Dengan cepat dokter Celine Dan Gama memakai kembali bajunya dan segera berlari ke arah suara tembakan yang mengagetkan seluruh penghuni rumah sakit. Semua berhamburan ke luar seolah mereka mendengar bom pecah.
Dokter Celine terkejut setengah mati melihat orang itu sudah tergeletak bersimbah darah. Bukan Lukman ayahnya tapi Arka Abianta sudah tergeletak berlumuran darah di lantai dengan posisi tertelungkup.
"Arka---! Mengundang srmua penghuni rumah sakit berbondong-bondong datang ke lantai 3 ruang VIP. Dengan kepanikan yang luar biasa Gama dan beberapa staf keamanan mengangkat tubuh Arka yang sudah bersimbah darah ke atas pembaringan rumah sakit.
Sedang di ruang ICU, dokter perawat sudah menemukan Arbia terjatuh dari pembaringan tempat tidurnya dalam keadaan selang infus sudah terpotong oleh seseorang.
"Oh Tuhan! Kenapa bersamaan?!" lenking dokter Celine melihat situasi gawat seperti itu. Kedua korban langsung masuk ruan ICU.
Subuh dini h
Mampir yuk ke sini😊
Axelle mengumpulkan semua anak buahnya setelah membuat laporan penyelidikan terhadap Praditia Wicaksana dan menghadap ke ruang pimpinan. Dengan berbekal surat persetujuan penyelidikan dan penangkapan atas nama Praditia Wicaksana, mulai hari ini juga dia dan timnya akan segera bertugas. Berbekal bukti jejak tangan di selang infus Arbia yang terpotong, tertinggal sidik jari seorang Praditia Wicaksana. Menjadikan dirinya resmi sebagai buronan polisi. Razia besar-besaran digelar baik tempat kejadian peristiwa maupun di jalan-jalan besar, untuk menghindari kemungkinan besar laki-laki yang berusia tepat 30 tahun itu akan melarikan diri. Di rumah sakit di mana tempat terjadinya peristiwa tragis subuh pagi dijaga ketat oleh satuan polisi. Dari satuan kepolisian restart menurunkan satu kompi pasukannya untuk razia yang digelar satu bulan ke depan. Selain aksinya membalas dendam terhadap keluarga Zakaria yang sudah membesarkan dan memberi kehidupan sedari kecil,
Masih dengan ketidakpercayaannya, Praditia Wicaksana memandangi wajah gadis yang sudah berdiri di hadapannya itu. "Kenapa ke sini, dan dari mana kamu tahu alamat apartemenku?" Sebuah pertanyaan itu merasuk ke telinga gadis itu. Ratu Putri Prameswari, putri dari Prabu Mangkunegara yang semula ditangkap dan masuk kehotel prodeo karena kepemilikan senjata tajam ilegal. Dan kini harus menjalani perawatan terapis khusus gangguan kejiwaan. Sudah menjejakkan kaki di apartemen seorang buronan oleh kepolisian seantero negeri ini. "Aku di suruh mengantar ini sama kak Cathrine, karena kakak sedang pergi ke luar negeri." ucap gadis itu sambil mengangkat sebuah map biru yang pastinya berisi file-file penting. Cathrine partner kerjanya itu bukan ke luar negeri untuk bersenang-senang melainkan untuk bersembunyi dan lebih tepatnya melarikan diri. "Oh ya sudah! Tapi kamu nggak diikuti siapa-siapa, kan?" tanya Praditia gugup. Baru kali ini dia men
Ratu Prameswari sudah selesai merapikan diri. Dia sudah bersiap untuk pulang. Diliriknya jam diatas nakas, sudah hampir jam 11 malam. Dia harus pulang dan mencari tahu apa isi file itu. File yang sudah dipindahkan datanya ke usb. "Harus pulang sekarang?" tanya Praditia yang masih berbaring di atas kasurnya. "Hem!" jawab Ratu singkat lalu berdiri dari tempat duduknya. "Aku pulang, ya?" Entah bernada pamit atau bertanya. Tapi yang jelas gadis itu berjalan menuju pintu menjauhi tempst di mana Praditia berbaring. Praditia terkejut ketika menyadari bahwa perempuan yang beberapa menit yang lalu sudah membuatnya mabuk dan gila itu benar-benar ingin pergi meninggalkannya. Ddngan cepat dia menyamvar tubuh sintal gadis itu dan menggendobgnya. "Eh-eh! Kenapa?" Ratu berusaha memberontak halus, namun, rontaannya jadi desahan ketika bibir Praditia sudah mengunyah lembut bibirnya. Memainkannya dengan birahi tinggi. Dengan perlahan laki-laki i
Praditia menatap dalam-dalam gadis yang sudah semalaman itu menjadi candunya. Rasanya dia benar-benar mencintai gadis bertubuh sintal itu. Bahkan subuh tadi dia sudah membatalkan penerbangan untuk melarikan diri ke luar negeri. Dia seakan nggak rela meninggalkan gadis itu serang diri di sini. Kebingungan sekarang melanda dirinya. Apakah dia akan menyerahkan diri kepada polisi, agar proses hukumnya cepat selesai. Dan mungkin hukumannya akan menjadi lebih ringan. Dan apabila du sudah keluar dari sel tahana, dia ingin menikah dan membangun rumah tangga menjadi keluarga kecil dengan gadis yang masih tergolek dengan nyenyaknya di pembaringannya, dengan dengkuran kecilnya. Berkali-kali di belainya rambut hitam mengkilat itu, sentuh lembut bibir tipis yang sekarang menebal itu, dan disibakkan selimut yang menutupi tubuh gadis itu. Ada senyum yang terlihat sangat puas di sudut bibirnya melihat tanda merah lebam yang dia berikan di setiap inci badan gadis itu.
Mata Axelle nanar melihat siapa yang mengucapkan kata-kata itu. "Aku haus," suara lemah itu menatap lemah ke arah Axelle dan Zakaria. Seolah terhipnotis kedua laki-laki itu hanya terpana, bergeming tanpa merespon suara lemah dan seakan baru tersadar, baik Axelle dan Zakaria sama berlari menghampiri sosok lemah yang ada di pembaringan. "Aku haus," sekali lagi suara lemah itu meminta. "Oh, iya! Kamu sudah bangun, Sayang," suara lembut Axelle sambil membantu menyesapkan air putih ke mulut Arbi menggunakan sedotan. Zakaria mengelus rambut hitam putrinya. "Syukurlah, kamu sudah bangun, Sayang." Orang tua itu juga merasa bahagia dan lega. Satu putranya sudah membuka mata dalam keadaan normal. "Arka," dengan suara lemahnya Arbia memangggil kakanya yang terbaring tak jauh dari pembaringannya. "Arka kenapa?" tanya lemah, sambil tangannya mencoba menggapai jarak yang memisahkan antara dirinya dan sang kakak. "Arka--
Dokter Celine Fazah Arufiah, kembali menelan salivanya dengan pahit. Mtanya sudah mengalir buliran bening yang tidak bisa dia tahan lagi. "Maaf, Pak. Kami sudah berusaha semampu kami, tapi ternyata-- Zakaria Lawalata tidak bisa menyokong badannya. Dia merosot ke bawah mendengar pernyataan dokter Crline. Celine terkejut melihat reaksi lelaki berumur itu. Dia sock mendengar berita tentang anaknya. Bahkan Celine belum sempat melanjutkan ucapannya. "Bapak, nggak apa-apa?" suara dokter cantik itu lembut dan berusaha membantu Zakaria bangkit. "Benarkah, Dok? Benarkah Arka sudah-- "Dokter...!" teriak salah satu perawat dari ruangan ICU. Spontan Celine dan Zakaria menoleh ke arah perawat tersebut. "Dokter!" Perawat itu tergopoh mendekati kedua dokter yang ada di hadapanZakaria. "Denyut nadi pasien kembali," ucapnya terengah mengejar dimana dokter Celine berdiri. Dan seketika ucapan perawat iti membuat dokter Celine sendiri terk
"Maksud kamu apa" tanya Axelle masih dengan keterkejutannya. "Bukannya sudah jelas di berkas itu. Aku ingin kamu mengelola semua perusahaanku, selama aku masuk nanti." ucap Praditia tenang dan santai. "Mana bisa begitu?" Lagi ucapan Axelle ragu. "Aku nggak msu ketika keluar nanti aku akan hadi gembek Axelle. Aku juga manusia biasa sepertimu. Yang ingin meniksh dan punya keluarga." ucap Praditia mengambil naoas inyuk menjeda sesaat kalimatnya. "Aku tahu kesalahanku fatal. Aku pejahat kelas kakap selama ini. Sadis dan bengis. Tapi aku juga hanya manusia biasa yang kapan saja bisa insaf." Axelle benar-benar terpana mendengar laki-laki dewasa itu bicara. "Apa dia ada semacam kelsinan mental hingga bisa suasana hatinya berubah-ubah kapan pun dia mau." batinnya berujar. "Kamu mau menyebutku gila atau semacamny, silakan Kapten. Tapi Aku takkan menyershksn diri sebelum kamu menanda tangani berkas-berkas itu. Bahkan Ak
Bersamaan dengan ditangkapnya Sang Kaisar atau Praditia Wicaksana yang menjadi pejahat kelas kakap dan buronan polisi bertahun, seorang Arka Abianta terbangun dari tidur panjangnya. Seperti ada semacam chamistry diantara mereka, ikatan batin itu terlalu kuat. Secara dari kecil mereka tumbuh bersama dan besar bersama. Berita menggempar seluruh dunia, Praditia Wicaksana atau yang lebiih dikenal Sang Kaisar hari ini secara suka rela menyerahkan diri kepada polisi fan segala berkas psrkara akan segera masuk pengadilan untuk sidang oertama. Didampingi 3 pengacara yang siap membantu Praditia Wicaksana untuk mendapatkan keringanan hukuman karena telah dengan suka rela menyerahkan diri dan mengakui segala kesalahannya. Axelle sengaja mendatangkan 3 pengacara sekaligus agar bisa membantu untuk meringankan hukuman Sang Kaisar. Dirinya sendiripun, akan dengan suka rela menjadi saksi kunci dipengadilan pada sidang yang pertama tadi. Tentang hampir puluhan perusahaan yang