All Chapters of Mendadak Dinikahi CEO Tampan: Chapter 121 - Chapter 130
154 Chapters
Bab 120. Tripel Kill.
Gisa dan Catra keluar dari rumah sakit dengan tangan yang saling bertautan. Seperti biasa, mereka selalu jadi pusat perhatian dari orang-orang yang penasaran dengan kehidupan sang Ganendra. Catra tetaplah Catra. Dia tidak pernah mempedulikan suara sumbang dari orang-orang yang membicarakannya. Selama yang di hina bukan istrinya, Catra tidak pernah menanggapinya. "Hasilnya bagaimana, mom?" tanya Catra khawatir. "Baik. Semuanya baik-baik saja," jawab Gisa dengan cepat. 'Maaf dad, tunggu waktu yang tepat untuk Daddy mengetahui segalanya. Bulan depan. Mommy janji,' batin Gisa. "Daddy kenapa kesini? Bukannya Daddy harus meeting?" "Meeting-nya Daddy cancel. Jadinya besok pagi. Daddy pikir, masih bisa menemani mommy untuk cek," jawabnya enteng. "Ckk ... " decak Gisa. "Sudah mommy bilang, kalau mommy bisa sendiri!" kesal Gisa. "Kenapa mommy marah?" tanya Catra. "Padahal perempuan lain ingin ada di posisi mommy. Di khawatirkan oleh seor
Read more
Bab 121. Siapa yang hamil?
Saat ini Catra sedang benar-benar marah. Dia berdiri dengan kedua tangan yang tersimpan di dalam saku celananya. Wajahnya dingin, dengan mata yang berkilat tajam, menatap orang-orang yang sudah menghina istri kesayangannya. Setelah menampar pipi Paula, Gisa berjalan dan berdiri di samping suaminya. Walaupun tampak kuat, namun sebenarnya Gisa tengah menahan ketakutannya sendiri. Tangan Gisa yang bergetar hebat, dapat dia sembunyikan di balik saku celana yang dipakainya. Gisa mengangkat sedikit wajahnya, agar orang lain melihat ke arogannya. Dihina, di rendahkan, di sepelekan, Gisa sudah kenyang dengan semua itu. Gisa sudah lelah mendapat label sebagai wanita lemah dari orang lain. Dia ingin menjadi kuat, dia ingin egois, setidaknya untuk melindungi harga dirinya. Seakan tahu dengan ketakutan istrinya, Catra merapat ke samping Gisa, kemudian meraih sebelah tangan Gisa yang tersimpan di dalam saku celana. Dia bawa tangan itu ke depan mulut Catra, kemudia
Read more
Bab 122. Dia darah daging ku!!
"Daddy tanya sekali lagi! Siapa yang hamil?" tanya Catra sambil berjalan mendekati Gisa. "Da-daddy ... " panggil Gisa pelan. Dia tidak menyangka kalau suaminya akan datang ke sana. "Hem??" tanya Catra kembali sambil mengangkat sebelah alisnya. Gisa meraih tas yang tersimpan di atas meja, kemudian mengeluarkan sesuatu dari dalam sana. Gisa menyerahkan sebuah map kecil berwarna silver kepada suaminya. "Apa ini?" tanya Catra. Pasalnya, bukan itu yang dia mau. "Buka saja, itu jawaban dari pertanyaan Daddy," jawab Gisa. Walaupun bingung, Catra mengikuti permintaan istrinya untuk membuka buku silver yang istrinya berikan tadi. Dengan hati-hati Catra mulai membuka lembar pertama yang berisikan identitas istrinya. Lembar kedua berisikan tanda-tanda vital dari Gisa, termasuk keluhan dan riwayat kehamilan serta persalinan terdahulu. Catra semakin bingung dengan isi dari buku tersebut. Pada lembar ke tiga, terpang-pang hasil USG,
Read more
Bab 123. Ssntuhan Fazzura.
"Barusan daddy bilang apa?" tanya Gisa memastikan pendengarnya. "Dean darah daging ku!" jawab Catra tegas. Gisa terdiam. Kemudian dia mengangguk pelan, "Ya ..., Dean anak kita!" jawab Gisa pada akhirnya. Gisa tidak ingin membuat suaminya marah, dengan mengatakan kalau ayah kandung Dean, tidak jelas asal-usulnya. Catra selalu terlihat sedih dan marah, saat Gisa membahas tentang Dean yang tidak mempunyai sosok seorang ayah. Maka dari itu, Gisa mencari aman dengan meng-iya kan saja apa yang Catra ucapkan, agar tidak ada pertengkaran saat pulang ke rumah nanti. 'Serius ekspresi mommy hanya sebatas itu?' bingung Catra. 'Mommy paham kan apa yang Daddy maksud?' tanyanya pada diri sendiri. "Gisa, kenapa tidak di makan?" tanya Danisha. "Apa kamu tidak kasihan dengan kita yang sudah sangat kelaparan?" tanya Derina menambahkan. "Mommy, makanan itu benar-benar aman untuk ibu hamil kan?" tanya Catra sekali lagi. Pasalnya, dia mengurungkan n
Read more
Bab 124. Kekecewaan Gisa.
Pagi-pagi sekali, Catra sudah sibuk di dapur dengan alat masaknya. Pagi ini, Catra berniat membuat sarapan sehat, untuk istri dan calon buah hati keduanya.Gisa masih terlelap di lantai dua, kamarnya. Fazzura sendiri, sudah tidak terlihat di sana. Sepertinya, malam setelah Catra memintanya untuk pergi, Fazzura langsung pergi meninggalkan kediaman Catra. Catra tidak ingin tau lebih banyak lagi. Dia terlanjur kesal dengan sikap Fazzura yang tidak tau malu."Den, mau bibi bantu?" tanya wanita paruh baya, yang sudah bekerja di kediaman Ganendra, sejak Catra masih duduk di sekolah dasar itu.Catra menengok sekilas, kemudian kembali fokus pada masakannya. "Tidak perlu, bi. Abang bisa sendiri," jawab Catra.Bukan hal yang aneh bagi bik Santi, melihat sang tuan memasak sendiri. Pasalnya, sejak di kediaman utama pun, Catra lebih senang memasak makanannya sendiri, dari pada dilayani oleh para maid yang bekerja di sana.Selera Catra kadang berbeda dengan yang
Read more
Bab 125. Gisa Hilang!!!
"Aku harus cepat-cepat membawa Dean pergi!!"Gisa bangkit, kemudian merapihkan surat yang tadi dia baca, dan menyimpannya kembali kedalam laci.Gisa bergegas pergi meninggalkan ruang kerja suaminya, dan masuk kedalam kamar, untuk membawa tas serta pasport miliknya. Selanjutnya dia berangkat menuju bandara."Ibu mau kemana?" tanya bik Santi, saat melihat Gisa keluar dari dalam rumah, dengan membawa tasnya."Saya mau keluar sebentar, bik. Terlalu bosan kalau terus-menerus tinggal di dalam rumah," dusta Gisa."Tapi, Bu, Aden __""Bapak sedang di luar kota, Bi. Bapak tidak akan tau, kalau saya pergi sebentar," bujuk Gisa."Jangan lama ya, Bu. Bibi takut Aden marah,""Gak mungkin!! Bapak tidak mungkin memarahi bibi. Dia selalu menghormati orang tua," jawab Gisa spontan. Gisa merutuki mulutnya yang lancang. Di saat seperti ini pun, tanpa Gisa sadari, dia memuji suaminya. Hati dan pikirannya tidak sinkron."Ya sudah, bik, Gisa
Read more
Bab 126. Menyusul Gisa.
Catra segera menghubungi adiknya, untuk mengkonfirmasi keberadaan Gisa. Benar saja, istrinya saat ini sudah ada di sana. Selain itu, Catra meminta Anna untuk diam dan tidak memberitahu Gisa, kalau Catra sudah mengetahui keberadaannya. Catra mempersiapkan segalanya, sebelum berangkat ke sana, termasuk pakaian dan perlengkapan Gisa. Dia juga meminta Abhi untuk menyiapkan penerbangannya. Setelah selesai dengan segalanya, Catra berangkat hari itu juga, menyusul istrinya ke Singapura. "Den," sapa Bik Santi takut, saat melihat Catra turun dari lantai dua rumahnya, dengan membawa satu koper besar. "Kenapa bik?" tanya Catra, dengan tangan yang sibuk mengetikan sesuatu pada telepon genggam miliknya. "Maafkan bibi ya," cicit bik Santi. Catra menghentikan kegiatannya. Dia menatap wanita paruh baya yang saat ini terlihat sedang ketakutan itu. "Kenapa bibi meminta maaf?" tanya Catra. "Mmm ... tadi neng Gisa hilang," jawabnya pelan. "Bukan s
Read more
Bab 127. Sakit.
Gisa membuka matanya secara perlahan. Kepalanya yang sakit, sudah jauh lebih baik. Dia tersenyum hangat, saat mendapati tangan kekar milik suaminya, melilit posesif di atas perutnya. Gisa mengusap punggung tangan tersebut, dengan senyum yang terus tersungging dari kedua sudut bibirnya. Saat kesadarannya mulai kembali, kening Gisa berkerut bingung, mendapati ruangan yang di tempati nya itu, sebuah kamar asing. Dia edarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Setelahnya, dia mematung. "Ini di Singapura, kan?" tanya Gisa pada dirinya sendiri. Dia baru ingat kalau siang tadi, Gisa berangkat ke Singapura, untuk menjemput Dean, sang anak. Gisa menarik nafasnya panjang. Dadanya kembali sesak, saat isi dari surat yang di bacanya, kembali berputar di dalam memori Gisa. Sekelebat datang sebuah bayangan, saat suaminya tengah bersama perempuan dari tiga tahun lalunya itu. Suaminya begitu bahagia, dengan senyum yang tidak lepas dari bibirnya. Gisa tidak bisa m
Read more
Bab 128. Serba Salah.
"Siapa yang ke rumah sakit?" tanya seseorang dari arah tangga. Dia adalah Catra."Da-daddy ... " lirih Gisa dengan wajahnya yang ketakutan."Siapa yang ke rumah sakit?" tanya Catra sekali lagi, sambil berjalan mendekati Gisa."Ka-kakak ipar, perutnya sakit," jawab Kayanna pelan. Dia juga takut, melihat wajah kakaknya yang dingin."Apa??!!" pekik Catra kencang. "Sakit?" tanyanya memastikan.Kayanna hanya mengangguk pelan. Sementara Brahmana, dia langsung pergi menemui sopir, dan memintanya menyiapkan mobil. Sayangnya, keluarga Kaisara tidak se-kaya keluarga Ganendra. Mereka tidak memiliki helikopter di rumahnya.Catra memperlebar langkahnya. Dia panik, namun dia tutupi, dengan berusaha bersikap biasa saja. Tanpa banyak bicara, Catra langsung memposisikan tubuh Gisa, kemudian menggendongnya. Namun, Gisa menolak."Tidak perlu ke rumah sakit," tolak Gisa."Apa maksud, mommy?" tanya Catra tidak habis pikir dengan istrinya."K
Read more
Bab 129. Ulah jabang bayi.
Seperti biasa, Gisa terbangun dengan tangan seseorang melilit erat pada perutnya. Wajah Gisa tertekuk kesal, saat matanya, melihat wajah pulas suaminya, tengah meringkuk di atas bed rawat miliknya. Pagi ini, entah kenapa Gisa benar-benar tidak suka melihat suaminya. Ingin sekali rasanya Gisa meneriaki Catra, dan melampiaskan kekesalannya. Tidak seperti biasanya, dia memiliki perasaan seperti pagi ini. Sepertinya, sang jabang bayi tengah berulah, dengan menjauhkan ibunya dengan sang Daddy. Dengan menggunakan ujung sikut, Gisa mencoba menyingkirkan tangan Catra dari atas tubuhnya. Gisa bergegas bangkit, untuk menjauhi suaminya. Catra yang merasa sisi sampingnya kosong, lantas membuka mata dengan tangan menyentuh samping tempat tidur, tempat di mana Gisa berbaring. "Mom!!" panggil Catra panik. Dengan kedua tangan, Catra mengucek matanya yang masih sayu. Dia juga bergegas bangkit, untuk pergi mencari istrinya. Wajah Catra benar-benar panik. Gisa t
Read more
PREV
1
...
111213141516
DMCA.com Protection Status