Lahat ng Kabanata ng Fantarna: Kabanata 21 - Kabanata 30
77 Kabanata
Misi Yang Hampir Berhasil (II)
Saat mereka sudah sampai di aula istana. Mereka disambut oleh tirai-tirai seperti panji besar menghiasi dinding. Ada juga beberapa senjata dan baju besi yang dipajang di sana. Pintu masuk besar itu dibukakan oleh kedua penjaga yang berbadan besar. Mereka memakai pakaian serba panjang dan sarung tangan yang menutupi lengan baju mereka sampai siku. Juga topi yang begitu panjang. Ada beberapa aksesoris dan lencana di baju mereka, seperti pangkat para penjaga. Mereka lalu pergi ke ruang singgasana. Disana ada dua kursi besar dan ada satu kursi panjang dan satu kursi di antara kursi yang besar. Ada juga beberapa deretan kursi di depan kursi itu. Singgasana itu agak tinggi karena beberapa anak tangga tampak tersembunyi di balik deretan kursi itu. Ruangan itu juga sepi. Sangat aneh untuk kastil yang besar ini. Ada juga altar di atas mimbar singgasana.“Mana yang lain? Kau bilangkan ...?” Danil membuat ruangan itu bergema.Falfayria memutar bola matanya. “Ber
Magbasa pa
Misi Yang Hampir Berhasil (III)
Awalnya di ruang bawah hanya untuk perlengkapan senjata dan meriam ataupun kata pel. Tapi saat mereka jarang berperang lagi, alat—senjata itu dipindahkan, ke permukaan. Atau juga untuk memindahkan barang dan persediaan makanan di ruang bawah tanah. Tutup atap bundar itu terbuat dari kayu. Ada juga tiang jaring besi yang menutupi tutupan itu. Mereka digeser oleh tarikan yang di tarik oleh tali. Beberapa orang menarik talinya dan perlahan tutupan kayu dan besinya terbuka, atau menutup. Falfayria membutuhkan 12 cermin yang mewakilkan 12 warna di Jimat kristal warna itu. Cerminnya disusun melingkar dan polanya seperti Jimat Kristalnya. Ke 12 warna yang urutannya dari atas yaitu: Putih, Pink/Merah muda, Ungu, Nila, Biru, Hijau, Kuning, Jingga, Merah, Cokelat, Hitam, dan Abu-abu. Saat semua cerminnya sudah disusun. Ada meja bundar di tengah-tengah cermin untuk jimat dan kristal portal, entah akan berguna atau tidak. Pertama-tama jimatnya diletakkan di meja. Lalu tutup atap d
Magbasa pa
Nona-nona Penyihir
Falfayria sampai ke kawah itu. Ia melewati jalan pintas melewati portal kristal yang rusak. Menuruni lembah di sampingnya. Danil membuntuti Falfayria, untunglah ia bisa menemukannya. Dengan hati-hati Falfayria menuruni bukit ke lembah berkawah. Pepohonan berdaun lebat disisi lembah menjulang seperti perbatasan di bukit itu. Danil melihat di balik pepohonan itu. Saat Falfayria mulai jalan ke tengah kawah berdebu pasir itu. Danil menuruni kawahnya pelan-pelan dan bersembunyi di balik batu besar. Kau pasti penasaran kenapa Danil diam-diam membuntuti Falfayria. Danil masih curiga dengan Falfayria, dan Byzan bilang kalau mereka tidak bisa membuat bola cahaya di tangannya dan pecah begitu saja. Dan satu lagi yang paling Danil tidak percaya lagi. Ia bertemu dengan wanita, yang di sebut-sebut sebagai Murghoana, selir para Waemon. Ada di kawah itu.“Wae,wae. Akhirnya kau datang juga, Muridku. Seperti yang kau lihat ini adalah pertemuan dan pelatihan terakhir saat kau menjadi mur
Magbasa pa
Obor Yang Telah Padam
Danil menjadi gelisah. Ia mengangkat pundak Falfayria. Menyandarkannya ke pahanya.“Kau, bisa berdiri? Kau gak apa-apa? Kenapa jadi begini?” kata  Danil panik.Falfayria dipenuhi luka sayatan kecil dimuka dan tangannya. Ia begitu lemah dan berdebu.“Aku harus kembali ke istana,” guman Falfayria lirih.“Baiklah. Aku akan mengangkatmu, atau mau aku gendong?”“Terserah kau saja. Aku harus kembali ke istana, dengan segera!” Falfayria kemudian tak sadarkan diri. Danil melingkarkan tangan Falfayria ke lehernya. Pelan-pelan ia meletakkan tangan kanannnya di kedua lutut Falfayria yang kecil itu dan tangan kirinya di punggungnya. Ia agak risi, tapi ia tidak bisa meninggalkannya sendirian dan memanggil yang lain dahulu. Danil mengangkat Falfayria pelan-pelan. Ia ternyata ringan jadi Danil tak perlu susah payah menaiki bukit. Saat ia berada di belakang portal kristal yang rusak, sebuah suara melengking kera
Magbasa pa
Perang Di Medan Istana (I)
“Inilah saatnya. Kehancuran. Murghoana, kau sudah siap?” tanya pria itu.“Tentu saja, Nasa(Raja) Raja Syayt Yashid. Aku kan menghancurkan semuanya,” jawab Murghoana.“Bagus. Sekarang cermin portal warna-warna mereka kan hilang.”“Dan mereka semua kan sengsara dan hancur. Nasa dan Gerhanya akan binasa.”“Ya, semuanya.” Lalu ia tertawa sangat mengerikan.Raja Syayt tertawa begitu keras. Sampai-sampai Falfayria terbangun. Ia duduk tegak di tempat tidur besar berkelambu. Putri Amy duduk disampingnya.“Kau tidak apa sekarang. Aku tidak tahu apa yang terjadi. Dan istana sedang diserang,” kata nya.Falfayria melompat dari tempat tidurnya. Beranjak ke pintu dan melihat keadaan.“Tunggu, adikku. Kau sebaiknya makan dulu. Lagipula di luar berbahaya,” Amy memeringatkan dengan sedikit teriak.Falfayria tidak menghiraukannya. Ia lalu melihat dibalkon
Magbasa pa
Perang Di Medan Istana (II)
Falfayria kewalahan melawan Raja Syayt. Byzan mengambil busur panah dari prajurit yang sudah gugur tergeletak di tanah. Ia melesatkan panahnya berkali-kali sampai habis. Tapi prisai jimat sihir itu menangkis semuanya. Falfayria terengah-engah mempertahankan posisinya. Kemudian ia merasa ada yang ganjil. Ia menoleh kebelakang dan melihat Murghoana memasuki istana, berniat ke ruang bawah. Raja Syayt menyerang dengan bola hitam-keunguan ke arah Falfayria. Pertahanan Falfayria hampir goyah.“Kakak Byzan! Murghoana masuk ke istana. Seseorang harus menghentikannya,” katanya.Satu tangannya melancarkan bola cahaya enam kali ke Raja Syayt. Byzan berbalik dan melihat Murghoana masuk dan menghabisi para prajurit dan penjaga. Perhatiannya kembali ke Raja Syayt.“Tidak mungkin! Bagaimana bisa kita... agh, ini kacau sekali,” gerutunya.Kemudian saat ke luar benteng, Danil berlari sambil membidik Raja Syayt dengan Thempaka tapi ia belum tahu itu
Magbasa pa
XTRA STORIES: Dyarie Lylacia | Falfayria Grand Wamma (I)
Falfayria suka sekali saat aku menceritakan sejarah Negeri ini pada saat aku muda. Aku ingat hari-hari kelam saat pasukan Waemon itu membuat negeri kami diselaputi oleh kabut tebal di sepanjang perbatasan pulau. Dan yang lebih parah, kristal portal kami rusak. Semua pulau di planet Warnas terjebak dalam kabut itu. Setidaknya itulah yang aku pikirkan. Kita bahkan tidak bisa melihat apapun di balik kabut itu. Kita juga dapat menyentuh kabut itu yang terasa seperti kristal. Kita mencoba menghancurkanya dengan thempaka dan katapult kami, dan tetap saja tidak berhasil. Malahan membuat kabut itu lebih indah dengan percikan api ungu dan debu kerlipan kami. Yah, memang negeri kami lumayan maju dibanding pulau warna yang lain makanya kita punya senjata tadi. Tapi tenang saja, aku yakin pulau warna lain juga segera membuat senjata-senjata itu untuk melawan Waemon. Jika tidak karena ide bodoh para Waemon semua ini tidak akan terjadi. Mereka ingin sekali pergi menjajah planet ma
Magbasa pa
XTRA STORIES: Dyarie Lylacia | Falfayria Grand Wamma (II)
Dalam butik itu, aku benar-benar senang. Terutama saat disana aku melihat berbagai gaun ungu yang indah. Entah kenapa meskipun banyak sekali berbagai warna lain, aku tetap tertarik dengan warna ungu. Aamir berdiri di samping pria dibalik meja. Aamir bilang kalau itu meja kasir dan pria itu mungkin pemilik toko ini. Aku tidak peduli! Aku sedang melihat-lihat baju-baju ini. Baju dan gaun Bumi! “Pacarnya, kang?” tanya pemilik toko. Dia memakai kacamata dan agak gendut. “Kenal aja kagak! Apalagi pacar!” tukas Aamir. “Tapi tebak, aku malahan jadi pemandunya!” “Ohh, jadi dia itu turis, ya?” kata pria pemilik toko itu. Aku agak sebal Aamir mengatakan itu. Tetapi langsung hilang saat aku melihat gaun indah itu. Gaun yang dipajang dengan patung tanpa kepala. Gaun panjang yang kainnya berbulu membentuk mawar di sisi lengkungan bawahnya dan kain beludru sampai ke pinggang. Di bagian dadanya dihiasi berbagai permata yang berkilauan. Oh,sepertinya bukan permata be
Magbasa pa
XTRA STORIES: Dyarie Lylacia | Falfayria Grand Wamma (III)
“Lihat! Cocok sekali kau pakai!” seruku saat melihat Aamir akhirnya memakai baju itu.“Kurasa agak canggung. Aku belum pernah memakai tuxedo sebelumnya,” kata Aamir.Ia pemalu sekali! Jasnya bewarna ungu kehitaman dengan kerahnya yang bewarna ungu menyala. Celananya serasi dengan jas dan kemejanya juga bewarna ungu dengan dasi kupu-kupu bewarna ungu. Ia juga memakai topi yang ada dalam paket baju itu.“Kau terlihat hebat!” kataku memujinya lagi. “Ayo kita keluar!”“HAH?” dia berteriak. “Tidak mau!”Akhirnya kita berjalan-jalan di taman kota. Ternyata Bumi indah juga. Tapi terlalu ramai. Aku memakai gaun yang kubeli kemarin. Gaun sepanjang betis yang berbulu membentuk mawar di bawah kain beludru dengan manik-manik di dadanya. Lengan bajunya panjang dan kerahnya lebar.Kami duduk di bangku taman di depan air mancur. Aku masih memikirkan apa aku bisa kembali pulang. Aku men
Magbasa pa
XTRA STORIES: Dyarie Lylacia | Falfayria Grand Wamma (Last)
Aku dan Aamir sedang di taman istana waktu itu. Aamir tengah memegang erat kotak itu. Ia begitu khawatir ini semua tidak akan berhasil. Wister juga mengikuti kami di taman.“Apa kau yakin aku bisa?” kata Aamir.“Tentu saja. Kau harus menyimpannya dengan baik. Bagaimanapun caranya!” kataku.“Lebih mudah dikatakan daripada dilakukan!” guman Aamir.“Santai saja. Aku rasa di Bumi lebih aman. Kakakku benar.” Aku memandang Aamir lekat-lekat. “Kau harus menjaganya dengan baik, Aamir. Kami percaya padamu. Kami tidak mau Jimat itu sampai ke tangan para Waemon. Aku akan kembali untuk menemuimu. Atau kalau tidak suamiku, anakku, ataupun cucuku yang akan mengembalikan Jimat itu ke Warnas.”Aamir menarik napas. Ia mengeluarkannya sambil menguap. “Kalau begitu, aku merasa terhormat, Putri Lilacya. Aku akan menjaga kotak Jimat ini sampai darah penghabisaku. Dan jika kau belum saja kembali untuk men
Magbasa pa
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status