All Chapters of Mantan Oh Mantan : Chapter 31 - Chapter 40
50 Chapters
Anita mulai resah
Keduanya berbincang dengan akrab. Lamanya waktu yang sempat memisahkan, membuat Sandi dan Erlina menceritakan banyak hal."Jadi katakan padaku, apakah kau sudah menikah?" telusur Sandi lebih privasi setelah sebelumnya hanya membahas soal masa-masa sekolah mereka."Hmm, belum.""Belum?""Kurasa tak ada satu pria pun yang tertarik padaku," elak Erlina tersenyum tipis."Astaga, Lina. Kamu pintar, cantik, menarik, dan kau bilang tidak ada satu pria pun yang tertarik padamu? Hanya pria bodoh yang tak bisa melihat sebuah permata secantik dirimu." Erlina tertawa seketika. Mimik lucu yang ditunjukkan Sandi membuatnya tergelak tiada habis. "Hei, kenapa kau tertawa?""Habisnya kamu itu lucu. Sama seperti dulu." Erlina makin keras dengan gelak tawanya.Wajah Sandi berubah masam karena merasa mendapat ejekan dari teman lamanya itu."Ok, ok. Maaf." Erl
Read more
Trik Anita yang kedua
Sandi baru dari toilet dan sudah kembali ke meja dimana ia dan Erlina bertemu untuk makan malam. Namun betapa terkejutnya dia ketika melihat perempuan itu sedang memegang ponselnya, seperti bicara dengan seseorang. Erlina terkejut saat tiba-tiba Sandi merebut ponsel di tangannya. Pria itu melihat pada layar ponsel, siapa gerangan orang yang menelpon. Dua kali lebih kaget lagi ketika tau yang menghubungi adalah Anita. "Anita?" "San. Dari mana saja kamu? Kenapa seorang perempuan yang mengangkat telponmu?" "Maaf, aku baru dari toilet." "Lalu, siapa perempuan itu?" "Hmm....dia--," Sandi melirik sekilas pada Erlina yang menunduk, merasa tak enak hati karena sebelumnya sudah lancang mengangkat telpon milik Sandi tanpa izin, "temanku." Senyap. Tak ada sahutan dari seberang telpon. Sandi jadi gelisah sendiri. "O
Read more
Terjebak berdua
Anita menjadi panik. Refleks ia meletakkan tas yang dijinjingnya begitu saja dan balik berputar, mengecek daun pintu. Benar saja kata Rama. Pintu itu tak bisa dibuka. Meski harus mengeluarkan seluruh tenaga, Anita tetap tak mampu membukanya. "Kenapa bisa begini? Sejak kapan pintu ini rusak?" tanya Anita makin panik. Ia masih berusaha menarik tuas pintu. "Bagaimana kita bisa keluar dari sini?" Anita membalik badan, melihat pada Rama. Pria itu hanya menatapnya dengan pandangan datar. Sama sekali tidak ada rasa cemas atau khawatir sama sekali. "Salah sendiri tidak membaca peringatan di luar," ujar Rama enteng. Anita berdecak, merutuki kecerobohannya sendiri. "Ayo bantu aku membuka pintu ini!" "Percuma! Sampai pingsan pun kau tak akan bisa membukanya." "Lalu bagaimana kita bisa keluar?" Akal Anita bergerak mencari car
Read more
Anita mulai goyah
Sandi pulang dalam keadaan lesu. Ia tidak menemukan Anita setelah mencarinya ke beberapa tempat. Bahkan di rumah perempuan itu, Sandi tidak menemukan keberadaan kekasihnya disana. Rumahnya dalam keadaan gelap, itu berarti Anita masih belum pulang.Sekarang Sandi berpikir, apakah kekasihnya itu sedang keluar dengan Rama, rivalnya. Sempat terbersit ingin meminta nomor telpon milik Rama, memastikan benarkah kalau Anita memang bersamanya. Tapi Sandi mengurungkan niat karena merasa tak enak hati. Hanya saja, hatinya dipenuhi rasa kecewa jika itu memang benar terjadi.Kenapa Anita tidak jujur? Kami bersaing secara adil. Secara sehat. Kenapa harus diam-diam tanpa memberitahuku lebih dulu? "Kau sudah pulang, Sayang?" Teguran itu membuat Sandi menoleh ke arah datangnya suara.Sandi yang awalnya ingin melangkah langsung menuju kamarnya jadi mengurungkan niat melihat ibundanya tengah sibuk di meja makan, me
Read more
Pria yang diinginkan
"Jadi Erlina masih belum punya pacar?""Nggak tau, Jeng Sari. Dia tuh sulit banget kalau disuruh dekat laki-laki. Katanya takut nggak cocok dan bikin sakit hati.""Tapi kan umurnya sudah cukup untuk menikah. Jadi mau nunggu apa lagi?"Perbincangan kecil antara mama Sandi dan Kayla, ibunda dari Erlina terhenti sesaat. Kayla mengubah letak duduknya, mendekat pada Sari. Dengan suara rendah, ia melanjutkan obrolan yang semula terjeda, menjawab pertanyaan Sari."Ssssttttttt! Jangan bilang-bilang ya, Jeng. Sebenarnya, Erlina belum ingin menjalin hubungan dengan pria manapun karena dia masih berharap kepada seseorang.""Oh...ya? Jadi dia sudah pernah jatuh cinta?" Kayla mengangguk. "Jadi penasaran seperti apa laki-laki yang anak itu harapkan.""Ehm....sebenarnya laki-laki itu--.""Ma, Kinara telpon kalau dia sudah sampai di bandara. Dia minta aku menjemputnya sekarang." Ka
Read more
Janji Sandi pada Kinara
Keduanya bertemu enam tahun lalu, tepatnya saat Kinara masih sekolah menengah pertama. Kegiatan tour yang diadakan oleh sekolah tempat gadis berusia empat belas tahun itu, mempertemukan dirinya dengan sosok Erlina yang kebetulan juga melakukan ekspedisi dengan teman kampusnya. Saat itu Kinara yang terlihat masih polos sedang tersesat dari rombongan sekolah. Ia menangis sendiri karena takut, sampai akhirnya bertemu dengan Erlina. "Kenapa kau menangis gadis manis? Dimana keluargamu?" Dengan sikap takut-takut, Kinara menjawab pertanyaan Erlina. "Aku terpisah dari teman-temanku, Kak." Erlina terkejut dan ikut panik karenanya. "Kenapa kau tid
Read more
Mengintai
Rama mengakhiri makan siangnya dengan sendawa keras, membuat Anita melebarkan mata tak percaya. "Kenapa menatapku seperti itu?" Rama memprotes tak terima. "Kau, jorok!" Rama hanya mencebik dan berdiri untuk mencuci piringnya sendiri. "Tunggu!" Anita mengejar. "Mau cuci piring ya?" Rama mengangguk saja, tanpa angkat bicara. "Titip, dong!" Mata Anita mengerjap beberapa kali, memohon dengan netranya. Bibir Rama tertarik sebelah dengan kedua alis yang menyatu. Ia cemberut, namun tetap merebut piring kotor di tangan perempuan itu. "Sejak kapan kau berani menyuruh atasanmu sendiri?" "Sejak kau masak seenaknya di rumahku. Salah siapa kau main masak semaunya disini?" "Aku akan memotong gajimu." "Boleh. Asal kau tambah tiga kali lipat bonus bulananku." Rama menggeleng pasrah. Kalau dilanjutkan, perdebatan
Read more
Tamu dari Malaysia
Erlina masih setia menatap gadis yang saat ini sibuk mondar-mandir di dekatnya. Meski demikian, tangannya tetap bergerak dengan lincah menyelesaikan rancangan baju yang sedang ia garap."Mau sampai kapan kamu mondar-mandir begitu, hmm? Apa kakimu tidak pegal?" tegurnya dengan suara rendah."Mbak," Kinara tak menyelesaikan kalimatnya. Ia berpikir dengan keras bagaimana cara menyusun kalimat yang ingin ia sampaikan pada Erlina. Gadis berponi itu menggigit kuku-kukinya, sajak bimbang, "aku sudah melihat perempuan itu."Erlina yang tadinya menunduk pada gaun di depannya, terdiam sejenak menafsirkan maksud ucapan Kinara."Menurutku dia cukup cantik," Kinara berucap lagi dan Erlina menoleh pada gadis yang sudah ia anggap sebagai adiknya itu. "Tapi kalau dibandingkan sama Mbak Lina dia masih belum apa-apa kok." Kinara menambahi kalimat sebelumnya."Kau menyelidiki pacar kakakmu?" tanya Erlina ter
Read more
Pulang bertiga
Wulan terkejut melihat Anita datang dengan mendung di wajahnya. Terlihat sekali kalau temannya itu sedang dalam keadaan kesal."Ada apa denganmu?" tanyanya."Nggak pa-pa," sahut Anita singkat dan sedikit culas."Nggak pa-pa kok wajahmu cemberut begitu?""Wajahku emang begini. Kamu aja yang salah tafsir."Hanya terdengar helaan napas dari Wulan, menanggapi sangkalan Anita. Kepalanya mendongak dengan tangan bertopang dagu, seperti sedang memikirkan sesuatu."Apakah mungkin karena gosip itu?" gumam Wulan seperti pada dirinya sendiri. Namun Anita yang tersindir refleks menoleh langsung padanya."Gosip apa?" Anita seakan tidak tahu."Tentang Bu Marsa dan Pak Rama. Hari ini semua orang kantor membicarakan mereka kan?""Mana ada? Aku nggak dengar sama sekali kok."Wajah Anita menunduk dalam, menyembunyikan keboho
Read more
Pesta BBQ
Sepasang mata itu masih setia mengawasi pergerakan orang di seberang sana. Matanya hampir tak berkedip sama sekali demi tak kehilangan jejak rekam dari penglihatannya.Setelah orang yang dalam pengamatan menghilang dari pandangan, ia segera memutar mobil menuju arah lain, pergi ke suatu tempat. ~~ Anita sedikit kikuk saat turun dari mobil sudah mendapati Wulan serta Arya sedang berswa-foto, mengunggah kebersamaan mereka berdua."Hei, Anita. Akhirnya kau sampai juga." Wulan menyongsong temannya dengan pelukan. "Apakah jalannya macet?" lanjutnya bertanya."Sedikit.""Tidak! Dia saja yang bangun kesiangan," sangkal Rama tiba-tiba menyela dari belakang.Anita mendelik saja menanggapi sahutan pria itu. Bisa-bisanya dia mengolok Anita di depan Arya dan Wulan.Rama masuk ke dalam villa bersama Arya
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status