan cincin ini. Saya percaya, jika benda semacam ini dipegang oleh orang yang punya watak baik, maka dapat menjadi sarana menuju kebaikan juga.”       Ki Lurah Wisesa tertegun sesaat. Tangannya seperti bergetar menerima cincin kuning yang bermatakan batu mirah delima itu. Cincin yang selama ini membuat mendiang Juragan Tuwuh sangat kebal senjata dan ditakuti oleh lawan-lawannya.      “Ba-baik, Pendekar. Saya akan menyimpan cincin ini. Terima kasih,” ucap Ki Lurah Wisesa lalu kembali memeluk tubuh La Mudu.       “Terima kasih, Cah Bagus nan gagah perkasa,” giliran
Read more
PART 98
        Saat matahari sudah berada di sepertiga bola langit di belahan barat, ketiganya sudah berada di sebuah wilayah yang bernama Gedong. Menurut Logro, mereka sudah berada separuh jalan.        “Mudah-mudahan kita bisa mencapai tujuan masih terang hari,”ucap Klowor.         “Mudah-mudahan,” sahut Lorgo.         La Mudu mendadak menarik tali kekang kudanya.        “Kenapa Pendekar berhenti...?” bertanya Lorgo.        La Mudu mengangkat dagunya. “Di depan ada seorang laki-laki tua. Mungkin seorang pengemis.”     &n
Read more
PART 99
       Kesepuluh laki-laki sontak menoleh. Namun mereka dibuat nyaris jantungan, karena di saat yang bersamaan La Mudu melempar kedua golok di tangannya secara bersamaan dan langsung menancap di sela-sela kaki laki-laki bercodet di pipi dan di sela-sela sang ketua gerombolan. Wajah kedua laki-laki langsung pucat. Dengan cepat pula keduanya mencabut goloknya itu, lalu mereka pun meninggalkan tempat itu tanpa mengatakan apa pun.       Tak lama kemudian, La Mudu dan kedua penunjuk jalannya melanjutkan perjalanan ke arah barat. Wilayah yang menuju ke arah barat merupakan daerah bebukitan. Namanya Bukit Kapur.        Mengikuti petunjuk sang penunjuk jalan, Logro, mereka  mengambil jalan melingkar dan melalui sebuah pinggiran lembah yang cukup luas. Menurut Logro, dia dan beberapa orang dari Desa Pringkuning pernah datang di tempat itu untuk b
Read more
PART 100
         “Syarat untuk memasuki agama ini tentu yang pertama adalah niat yang kuat, tulus, dan tanpa paksaan, sebelum berikrar dengan mengucapkan dua kalimat syahadat, yaitu dua kalimat kesaksian dalam bahasa arab, yang bunyinya,  “ashadu ʾanla ilaha ʾillallāh, w* ashadu anna Muhammadan Rasulullah, yang artinya “aku bersaksi bahw* tiada Tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah”. Apa maksudnya? Bukan hanya berucap. Berucap itu gampang, Angger. Kesaksian di sini adalah di mana kita sebagai seorang hamba bersaksi, bahw* yang mencipta langit, bumi, dan segala mahluk yang ada di dalamnya, menghidupkan dan yang mematikan manusia, memberi rejeki kepada segala mahluk, serta yang disembah oleh sekalian ala
Read more
PREV
1
...
89101112
...
16
DMCA.com Protection Status