All Chapters of White Love: Chapter 21 - Chapter 30
89 Chapters
Jodoh Tidak Akan Tertukar
Langit tampak cerah hari ini. Awan putih bergumul di beberapa titik. Aku tengah mematut diri di depan cermin. Gaun syar'i merah muda dan hijab dengan warna senada membalut tubuh. Tidak lupa memasang bros manik sebagai pemanis.Wajah hanya kupoles bedak tipis dan sedikit lipstik agar tidak terlihat terlalu pucat. Setelah dirasa cukup, aku segera ke luar kamar.Bunyi klakson terdengar beberapa kali. Aku menyibak tirai dan mengintip di baliknya. Benarlah, Aisyah sudah menunggu dengan kuda besi merah kesayangannya. Kami pergi bersama ke resepsi pernikahan Salma."Lama banget dandannya." Gadis itu mencebik dengan memonyongkan sebagian bibirnya."Kan biar keliatan cantik," jawabku seraya mengembangkan senyum."Okelah, okelah. Ayo, berangkat."Motor yang kami tumpangi pun melaju perlahan. Membelah jalanan yang mulai ramai. Kiri kanan jalan, masih sama seperti dulu. Hanya ada penambahan beberapa bangunan saja.
Read more
Cinta Lama Bersemi Kembali
Hari pertama mengajar membuatku sedikit canggung. Anak-anak perempuan usia SD sudah duduk rapi dan terlihat manis.Aku mengajar sekitar enam puluh menit di pagi hari dan enam puluh menit selepas ashar. Ada satu anak yang menarik perhatianku. Tidak seperti anak lain yang terlihat ceria. Anak itu murung dan sedikit bicara.Gadis kecil itu masih terduduk di pojok kelas. Ruangan sudah hampir kosong, anak-anak yang lain telah pulang dan di jemput orang tuanya.Selain santri yang mukim, pondok ini juga menyelenggarakan kelas untuk anak-anak sekitar pondok. Biasanya kelas pagi dan sore.Aku berjalan perlahan mendekatinya. Mencoba mencari tahu sedikit tentang gadis kecil itu."Assalamualaikum, adek kenapa sedih?" tanyaku sambil menatapnya lekat.Anak itu menggeleng pelan. Manik hitamnya terlihat berkaca-kaca."Siapa namamu," tanyaku lembut."Mu-tia," jawabnya gugup."Uminya belum jemput? Ustazah temani dulu ya?"Gadis kecil itu mengangguk
Read more
Cinta Lama Bersemi Kembali 2
Semua mata tertuju ke podium. MC memanggil pengganti Ustaz Zidan Alfarizi. Aku sedikit tersentak saat nama Zidan diucapkan beberapa kali.Mungkinkah itu Zidan yang sama? Belum juga terjawab pertanyaan di benak. Aku harus kecewa karena yang berdiri adalah pemateri pengganti. Entah apa yang terjadi dengan Ustaz Zidan yang dimaksudkan? hingga tidak bisa hadir di tempat. Audience tampak kecewa. Mereka meracau tidak jelas untuk mengekspresikan rasa kecewanya. Aku hanya duduk dan mencatat beberapa materi penting yang disampaikan.Acara pun selesai tepat pada waktunya. Aku dan Putri kembali ke Pondok tanpa kesan istimewa. Selain materi yang berhasil kudapat, hanya rasa penasaran dengan sosok Ustaz Zidan yang membekas di hati. Juga Naura yang terlihat di toilet.♥️♥️♥️Selesai mengajar, aku ikut pelajaran malam Ustaz Yahya. Malam belum begitu larut setelah berakhirnya kelas yang kuikuti. Samar terdengar lagi suara lantunan a
Read more
Berpisah Kembali
Hampir seminggu Zidan berada di Pondok. Ia memutuskan mengisi liburan di dekatku. Kami menjadi lebih akrab dan sering berbincang.Seperti biasa, aku menunggunya di bawah pohon beringin saat jam istirahat. Lokasi yang tidak terlalu ramai dan sejuk membuat kami lebih leluasa bertemu."Ustazah Dini!" Aku menoleh ke arah suara dan melihat Ustazah Iis sedang berjalan menuju ke arahku.Beliau adalah istri Ustaz Yahya yang berarti Ibu sambung Zidan. Dadaku mendadak berdetak kencang. Seperti akan terjadi sesuatu yang kurang baik."Assalamualaikum, sedang apa Ustazah?" tanya wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itu."A-nu Ustazah. Ana sedang istirahat," jawabku gugup."Afwan, Ustazah sepertinya kurang baik jika sering berdua dengan Ananda Zidan di sini."Katanya lembut dengan suara halus. Namun terasa perih di hati seperti disayat-sayat sembilu. "Tidak enak juga dilihat santri dan rekan yang lain," sambungnya
Read more
Perjodohan
Perjodohan yang dilakukan Ibu dan Bapak membuatku dilema. Bimbang antara cinta dan berbakti kepada orang tua.Namun, jauh di dalam lubuk hati. Aku masih sangat berharap kepada Zidan. Walaupun entah kapan ia akan memenuhi janjinya.Suara ketukan pintu membuyarkan lamunanku seketika."Neng, Ibu masuk ya?"Suara Ibu terdengar jelas di balik pintu. Tidak lama, pintu pun terbuka."Mau ya, nerima lamaran anak Ustaz Abdul!" bujuk Ibu dengan muka memelas."Ibu terlanjur mengiyakan, nggak enak kalau ditolak," ujarnya lagi.Aku bergeming, membisu untuk beberapa saat. Namun, hati ini tidak tega melihat Ibu memohon-mohon kepada anaknya.Bukankah sudah menjadi kewajiban anak menuruti dan membahagiakan kedua orang tuanya? Ah, apa yang harus kulakukan sekarang?"Ibu malu kalau nggak jadi, Neng. Ibu udah ngomong-ngomong ke tetangga."Wanita paruh baya itu menunduk dan terlihat sedih. Embun mulai bersarang di manik hitamnya. Aku t
Read more
Fitnah Yang Keji
 Rumah telah dipenuhi sanak saudara, keluarga dan beberapa tetangga dekat. Aneka hidangan, kue dan minuman segar telah disajikan rapi di atas karpet permadani.Aku duduk di atas karpet dekat ibu. Menunggu calon pendamping hidup yang akan datang. Tersimpan banyak do'a dan harapan untuk memulai hidup baru. Ketiga kakakku menyempatkan diri untuk datang dan bertemu calon suami adik bungsunya. Mereka terlihat bahagia dan asyik berbincang di ruang keluarga. Mengenang masa kecil dan masa sekolah. Sesekali terdengar gelak tawa yang menambah keceriaan rumah. Ketiga keponakanku berlarian kesana kemari membuat spot di jantung Kak Rianti."Aduh, hati-hati ntar jatuh. Awas pecah!"Suara Kak Rianti membuatku terkekeh. Akankah aku seperti itu kelak? Mengejar dan selalu mencemaskan buah hatiku. Ah, malah tambah ngawur otak ini.Hampir satu jam menunggu, dari jadwal yang dijanjikan. Ibu terlihat gelisah, manik hitamnya melihat ke ara
Read more
Ujian Hati
Sudah hampir satu jam berlalu. Aku berdiri di depan surau, memandang jauh ke depan. Namun, yang ditunggu tidak nampak seorang pun.Mungkinkah anak-anak itu dilarang mengaji oleh orang tuanya? Padahal baru seminggu yang lalu hati ini begitu bahagia, karena bertambahnya jumlah anak-anak yang mengaji.Akhirnya, selang beberapa menit dua anak kecil terlihat menuju ke surau sambil berlari."Assalamualaikum, Ustazah. Apa kami terlambat?" tanya Tasya dengan terengah-engah."Nggak, sayang. Ayo masuk!" ajakku dengan tersenyum ramah.Baru saja kaki ini hendak melangkah ke dalam surau, tiga anak yang lain kembali datang bersamaan."Assalamualaikum, Ustazah, maaf kami telat."'Allhamdulillah,' bisikku di dalam hati.Aku mengangguk seraya tersenyum lebar. Masih ada anak-anak dan orang tua yang masih mempercayaiku.Biarlah jika memang hanya lima anak ini yang sudi belajar denganku. Itu sudah lebih dari cukup. Semua kuniatkan karena Allah sema
Read more
Reuni
Pagi itu, aku sedang murajaah di kursi teras rumah ketika dua pria asing datang menghampiri. "Assalamualaikum," sapa seorang lelaki yang memakai baju Koko berwarna cokelat.Lelaki berpenampilan alim itu membawa sebuah tas jinjing di tangannya. Mungkinkah mereka adalah donatur yang dibicarakan Bapak?"Waalaikumsallam," jawabku kemudian beranjak dari tempat duduk.Aku terdiam sesaat, menelisik sosok salah satu pria yang berdiri di depanku. Jantung ini masih berdetak kencang saat manik kami saling bertemu."Ustaz Fikri?" tanyaku pelan, serasa tidak percaya dengan apa yang kulihat.Sudah lima tahun lebih aku tidak bersua dengannya. Sosoknya masih tetap sama seperti dulu. Tetap menawan dan memikat."Ukhty Dini?" Pria itu bertanya seolah tidak percaya. Kemudian tersenyum lebar. Ah, sudah lama diri ini tidak melihat senyum itu.Kami hanya saling melipat tangan dan mengangguk sembari tersenyum."Anti pengurus
Read more
Klarifikasi
Aku duduk di bagian akhwat yang dibatasi tirai dengan para ikhwan. Bapak duduk di seberangku, beliau terlihat asik berbincang dengan sahabat lamanya. Entah kapan terakhir kali melihat Bapak tersenyum lebar. Semoga ini menjadi awal takdir baik. Aku mencoba berfikir keras, memikirkan semua yang telah terjadi. Kenapa malam ini takdir mempertemukanku dengan lelaki yang melempar kotoran kepadaku?. Ah, baru saja hendak menimba ilmu di acara kajian ini. Hati keburu kesal karena lelaki bernama Syam itu. Bisa-bisanya ia tenang menyapa Bapak setelah menghancurkan hatinya.Ingin rasanya meminta kejelasan kepada lelaki itu. Walaupun semua telah usai lima tahun yang lalu. Namun, serasa ada yang mengganjal di hati. Yang harus segera diluruskan.Kejadian lima tahun silam seperti terlalu aneh dan cepat. Masih banyak tanya yang belum sempat terjawab.Aku beranjak dari dudukku dan keluar untuk mencari Syam. Acara akan dimulai sekitar satu jam lagi. Masih ada waktu un
Read more
Pengakuan
Seminggu setelah keluar dari Rumah sakit. Aku kembali melakukan aktifitas seperti biasanya. Mengajar anak-anak dan mengurus renovasi serta penambahan Madrasah.Semua kembali normal, hanya saja hari-hariku diwarnai dengan tingkah Zidan yang mencairkan hati yang mengeras. Hampir setiap hari, ia datang ke rumah. Sekedar membawa sarapan atau kudapan manis kesukaan Bapak.Hari itu, Zidan datang pagi sekali. Ia memberikan bungkusan berisi nasi uduk dan gorengan, kemudian pergi dengan tergesa. Entah apa yang terjadi, aku hanya bisa memandang punggungnya dari jauh hingga menghilang bersama kuda besi yang ia naiki.♥️♥️♥️Hampir seminggu Zidan tidak datang ke rumah. Serasa ada yang kosong di hati. Aku memandang jauh ke depan. Berharap sosok yang mulai kurindu itu muncul. Hampir satu jam termenung di bawah pohon yang ada di halaman rumah. Namun, ia tidak kunjung datang.Mungkin ia terlalu sibuk dengan urusannya. Apalah diri ini yang hanya
Read more
PREV
123456
...
9
DMCA.com Protection Status