All Chapters of Something Happened To Freya: Chapter 1 - Chapter 6
6 Chapters
Departure
Jepang, 10 Oktober 2002.Bandara Narita. "Raya, earth to, Raya."            Raya berkedip cepat ketika udara dingin yang tercipta dari kibasan cepat sebuah tangan besar tepat di hadapan mukanya menghempas lembut kulitnya. Gadis itu mendongak dan mendapatkan sepasang mata coklat hangat milik seorang lelaki yang menatapnya dengan senyum jahil.         "Maaf, tapi kau terlihat jelek sekali kalau melamun, jadi- aduh!" kalimat lelaki itu terpotong dan diganti dengan kekeh pelan ketika Raya mendaratkan tinju ke lengannya."Cut it, Jiro." gumam Raya seraya merekatkan syal di lehernya. sial, bulan Oktober di Jepang selalu saja terlalu dingin, dan Raya tidak pernah terbiasa meski sudah 10 tahun melaluinya, "harusnya kau pergi kerja hari ini.""Dan membiarkan pacarku yang linglung ini pergi ke Bandara sendirian? No wa
Read more
Nightmares
Untuk sesaat Raya merasa dirinya diselimuti kain tebal dan halus, yang dengan erat membungkus tubuhnya, menghantarkan kehangatan mulai dari kepala hingga ujung kaki. Ia tak tahu dirinya berada dimana sekarang – tidak peduli, bahkan. Kenyamanan ini terlalu berharga untuk ditinggalkan. Raya merasakan tubuhnya terbang perlahan oleh sapuan angin hangat yang menelungkupnya, menggiringnya ke pusaran udara  yang dengan lembut menyapu kulit wajahnya. Rasanya seperti baru sedetik ketika tiba-tiba sapuan lembut itu berubah menjadi kuat dan dingin, menggigit kulitnya dan seakan menarik selimut yang tadi melindunginya. Ia belum sempat mencerna apa yang terjadi ketika sekujur tubuhnya berubah dingin dan dirinya tersedot ke pusaran udara tadi yang dengan brutal membuat tubuh rampingnya berputar, melilitnya dengan angin sedingin es hingga membuat mulutnya kelu. Namun anehnya, ia tak bisa menutup mata meskipun rasanya bola matanya itu akan membeku. Ia berada di langi
Read more
It's odd, isn't it?
Jakarta, 29 Oktober 2002.             Freya sudah meninggal, Raya… tubuhnya ditemukan disini sebulan lalu. Yang terjadi setelah mendengar perkataan Ayahnya saat itu hanyalah gelap dan suara isakan keras yang memenuhi ruangan, entah datang darimana. Mimpi-mimpi buruk yang sering ia alami belum pernah terasa sangat nyata seperti ini, bahkan mimpinya yang terakhir. Ia tidak merasakan apa-apa ketika tubuhnya terpelanting ke tanah, namun sekarang seperti ada tangan tak nyata yang mencengkram hatinya lalu menariknya kebawah tanpa peringatan. Tubuhnya gemetar hebat dan terasa sakit, namun ketika menyadari bahwa sakit itu berasal dari pelukan ibunya yang mencegahnya terjatuh ke lantai, Raya sadar bahwa isakan keras itu berasal dari dirinya sendiri.      Raya mengepal tangannya, mencoba menahan rasa sakit di kepala dan sekujur tubuhnya dan saat itulah ia menyad
Read more
One way or another
Raya bersedekap, memandang kedua orangtuanya yang sibuk. Hari ini mereka memutuskan untuk kembali ke kantor polisi dan meskipun dirinya sangat ingin ikut, ada hal mendesak lain yang harus Raya lakukan.            “Ada makanan di kulkas, kau bisa menghangatkannya.” Ujar Ibunya yang terburu-buru mengalungkan syal di leher, “atau kalau kau mau membeli sesuatu, ada uang di toples dapur.”            “Kau juga boleh menyusul kalau mau, Raya.” Ayahnya menambahkan.            “Tidak, kurasa aku akan menunggu kalian pulang saja. Badanku tidak enak- tapi aku tidak apa-apa, kalian pergilah.”            Setelah memastikan putrinya baik-baik saja, sepasang suami istri lalu pergi dan Raya menunggu hing
Read more
First Meeting
Jakarta, 3 November 2002.             Ibunya sedang menyiapkan sarapan sambil bersenandung ketika Raya keluar kamar pagi itu. Aroma kue panekuk kesukannya memeneuhi udara dan dengan sukarela, ia duduk di kursi meja makan – siap untuk mengisi perutnya yang sudah meronta padahal baru jam tujuh pagi.            “Kau berpakaian rapi sekali,” tegur Ibunya seraya meletakkan panekuk di piring Raya, “mau pergi kemana?”            “Kampus Freya, aku mau bertemu teman-temannya.”            Ibunya tidak langsung menjawab, tapi Raya menyadari bahwa gerakannya sempat terhenti sesaat. “Oh, kalian sudah saling mengenal?”         &nb
Read more
You Are Not THE Murderer
 Raya ingat tulisan Freya pada suratnya: “Kau tahu kan, aku tidak bisa menjelaskan sesuatu dengan baik hanya melalui tulisan, dan kau pasti akan menertawakanku disana, aku yakin. Tapi Bumi benar-benar tipe lelaki yang seperti melompat keluar dari novel Pride and Prejudice, Mr. Darcy! Selera humornya memang tidak sebaik Jiro dan dia lebih suka menyendiri, belum lagi hobinya yang aneh. Dia suka bermain layangan, benar-benar seperti anak kecil, kan? Dia juga suka berdebat, bukan untuk membuktikan siapa yang benar atau salah, dia hanya suka membuatku jengkel. Tapi aku yakin kau akan menyukainya, Raya. Kalau dipikir-pikir, kalian memiliki banyak kesamaan. Salah satunya… kalian sama-sama membosankan!Tapi dia orang yang baik, sangat baik, kau akan tahu begitu bertemu dengannya.” Dan kini lelaki yang dimaksud berdiri menjulang tepat dihadapannya, namun Raya tidak melihat sosok baik hati yang dijabark
Read more
DMCA.com Protection Status