All Chapters of Mendadak Dinikahi CEO Tampan: Chapter 141 - Chapter 150
154 Chapters
Bab 140. Menemui Catra.
Gisa dan Catra, saat ini tengah duduk di halaman belakang pondok yang Abhi sewa. Mereka masih membisu. Tidak ada satupun dari keduanya yang membuka pembicaraan. Abhi sendiri, saat ini mengajak Zeca pergi untuk berkeliling. Dia sengaja meninggalkan Gisa dan Catra, untuk memberikan ruang bagi keduanya. Gisa tengah mengompres pipi Catra yang lebam menggunakan es batu. Abhi melampiaskan kekesalannya selama ini, dengan cara meninju wajah tampan Catra dengan sangat keras. Sebenarnya, Abhi belum puas. Namun, Gisa melindungi Catra dengan cara memeluknya. Mau tidak mau, Abhi memilih untuk mengalah. Catra mematung. Dia menatap Gisa penuh rindu. Hampir satu bulan lamanya, mereka tidak bertemu. Begitu banyak perubahan pada diri Gisa. Perutnya membesar dengan begitu cepat. Namun, tubuh Gisa sendiri semakin terlihat kurus.  Gisa hanya bisa menunduk. Dia tidak kuasa menatap mata hijau mantan suaminya. Gisa yakin, begitu matanya bertemu dengan mata Catra
Read more
Bab 141. Pelukan Terakhir.
Gisa mematung. Ternyata yang tadi memijat tengkuknya adalah Catra, bukan Zeca. "Ini luka apa??" tanya Catra kembali. "Ke-kecelakaan." jawab Gisa gugup. "Dua minggu lalu," lanjutnya dengan suara pelan. Gisa meraih handuk yang tergeletak di bawah lantai, kemudian dia lilitkan kembali pada tubuh polosnya. Posisi Gisa masih membelakangi Catra. "Apa?? Kecelakaan??" pekik Catra terkejut. Salep yang tengah dia pegang, jatuh begitu saja. Gisa mencoba bangkit. Dia berpegangan pada ujung kloset. Kondisi perut Gisa yang semakin membesar, membuat dia kesusahan, bahkan hanya untuk berdiri. Catra masih mematung. Dia memperhatikan Gisa secara diam-diam. "Shit!!" pekiknya dalam hati. Nuraninya tergerak melihat Gisa yang untuk bangun saja sulit. Catra sadar semua ulahnya. Dialah penyebab utama dari membesarnya perut Gisa. Dengan tiba-tiba, Catra menggendong tubuh Gisa, dan membawanya masuk kedalam kamar. "Aaaaaa ... " pekik Gisa terkejut.
Read more
Bab 142. Jual mahal.
"Baby ... " panggil Catra saat masuk kedalam rumah Gisa. Sudah empat hari berturut-turut, Catra mengunjungi rumah mantan istrinya. Sejak pulang dari Swiss, Catra berniat memenangkan kembali hati Dean. Dean masih belum luluh, dia masih acuh dengan Catra. Dean tampak menoleh sesaat, kemudian kembali fokus pada bukunya. "Mommy kemana?" tanya Catra saat tak mendapati Gisa di sana. Dean menggedikan bahu, sebagai jawaban. Dia masih tetap fokus dengan buku yang di bacanya. "Baby, mau ikut ke zoo?" Catra mulai melancarkan aksinya. Dia membujuk Dean dengan mengajaknya jalan-jalan. Namun, Catra lupa, anaknya berbeda dengan anak-anak lain seusianya. Dean masih membisu. Dia hanya menjawab ajakan Catra dengan gelengan kepala. Catra menarik nafas. Dia sudah kehilangan akalnya. Segala cara yang Abhi sarankan sudah Catra coba. Namun, sang anak masih tidak bergeming. Dia masih tidak tertarik dengan segala hal yang Daddy-nya tawarkan. Catra meny
Read more
Bab 143. Bertengkar seperti anak kecil
"Kamu!!!" ucap Catra dingin, dengan tangan terangkat menunjuk wajah pria yang datang bersama Gisa. "Ayo kak Nio, ikut sarapan juga," ajak Gisa pada Ardenio yang datang bersamanya. Pria yang datang bersama Gisa adalah Ardenio Galaksi Sky. Gisa tidak menghiraukan Catra, yang terlihat kesal saat melihat Ardenio. "Jangan sungkan! Kita sudah biasa, numpang sarapan di sini," cicit Abhi, sambil mengarahkan tangan pada dadanya dan pada Catra. Catra mendelik tajam. Dia tidak suka mendengar kata "numpang" yang Abhi lontarkan. Ardenio, duduk di samping Abhi, berhadapan langsung dengan Catra. Sementara Gisa, duduk di samping Dean, bersebelahan dengan Catra. Catra tersenyum sinis, untuk menyapa Ardenio. Ardenio membalasnya dengan senyuman ramah. "Kalian dari mana?" tanya Abhi, melupakan nasehat Dean, yang memintanya untuk diam saat makan. "Mommy, Dean selesai!" lapor Dean pada mommy-nya, dengan tangan bergerak membersihkan mulutnya menggunakan serb
Read more
Bab 144. Mulai hari ini, kita berpacaran!!
Catra berjalan masuk kedalam perusahaan, sambil menggendong tubuh mungil Dean, yang terlelap di atas bahunya. Lengan sebelah kanan menyangga tubuh Dean, sementara lengan sebelah kirinya menenteng tas dinosaurus milik Dean, yang sudah terisi penuh dengan buku-buku baru. Para pegawai kantor di buat tersihir dengan ketampanan duda dua anak tersebut. Catra sosok sempurna dari seorang pria idaman wanita. Tampan, kaya, populer. Wanita mana yang dapat menolak pesonanya? Siang ini catra datang dengan kemeja hitam yang dua kancing teratasnya dia biarkan terbuka. Warna tersebut begitu kontras dengan warna kulit Catra yang putih. Abhi berjalan di belakang Catra, sambil menjinjing tas kerja milik bos-nya itu. Sementara Novera, berjalan di depan Catra, untuk membuka akses jalan, yang akan membawa Catra menuju lantai atas, tempat kantornya berada. "Kerja woy!!" ucap Abhi memperingatkan para pegawai yang mematung, menatap kepergian Catra. Para karyawan wanit
Read more
Bab 145. Novera sang penyelamat.
Sebelum membaca bab ini, harap baca ulang bab sebelumnya. ^^ *** Peletak! Catra menyentil dahi Gisa menggunakan telunjuk dan ibu jari yang dia lipat. "Gila mommy bilang?" tanya Catra. Nada bicaranya sudah lebih lembut daripada sebelumnya. Catra kemudian mengusap kepala Gisa dengan lembut. Tubuh Catra sedikit condong ke depan, menatap manik coklat milik Gisa. "Ya. Sepertinya Daddy memang gila. Daddy gila karena berpisah dengan, mommy," ucap Catra terdengar seperti sebuah gombalan. Sejak kapan seorang Catra yang terkenal dingin, sudi melontarkan gombalannya di tempat seperti ini? Entahlah. Hanya dia dan Tuhan yang tau. Gisa mengerutkan kening, melihat perubahan Catra yang tiba-tiba. "Sepertinya lift ini berhantu. Kenapa si keras kepala ini berubah lembut dalam beberapa saat saja?" batin Gisa berbicara pada dirinya sendiri. Bagaimana tidak heran, beberapa waktu yang lalu, saat mereka berdua bercerai, Catra terkesan dingin dan tidak ramah dengan Gisa. Tapi saat ini, Catra kembali pad
Read more
Bab 146. Ganti Kostum.
Novera sudah berlalu beberapa langkah dari hadapan Catra yang saat ini masih mengumpat, mengutuk Novera, yang sudah menghancurkan kegiatan intim dari bos-nya itu. Novera dengan terpaksa harus kembali ke hadapan Catra, dengan konsekuensi amarah dari bos-nya itu akan meledak kembali, begitu melihat dirinya. "Apalagi sekarang?!" Seperti dugaan Novera sebelumnya, Catra menaikan nada suaranya, begitu melihat Novera kembali. "He ... he ... " Novera tersenyum kaku, sambil tangannya sedikit menggaruk leher bagian belakangnya. "Sepuluh menit lagi kita ada rapat, pak!!" ucap Novera dalam satu tarikan nafas. Dengan cepat Novera membungkuk hormat, dan bergegas pergi sebelum Catra benar-benar mengeluarkan sumpah serapahnya. Catra memejamkan mata, sambil menghembuskan nafasnya secara kasar. Mood dia hari ini benar-benar hancur. Dia sudah cukup lelah, sehingga melupakan rapat yang sudah diaturnya dari jauh-jauh hari. Sebuah tangan lembut, menepuk punggungnya dengan pelan, seakan-akan tengah menen
Read more
Bab 147. Rencana Gender Reveal
Dengan wajah menahan kesal, pada akhirnya Catra tetap mengikuti Gisa untuk masuk kedalam hotel. "Kenapa harus di hotel?" pikir Catra dalam hatinya. Tidak jauh berbeda dengan Catra, disepanjang jalan menuju tempat pertemuannya, Gisa pun memasang wajah cemberut. Dia malu dengan orang-orang yang menatapnya dengan tatapan heran. Bagaimana tidak heran, Gisa mengenakan setelan olahraga dipadukan dengan Stiletto dan tas pesta yang berkilau. Setelah keduanya berjalan di tengah keheningan, akhirnya mereka sampai di tempat yang menjadi tujuan Gisa. Sebuah restoran mewah, di lantai atas hotel. Catra tersenyum kecil, mentertawakan pikiran kotornya sendiri. "Oh ... di sini," celetuk Catra membuat Gisa menatapnya dengan tatapan tajam. "Ya! Menurut Daddy," Gisa mengangkat jari kemudian menunjuk dirinya sendiri. "Apa pantas memakai pakaian seperti ini saat masuk kedalam?" tanya Gisa sinis. "Tidak masalah. Mommy datang dengan piyama pun, tidak akan ada yang berani menegur mommy," jawab Catra denga
Read more
Bab 148. Tamu tak terduga.
Acara yang ditunggu-tunggu oleh keluarga besar Ganendra, akhirnya terlaksana. Semua persiapan di lakukan dari jauh-jauh hari. Di usia ke delapan bulan kehamilannya ini, tidak banyak yang Gisa pinta. Cukup sehatkan dan lancarkan sampai saat lahirannya tiba. Namun, pada akhirnya Gisa menyetujui permintaan kakek dari mantan suaminya itu, untuk mengadakan sebuah pesta perayaan kehamilan. Kebetulan jenis kelamin dari anaknya belum di ketahui, Gisa dan Catra memutuskan untuk mengadakan gender reverral party, dengan hanya mengundang kerabat terdekatnya saja. Tujuan kakek Brahmana meminta mengadakan pesta ini, tidak lain sebagai bentuk penebusan dosanya di masa lalu. Saat mengandung Dean, Gisa mengalami banyak penderitaan. Kakek berharap, dengan diadakannya pesta ini, dapat menggantikan memori masa lalu Gisa yang menyakitkan, dengan kenangan penuh kebahagiaan dari orang-orang terdekat dalam menyambut anggota keluarga baru yang sangat dinantikan kehadirannya itu. Acara itu sendiri, diadaka
Read more
Bab 149. Gisa si pemaaf.
Dari lantai atas villa, Gisa turun ditemani Catra yang berjalan di sampingnya. Wajah Catra terlihat tegang, namun tak mengurangi ketampanannya. Dia mengenakan kemeja baby blue, yang bagian tangannya dia gulung sebatas sikut. Sudah tau kan, Catra masuk team mana? Berbeda dengan Catra, Gisa justru menggunakan dress berwarna baby pink. Sebuah dress cantik, bermodel tutu dress, yang panjangnya hanya sebatas lutut. Malam ini, Gisa terlihat manis sepeti seorang balerina. Dia berhasil menjadi pusat perhatian orang-orang yang datang ke pesta. Dari sudut ruangan, seseorang menatap Gisa dengan penuh kerinduan. Dari sudut matanya, beberapa air mata, menetes tanpa seizinnya. "Tos, kita satu team!" celetuk Abhi, saat Gisa sampai di lantai bawah, tempat berlangsungnya acara. Abhi menggunakan kemeja merah muda, sama seperti Gisa. Gisa tersenyum, sementara Catra mendelik sambil berdecak seperti biasanya. "Ckk ... " "Kenapa kak Abhi memilih warna merah muda?" tanya Kayanna yang datang menghampiri
Read more
PREV
1
...
111213141516
DMCA.com Protection Status