Aku dan Mei yang mendengar ucapan pendamping itu langsung berhadapan satu sama lain karena tekejut dengan ucapannya.
Mereka semua yang bergerombol di depan kamarku langsung diusir oleh pendamping itu yang kemudian memperkenalkan dirinya.
“Call me Ms. Nova,” ucapnya.
Ketika semua anak di depan kamarku kembali ke kamarnya masing-masing, aku dan Mei langsung masuk ke kamar dan masih berusaha mencerna tentang si kembar itu. Banyak pertanyaan yang ingin kutanyakan tapi kutahan. Suasana di kamar juga menjadi berbeda karena aku dan Mei hanya diam saja. Berbeda dengan Melina dan Melisa yang sangat berisik.
“Eh, kalian kok tiba-tiba diem?” tanya Melina. Kemudian Melisa menyenggol lengan Melina.
“Oh, kalian dengerin Ms. Nova tadi ya?” tanyanya.
Kami berdua pun mengangguk secara bersamaan.
Selanjutnya, si kembar menjelaskan bahwa tempat yang saat ini menjadi tempat liburanku dan Mei adalah milik perus
Setelah itu, ayah kembali masuk ke dalam mobil dan meninggalkanku yang sedang dibantu Mei untuk berjalan ke kantor yang tidak jauh dari sini.Aku langsung duduk di sofa kantor. Ms. Nova menghampiriku sambil melihat pipiku yang merah karena tamparan ayah. Ia langsung mengambil es yang ada di lemari pendingin dan menempelkannya kepadaku.“Aw,” ucapku karena merintih kesakitan.Ms.Nova, si kembar dan Mei melihatku dengan tatapan yang sedih, sehingga aku memutuskan untuk berdiri sembari menahan rasa sakit.“Eh, istirahat dulu aja,” ucap Ms. Nova.“It’s okay miss. Aku sudah terbiasa dengan hal ini,” ucapku sambil tersenyum.Kemudian aku mengajak Mei dan si kembar untuk kembali ke asrama karena matahari sudah akan kembali ke tempat istirahatnya. Dalam perjalanan kembali ke asrama aku berusaha menahan rasa sakitku karena mengayuh sepeda. Namun, aku tetap bersikap untuk terlihat biasa-biasa saja.Sesa
Setelah merasa mendingan, kami berempat memutuskan untuk kembali ke asrama. Untungnya kami belum melewati batas jam malam sehingga kami masih dipersilahkan untuk masuk.Sesampainya di kamar aku langsung meminta izin kepada teman-temanku untuk menggunakan kamar mandi terlebih dahulu. Di dalam kamar mandi, aku masih menangis tetapi berusaha menahan suara agar teman-temanku tidak mendengarkannya. Kemudian aku mencuci muka dan sikat gigi. Lalu aku memutuskan untuk tidur lebih awal, berbeda dengan mereka bertiga yang berencana untuk menonton film terlebih dahulu.Ketika aku terbangun sekitar pukul tiga pagi, aku langsung menunaikan sholat malam dan berdoa agar diberikan kekuatan menghadapi ayah yang semakin menjadi-jadi serta diberikan petunjuk sebenarnya hati ini untuk Fian atau Mas Raja?Selesai sholat, aku kembali ke kasurku dan membuka handphone. Ketika aku membuka ponselku, terdapat banyak sekali pesan yang belum terbuka. Ada dari Fian, bunda, ayah sert
Ketika liburan telah selesai, aku pun harus kembali ke sekolah. Hari pertama sekolah, aku sudah masuk ke dalam ruang kelas yang berbeda tetapi dengan anak-anak yang sama. ada yang berbagi oleh-oleh, ada yang langsung bermain game bersama, ada yang langsung ngegosip dan tentu saja ada yang tidur di kelas, ia adalah Mei.“Astaga, baru juga masuk dah tidur aja,” ucapku kepada Mei sambil meletakkan tas ranselku.“Ngantuk, abis begadang nemenin Kafi ngerjain soal bimbelnya,” ucapnya dengan mata tertutup. Aku pun hanya menggelengkan kepala.Nana yang sebelumnya ketika masuk kelas selalu menampakkan wajah masam, kali ini berbeda. Wajahnya nampak begitu senang sekali. Setelah Nana datang, tidak lama Fian juga datang dengan wajahnya yang dingin. Fian pun langsung menghampiriku setelah meletakkan tas di bangkunya.“Akhirnya ketemu lagi. Gimana liburan? Are you happy?” tanyanya dengan wajah yang sangat gembira. Aku pun te
Sebenarnya, setelah perkataan Lana, Kalia dan Fian sendiri. Untungnya, kegiatan minggu ini belum terlalu berat sehingga aku bisa melamun sesukaku. Kalia menyadari bahwa aku seharian ini diam dan terlalu sering melamun.“Ra, mau diselesei bareng-bareng ga?” tanya Kalia.“Selesein gimana maksudmu?” tanyaku.“Ya, terserah kamu sih. Aku mau bantu kok kalo kamu butuh bantuan,”ujar Kalia sambil menepuk pundakku.Setelah percakapan itu, aku meminta tolong kepada Lana untuk memperhatikan Nana dan Fian. Lana pun mengiyakan hal tersebut karena Fian dan Nana sudah seperti dulu lagi. Seperti tidak sudah bersamaku.Ketika istirahat kedua, Lana menghampiriku dengan nafas yang tersenggal.“Ra, nyerah aja deh kayanya. Fian sama Nana dah kaya orang pacaran,” ujar Lana.“Iya, aku mau tunggu diputusin aja,” jawabku.“Jangan, sakit hati nya nanti lebih lama. Mending kamu kumpulin bu
Aku akhirnya benar-benar bisa melihat mereka yang sedang berduaan dengan mataku sendiri. Padahal, aku memperbolehkan Nana untuk dekat dengan Fian tuh bukan sampe kaya gini.Aku yang terkejut hanya bisa diam di tempat, begitu juga dengan Fian dan Nana. Mereka langsung menunduk dan pura-pura bermain handphone nya. Aku yang tidak mau ribut dengan mereka memutuskan untuk mencari bangku lain. Untungnya, kakak kelas yang tadi menggunakan meja dan bangku di depan meja informasi sudah pergi, sehingga aku memutuskan untuk disana. Kalia yang sudah menemukan bukunya langsung duduk bersamaku.“Kal, aku ngeliat Fian sama Nana di ujung sana,” ucapku dengan suara lirih dan berusaha menahan air mata.“Hah?” Kalia yang mendengarkan ucapanku langsung berdiri. Aku berusaha menahan Kalia karena takut membuat keributan.“Udah, kamu cari materi yang kamu butuhin terus kita balik ke kelas aja,” ujarku dengan tersenyum.S
Pada awal kelas sebelas ini aku merasa sangat senang dan tidak merasakan tekanan apapun. Baik dari kehidupan sekolah maupun ayah. Teman-teman kelas yang kompak dan sangat komunikatif membuatku lebih berani untuk berbicara. “Temen-temen, minggu depan turnamen basket se-kota yang diselenggarain sama BDL akan dimulai lagi!” ujar Sakti, salah satu koordinator supporter di kelasku. Teman-teman perempuanku sangat histeris karena mereka akan sering melihat Raja bermain di lapangan. Kata Nadya, Raja sangat terlihat seksi apabila sedang berada di lapangan. Keringat yang membasahi tubuhnya mendapatkan poin lebih di mata kaum hawa. Aku yang mendengarkan hanya bisa tersenyum. Mas, sibuk banget? Kok udah gapernah ketemu. Ketika istirahat, Mei memanggilku. “Ra, sini,” panggilnya dari pintu kelas. “Kal, aku sama Mei sebentar ya,” ucapku kepada Kalia. “Iya, nanti kamu nyusul ke kantin ya,” jawab Kalia. “Eh, bareng aja,” kata M
Ketika aku dan Kalia menaiki tangga, banyak anak lelaki berjalan dengan tergesa-gesa ketika menuruni anak tangga. Kami berdua hanya bisa saling menatap dan bertanya-tanya apa yang sedang terjadi. Hingga aku bertemu dengan Sakti.“Mas Raja bertengkar!” ucapnya sambil tergesa-gesa.Hah?Aku tidak berpikir panjang dan langsung menitipkan makananku dan meminta tolong kepada Kaila untuk menghubungiku apabila aku dicari guru yang akan mengajar setelah ini.Setelah itu aku menuruni anak tangga dengan tergesa-gesa dan berlari mengikuti Sakti.“Sak, dimana?” tanyaku kepada Sakti.“Belakang basecamp koor sekolah,” jawabnya.Aku pun bergegas kesana, ketika berlari aku hanya memikirkan bagaimana jika badannya sakit dan ia tidak bisa mengikuti kompetisi bergengsi itu.Sesampainya disana, ternyata ia bertengkar dengan Fian! Bawah mata Fian terlihat lebam dan terdapat darah yang keluar di
Setelah membeli makan, aku dan Kalia langsung kembali ke kelas. Ketika menuju kelas, Kalia menanyakan awal mula aku bisa berkenalan dengan Mas Raja.“Gimana sih kenalnya?” tanya Kalia kepadaku.“Gatau juga sih,” jawabku.“Waktu itu aku ga sengaja nabrak dia dua kali, terus di kantin aku diliatin terus, pas classmeet sempet ngomong sebentar. Diem-diem dia ngehubungin aku meskipun pake akun boongan, tapi ya ga aku jawab juga soalnya waktu itu masih sama Fian,” imbuhku.“Dah kaya cerita-cerita novel ya. Abis ketabrak terus jadian,” ucap Kalia.“Belom jadian kali,” jawabku dengan nada ketus.Sesampainya di kelas ternyata teman-temanku sedang menonton film melalui salah satu handphone temanku dan tentu saja aku dan Kalia langsung bergabung disana. Film yang kami tonton menceritakan tentang kisah sejarah tanah jawa gitu deh,Tidak lama kemudian, bel sekolah berbun