All Chapters of SANG KAPTEN: Chapter 61 - Chapter 70
144 Chapters
Bab 61. TRAUMA
Gadis itu terguncang, bukan hanya kejang-kejang, tapi napasnya tersedak, ada sesak di sana. Axelle panik demikian juga Arka. Kedua laki-laki hanya bisa berdiri di belakang dokter Celine. Dihadirkan juga dokter terapis yang sudah berpengalaman. Arbia Siquilla, kembali mengalami trauma ketika dirinya membuka sebuah memo yang diberikan oleh seseorang. Yang ternyata memo itu berisi gambar potongan kepala dirinya sendiri yang terpisah dengan lehernya. Berlumuran darah kemana-kemana. Seketika itu rasa traumanya kambuh begitu tragis dan histeris. Ketakutan akan sesuatu memicu hormon adrenalinnya untuk memberontak. Namun apa ada daya badannya tak mampu melakukan itu. Tubuhnya seketika terkulai setelah mendapatkan suntikan penenang dan akhirnya tertidur. Axelle merasa sangat kasihan melihat sang kekasih dalam kondisi seperti ini. Ternyata Praditia sudah mencuri start dia lebih dahulu. Dokter spesial kejiwaan Arbia mengarahkan agar untuk sementa
Read more
Bab 62. LEMBARAN BARU
Hampir sebulan Arbia di rumah sakit. Melakukan terapis mental dan pemulihan kondisinya. Aktifitas Axelle pun sudah tidak dalam penyelidikan.  Menyangkut perusahaan penerbit yang ditutup oleh si empunya kantor hanya menjadi desas-desus saja. Zakaria Lawalata sebagai orang tua menyadari perbuatan Praditi Wicaksana adalah sebuah kesalahan. Tapi bercermin pada masa lalu mungkin dirinyalah yang sangat berperan penting dala sikap dan karakter praditia yang tiba-tiba berubah drastis. Maka dari situ orang tua yang umurnya sudah menginjak 60 tahun itu hanya meminta kapten Axelle, kekasih dari putrinya agar bijaksana menyikapi persoalan ini. Apalagi belum ada cukup bukti yang menyatakan bahwa Praditia adalah sosok yang selalu disebut-sebut sebagai dalang dari permasalahan ini. Akhirnya pihak kepolisian menghentikan penyelidikan yang dipimpin langsung oleh tim Axelle, dan kasus ini dinyatakan ditutup. Seperti siang itu, kala Arbia sedang menjalani terapinya
Read more
Bab 63. HAMPIR-HAMPIR
Badan itu tetap diam tak bergerak ketika dilarikan ke rumah sakit. Hanya denyut nadinya yang sangat begitu lemah. Sesampainya di rumah sakit dokter Celine yang beberapa menit yang lalu sudah dihubungi segera menyiapkan alat pemacu jantung. Berkalu-kali dicobanya untuk mengembali denyut nadi Arbia. Bahkan air matanya sudah meleleh ketika dia dapati usahanya seolah gagal. Harus ngomong apa dirinya sama keluarga Arbia terutama Arka dan Axelle. Sudah semakin sembab dan  buram pandangan matanya. Semua kebingungan itu membuatnya akhirnya sesenggukan. "Dok!" teriakan itu membuatnya tetsadar dan harus sesegra mungkin menyatakan kematian Arbia "Denyut nadi pasien kembali!" Lengkingan perawat itu membuatnya berjengkit ke belakang satu langkah. Di pandanginya wajah sahabatnya yang terdiam dalam tidurnya itu. Sungguh miris, dia tak menyangka Arbia akan semenderita ini. Setelah memeriksa kondisi Arbia, dokter Celine ke luar dari ruang ICU. Dan di depa
Read more
Bab 64. TRAGEDI DI RUMAH SAKIT
Dengan cepat dokter Celine Dan Gama memakai kembali bajunya dan segera berlari ke arah suara tembakan yang mengagetkan seluruh penghuni rumah sakit. Semua berhamburan ke luar seolah mereka mendengar bom pecah. Dokter Celine terkejut setengah mati melihat orang itu sudah tergeletak bersimbah darah. Bukan Lukman ayahnya tapi Arka Abianta sudah tergeletak berlumuran darah di lantai dengan posisi tertelungkup. "Arka---! Mengundang srmua penghuni rumah sakit berbondong-bondong datang ke lantai 3 ruang VIP. Dengan kepanikan yang luar biasa Gama dan beberapa staf keamanan mengangkat tubuh Arka yang sudah bersimbah darah ke atas pembaringan rumah sakit.  Sedang di ruang ICU, dokter perawat sudah menemukan Arbia terjatuh dari pembaringan tempat tidurnya dalam keadaan selang infus sudah terpotong oleh seseorang. "Oh Tuhan! Kenapa bersamaan?!" lenking dokter Celine melihat situasi gawat seperti itu. Kedua korban langsung masuk ruan ICU. Subuh dini h
Read more
Bab 65. SANG KAISAR
Axelle mengumpulkan semua anak buahnya setelah membuat laporan penyelidikan terhadap Praditia Wicaksana dan menghadap ke ruang pimpinan. Dengan berbekal surat persetujuan penyelidikan dan penangkapan atas nama Praditia Wicaksana, mulai hari ini juga dia dan timnya akan segera bertugas.  Berbekal bukti jejak tangan di selang infus Arbia yang terpotong, tertinggal sidik jari seorang Praditia Wicaksana. Menjadikan dirinya resmi sebagai buronan polisi. Razia besar-besaran digelar baik tempat kejadian peristiwa maupun di jalan-jalan besar, untuk menghindari kemungkinan besar laki-laki yang berusia tepat 30 tahun itu akan melarikan diri. Di rumah sakit di mana tempat terjadinya peristiwa tragis subuh pagi dijaga ketat oleh satuan polisi. Dari satuan kepolisian restart menurunkan satu kompi pasukannya untuk razia yang digelar satu bulan ke depan. Selain aksinya membalas dendam terhadap keluarga Zakaria yang sudah membesarkan dan memberi kehidupan sedari kecil,
Read more
Bab 66. GAIRAH SEORANG BURONAN
Masih dengan ketidakpercayaannya, Praditia Wicaksana memandangi wajah gadis yang sudah berdiri di hadapannya itu. "Kenapa ke sini, dan dari mana kamu tahu alamat apartemenku?" Sebuah pertanyaan itu merasuk ke telinga gadis itu. Ratu Putri Prameswari, putri dari Prabu Mangkunegara yang semula ditangkap dan masuk kehotel prodeo karena kepemilikan senjata tajam ilegal. Dan kini harus menjalani perawatan terapis khusus gangguan kejiwaan. Sudah menjejakkan kaki di apartemen seorang buronan oleh kepolisian seantero negeri ini. "Aku di suruh mengantar ini sama kak Cathrine, karena kakak sedang pergi ke luar negeri." ucap gadis itu sambil mengangkat sebuah map biru yang pastinya berisi file-file penting. Cathrine partner kerjanya itu bukan ke luar negeri untuk bersenang-senang melainkan untuk bersembunyi dan lebih tepatnya melarikan diri. "Oh ya sudah! Tapi kamu nggak diikuti siapa-siapa, kan?" tanya Praditia gugup.  Baru kali ini dia men
Read more
Bab 67. ENGGAN BERPISAH
Ratu Prameswari sudah selesai merapikan diri. Dia sudah bersiap untuk pulang. Diliriknya jam diatas nakas, sudah hampir jam 11 malam. Dia harus pulang dan mencari tahu apa isi file itu. File yang sudah dipindahkan datanya ke usb. "Harus pulang sekarang?" tanya Praditia yang masih berbaring di atas kasurnya. "Hem!" jawab Ratu singkat lalu berdiri dari tempat duduknya. "Aku pulang, ya?" Entah bernada pamit atau bertanya. Tapi yang jelas gadis itu berjalan menuju pintu menjauhi tempst di mana Praditia berbaring. Praditia terkejut ketika menyadari bahwa perempuan yang beberapa menit yang lalu sudah membuatnya mabuk dan gila itu benar-benar ingin pergi meninggalkannya. Ddngan cepat dia menyamvar tubuh sintal gadis itu dan menggendobgnya. "Eh-eh! Kenapa?" Ratu berusaha memberontak halus, namun, rontaannya jadi desahan ketika bibir Praditia sudah mengunyah lembut bibirnya. Memainkannya dengan birahi tinggi. Dengan perlahan laki-laki i
Read more
Bab 68. HARUSKAH MENYERAH
Praditia menatap dalam-dalam gadis yang sudah semalaman itu menjadi candunya. Rasanya dia benar-benar mencintai gadis bertubuh sintal itu. Bahkan subuh tadi dia sudah membatalkan penerbangan untuk melarikan diri ke luar negeri. Dia seakan nggak rela meninggalkan gadis itu serang diri di sini. Kebingungan sekarang melanda dirinya. Apakah dia akan menyerahkan diri kepada polisi, agar proses hukumnya cepat selesai. Dan mungkin hukumannya akan menjadi lebih ringan. Dan apabila du sudah keluar dari sel tahana, dia ingin menikah dan membangun rumah tangga menjadi keluarga kecil dengan gadis yang masih tergolek dengan nyenyaknya di pembaringannya, dengan dengkuran kecilnya. Berkali-kali di belainya rambut hitam mengkilat itu, sentuh lembut bibir tipis yang sekarang menebal itu, dan disibakkan selimut yang menutupi tubuh gadis itu. Ada senyum yang terlihat sangat puas di sudut bibirnya melihat tanda merah lebam yang dia berikan di setiap inci badan gadis itu.
Read more
Bab 69. HISTERIS
Mata Axelle nanar melihat siapa yang mengucapkan kata-kata itu.  "Aku haus," suara lemah itu menatap lemah ke arah Axelle dan Zakaria. Seolah terhipnotis kedua laki-laki itu hanya terpana, bergeming tanpa merespon suara lemah dan seakan baru tersadar, baik Axelle dan Zakaria sama berlari menghampiri sosok lemah yang ada di pembaringan. "Aku haus," sekali lagi suara lemah itu meminta. "Oh, iya! Kamu sudah bangun, Sayang," suara lembut Axelle sambil membantu menyesapkan air putih ke mulut Arbi menggunakan sedotan. Zakaria mengelus rambut hitam putrinya. "Syukurlah, kamu sudah bangun, Sayang." Orang tua itu juga merasa bahagia dan lega. Satu putranya sudah membuka mata dalam keadaan normal. "Arka," dengan suara lemahnya Arbia memangggil kakanya yang terbaring tak jauh dari pembaringannya. "Arka kenapa?" tanya lemah, sambil tangannya mencoba menggapai jarak yang memisahkan antara dirinya dan sang kakak. "Arka--
Read more
Bab 70. SEBUAH MUKZIZAT
Dokter Celine Fazah Arufiah, kembali menelan salivanya dengan pahit. Mtanya sudah mengalir buliran bening yang tidak bisa dia tahan lagi. "Maaf, Pak. Kami sudah berusaha semampu kami, tapi ternyata-- Zakaria Lawalata tidak bisa menyokong badannya. Dia merosot ke bawah mendengar pernyataan dokter Crline. Celine terkejut melihat reaksi lelaki berumur itu. Dia sock mendengar berita tentang anaknya. Bahkan Celine belum sempat melanjutkan ucapannya. "Bapak, nggak apa-apa?" suara dokter cantik itu lembut dan berusaha membantu Zakaria bangkit. "Benarkah, Dok? Benarkah Arka sudah-- "Dokter...!" teriak salah satu perawat dari ruangan ICU. Spontan Celine dan Zakaria menoleh ke arah perawat tersebut. "Dokter!" Perawat itu tergopoh mendekati kedua dokter yang ada di hadapanZakaria. "Denyut nadi pasien kembali," ucapnya terengah mengejar dimana dokter Celine berdiri. Dan seketika ucapan perawat iti membuat dokter Celine sendiri terk
Read more
PREV
1
...
56789
...
15
DMCA.com Protection Status