All Chapters of Miss Villain and the Protagonist: Chapter 71 - Chapter 80
163 Chapters
Chapter 71 — Serangan Kedua
Viscount Teuvo menarik selimutnya hingga menutupi kepala. Malam ini, entah mengapa terasa lebih dingin dibanding malam-malam sebelumnya. Ia tadi sebenarnya sudah tertidur lelap, tapi, sang istri tiba-tiba saja mengguncang punggungnya. "Suamiku, kenapa kau tidak menutup jendelanya?" "Hhmm?" Viscount Teuvo hanya bergumam, masih dengan mata yang tertutup. "Hawanya sangat dingin, tolong tutup jendelanya." Pinta sang istri. "Ck, kau ini berisik sekali," Viscount Teuvo berdecak kesal. "Jangan ganggu aku, aku sangat mengantuk!" serunya. "Kau tutup saja sendiri." "Dasar tak bisa diandalkan!" Viscountess Teuvo (Sang Istri) mencebik. Mau tidak mau, akhirnya ia yang bangkit untuk menutup jendela. "Aneh, aku ingat betul tadi jendela ini tertutup," gumamnya sembari menutup jendela, "apa terbuka karena angin, ya?" Viscount Teuvo kembali dapat memejamkan matanya dengan tenang, hawa dingin akibat jendela yang terbuka sudah tidak terasa lagi. "
Read more
Chapter 72 — Haruskan Aku Memberitahunya?
Penyerangan terhadap bangsawan terjadi lagi.Kali ini korbannya adalah Count Raire yang berkediaman di region selatan kapital. Meskipun terjadi dengan pola yang sama, seperti pada malam hari, masuk melalui jendela, dan merampas harta benda tuan rumah secara paksa. Kejadian ini tak dapat diprediksi siapa yang akan menjadi target berikutnya.Di tambah lagi, Count Raire adalah salah satu bangsawan yang ramah dan selalu bermurah hati. Banyak yang menyukainya, dan ia dikenal tidak punya banyak musuh. Jadi, sudah jelas bahwa target penyerangan ini benar-benar dipilih secara acak dan tanpa alasan tertentu. Siapa saja bisa menjadi korban.Alaster sedang berada di balkon, bersandar sembari memegangi pipinya yang nampak lebam. Raut wajahnya nampak tengah memikirkan sesuatu."Wanita sialan itu..." Alaster bergumam dengan wajah kesalnya, "beraninya ia memukul wajahku.""Kakakku~" Aquila berseru dari jauh, ia bergerak menghampiri, matanya bergerak
Read more
Chapter 73 — Petunjuk Tentang Pelaku
NONA ZELINE MENGGUNAKAN SIHIR HITAM! SEBENARNYA, PADA MALAM ITU NONA ZELINE MENYERANG CHARELLE DI KEDIAMANNYA. KAU MEMERINTAHKAN PRAJURIT UNTUK MEMASTIKAN SUPAYA MARQUIS VAREN TIDAK MENYEBARKAN KABAR PEMAKAIAN SIHIR HITAM INI KEPADA BANGSAWAN YANG LAIN SEBAB KAU TAKUT NAMAMU AKAN TERCORENG. DAN SEBENARNYA, SAAT INI PIKIRANMU JUGA TELAH DIMANIPULASI. INILAH SEBABNYA KAU MELUPAKAN KEJADIAN ITU. "Tuan Theo?!" Zero berseru, "kenapa kau melamun?!" Tuan Theo tersentak, ia tersadar sejak tadi ia tengah melamun. "Ah, maafkan saya Yang Mulia." Rupanya, sampai kapanpun dirinya terlalu pengecut untuk mengatakan kebenarannya. Kalimat yang tadi, ia tak mampu mengungkapkannya. "Sebenarnya, saat itu terjadi sebuah perampokan di rumah Nona Charelle, perampok itu melukai Nona Charelle begitu parah. Itulah mengapa Yang Mulia menempatkan penjagaan di sana. Sebab Yang Mulia takut hal yang sama akan terulang." In
Read more
Chapter 74 — Zero Dan Rencananya
Aquila baru tersadar ia sudah lama sekali berdiam diri termenung menatap ke arah jendela. Susu putihnya pun sudah menjadi dingin. Wanita itu memejamkan matanya lalu menarik napas dalam-dalam. Berusaha mendinginkan otak.Tak perlu mengirim seorang mata-mata untuk mengetahui apa langkah yang diambil Zero untuk menyikapi kejadian ini. Ia sudah mendengarnya dari angin yang berembus, Zero sedang mengais informasi dari ketiga bangsawan itu, kan?Aquila bertopang dagu, senyuman tipis terulas pada wajah pucatnya. Rasanya ia ingin memberi semangat pada Zero yang susah-susah mencari pelakunya, padahal, Aquila sendiri-lah yang menyebabkan semua kekacauan ini."Tapi ini masih permulaan," wanita itu bergumam pelan, menatap ke arah langit,ia berandai-andai. Ke depannya ... akan jauh lebih kompleks lagi.Bukan tanpa sebab Aquila memilih Viscount Teuvo dan Count Raire sebagai targetnya. Kedua bangsawan itu memiliki sifat yang sangat bertolak belakang. Aquila
Read more
Chapter 75 — Kau Adalah Aku, Aku Adalah Kau, Kita Berdua Jahat
Zeline menggenggam erat kain pada gaunnya, berupaya menurunkan rasa cemas, "sedikit lagi... sedikit lagi..." Wanita itu terus saja bergumam, "bertahanlah sedikit lagi..."Zeline tahu, sebesar apapun upaya yang ia lakukan untuk menutupi suatu kejahatan, ujung-ujungnya akan terendus juga. Dan Zeline pun tahu, kalau ia tak bisa selamanya menggunakan kekuatannya untuk memanipulasi ingatan Zero. Pasti akan datang saat di mana Zero mengetahui kebenarannya.Kalau itu sampai terjadi.....Tidak. Zeline menggelengkan kepalanya kuat-kuat. Ia datang dari tempat yang kecil, ia sudah bersusah payah untuk merangkak ke tempat teratas. Ia tak mau. Ia tak mau kehilangan semua hal yang sudah ia raih.Dunia memang tak adil. Dunia memperlakukannya bagai lelucon. Ia mengerahkan semua yang ia bisa untuk bisa sampai di titik ini, untuk bisa menjadi bangsawan yang terpandang. Di satu sisi, ada Aquila yang tanpa perlu berusaha sedikitpun sudah terlahir pada keluarga yang berpangka
Read more
Chapter 76 — Alaster (bukan) Pelakunya
"Dia adalah pelakunya!!!" Count Raire langsung beranjak dari posisi duduknya, ia berseru sembari menunjuk ke wajah Alaster. Semua petunjuk itu, semuanya mengarah kepada Alaster. Zero terdiam, kecurigaannya benar. Tapi, kenapa Alaster melakukan ini? Motifnya tidak mungkin uang sebab Alaster sudah memiliki banyak sekali harta. "Kak.... Aku sungguh terkejut kau adalah pelakunya, tapi kenapa? aku sungguh tak mengerti, kenapa kau melakukannya?" "Aku tidak melakukannya." Alaster masih bersikeras, walaupun kalimatnya tidak mengubah fakta bahwa ia telah tertangkap. Zero menghela napas, ia memerintahkan para prajurit untuk memegangi kedua tangan Alaster, hendak membawanya ke dalam kereta kuda. "Kita buktikan itu di pengadilan." Alaster pasrah. Sebenarnya sangat mudah baginya untuk memberontak dan melumpuhkan semua yang ada di sini, tapi jika ia melakukannya, itu sama saja ia mempersilakan dirinya agar dijadikan buronan. Sialan. Otaknya membeku.
Read more
Chapter 77 — Jika Tak Menemukan Pelaku, Aku Akan Memalsukannya
Hari pemilihan putri mahkota akan tiba lebih dekat dibanding yang Aquila kira. Persiapan sudah matang, Aquila sudah menyiapkan segala yang diperlukan nanti, ia bahkan sudah menyiapkan materi dari pidato terbaiknya. Begitu pula dengan Zeline, Aquila dengar, ia sudah mulai kembali aktif bersosialisasi dengan mengunjungi acara pertemuan dan juga pesta-pesta yang diselenggarakan para bangsawan. Tujuannya jelas, untuk meningkatkan citra dirinya, serta untuk menepis rumor-rumor tak berdasar. Benar kata Ahn, Aquila tidak perlu terlalu mencemaskan masa lalu, lebih baik ia fokus dengan apa yang ia hadapi. Masa depannya, masih panjang. "Nona Aquila." Terdengar sebuah suara memanggilnya, saat Aquila menoleh, rupanya ia adalah Rubia, Nona yang menyelenggarakan pesta yang saat ini Aquila hadiri.  "Nona Rubia." Aquila tersenyum, "Dekorasi yang kau pilih indah sekali, ini pesta yang menyenangkan." "Ah, terima kasih, Nona Aquila." Balas Rubia yang sangat menyuka
Read more
Eps Spesial #1 : 100.000 Kata! - Character's MBTI
Halooo para pembaca! Kenalin, aku Scarlet Crown, author dari 'Miss Villain and The Protagonist', kalian bisa panggil aku 'Alet'. Salam kenal semua. Sebelumnya, aku mau ngucapin banyak-banyak terima kasih untuk kalian yang udah setia baca ceritaku! (Yaa, walau aku sering lambat update, huhu.) Nggak nyangka, MVATP akhirnya bisa tembus 100.000 kata! Sorry aku norak, tapi ini suatu kemajuan banget buat aku yang sering banget banget banget kena writers block. *terharu. Oke. Aku nggak begitu jago basa-basi, jadi langsung aja, di eps spesial kali ini aku akan ngenalin profil para tokoh beserta MBTI-nya. Yeayy! *** Sedikit info, untuk yang baru tahu, MBTI (Myers-Briggs Type Indicator) adalah suatu tes kepribadian yang dirancang untuk mengetahui tentang gambaran umum mengenai kepribadian, kekuatan, dan preferensi seseorang. Dalam hal ini, aku udah menge-tes para tokohku menggunakan website 16 personalities.  Kalau kalian pengen tahu MBTI k
Read more
Chapter 78 — Panggung Pertunjukan Putra Mahkota
Matahari telah menyingsing, tapi, tidak seperti hari-hari sebelumnya di mana mayoritas dari mereka memilih untuk bekerja dan beraktivitas, kali ini mereka justru berkumpul di suatu tempat, menyaksikan tiga orang pria dengan wajah tertutup berdiri di atas papan kayu besar dengan masing-masing tali simpul seukuran leher. Seakan-akan ini tontonan yang menarik, mereka memerhatikan tiga orang itu dengan saksama dan sesekali berbisik dengan sesamanya.Aquila juga hadir di sana, dengan menggunakan penampilan khas Master A, akan lebih aman baginya untuk tidak menunjukkan identitasnya. Jantungnya berdegup cepat, hanya memerhatikan dari jauh saja sudah membuat perasaannya menjadi buruk. Zero benar-benar sudah gila.Hingga tibalah ia, pemilik panggung yang tengah dipertontonkan, berdiri dengan tegap menatap mereka yang menyaksikan, mengeluarkan sepatah kata yang diucapkan dengan begitu lantangnya. "Inilah akibat mengganggu ketentraman Kekaisaran!"Rakyat berso
Read more
Chapter 79 — Kau Berencana Mengkudeta Kekaisaran, Kan?
"Apa? kau akan bertemu dengan seorang pria?" Wajah Alaster terlihat menyembul dari depan pintu, mengintip sang adik yang sedang memakai jubahnya."Hei, kau hampir mengejutkanku!" Aquila mengomel, tak menyangka akan kehadiran sang kakak yang secara tiba-tiba."Jawab pertanyaanku, adikku, kau akan bertemu dengan seorang pria? Apa ini semacam kencan?" Alaster memberi pertanyaan bertubi-tubi. "Kau tahu, kan, sebelum berkencan dengan pria, kau harus memberitahuku dulu! Aku harus memastikan siapa dia, apa dia tampan?"Aquila menggertakkan giginya. "Kau berisik sekali!" kesalnya. "Kau, jangan banyak tanya!"Alaster hanya mengangkat kedua bahunya, tanpa rasa bersalah, "Aku kan hanya ingin tahu.""Ini untuk kepentingan rencana, tahu." Balas Aquila. "Lagi pula siapa yang mau berkencan? Waktuku terlalu penting untuk itu.""Huh, aku lega mendengarnya." Alaster menghela napas lega. "Tapi benarkan apa yang aku bilang, kau ingin bertemu seorang pria?"
Read more
PREV
1
...
678910
...
17
DMCA.com Protection Status