“Inilah saatnya. Kehancuran. Murghoana, kau sudah siap?” tanya pria itu.
“Tentu saja, Nasa(Raja) Raja Syayt Yashid. Aku kan menghancurkan semuanya,” jawab Murghoana.
“Bagus. Sekarang cermin portal warna-warna mereka kan hilang.”
“Dan mereka semua kan sengsara dan hancur. Nasa dan Gerhanya akan binasa.”
“Ya, semuanya.” Lalu ia tertawa sangat mengerikan.
Raja Syayt tertawa begitu keras. Sampai-sampai Falfayria terbangun. Ia duduk tegak di tempat tidur besar berkelambu. Putri Amy duduk disampingnya.
“Kau tidak apa sekarang. Aku tidak tahu apa yang terjadi. Dan istana sedang diserang,” kata nya.
Falfayria melompat dari tempat tidurnya. Beranjak ke pintu dan melihat keadaan.
“Tunggu, adikku. Kau sebaiknya makan dulu. Lagipula di luar berbahaya,” Amy memeringatkan dengan sedikit teriak.
Falfayria tidak menghiraukannya. Ia lalu melihat dibalkon
Falfayria kewalahan melawan Raja Syayt. Byzan mengambil busur panah dari prajurit yang sudah gugur tergeletak di tanah. Ia melesatkan panahnya berkali-kali sampai habis. Tapi prisai jimat sihir itu menangkis semuanya. Falfayria terengah-engah mempertahankan posisinya. Kemudian ia merasa ada yang ganjil. Ia menoleh kebelakang dan melihat Murghoana memasuki istana, berniat ke ruang bawah. Raja Syayt menyerang dengan bola hitam-keunguan ke arah Falfayria. Pertahanan Falfayria hampir goyah.“Kakak Byzan! Murghoana masuk ke istana. Seseorang harus menghentikannya,” katanya.Satu tangannya melancarkan bola cahaya enam kali ke Raja Syayt. Byzan berbalik dan melihat Murghoana masuk dan menghabisi para prajurit dan penjaga. Perhatiannya kembali ke Raja Syayt.“Tidak mungkin! Bagaimana bisa kita... agh, ini kacau sekali,” gerutunya.Kemudian saat ke luar benteng, Danil berlari sambil membidik Raja Syayt dengan Thempaka tapi ia belum tahu itu
Falfayria suka sekali saat aku menceritakan sejarah Negeri ini pada saat aku muda. Aku ingat hari-hari kelam saat pasukan Waemon itu membuat negeri kami diselaputi oleh kabut tebal di sepanjang perbatasan pulau. Dan yang lebih parah, kristal portal kami rusak. Semua pulau di planet Warnas terjebak dalam kabut itu. Setidaknya itulah yang aku pikirkan. Kita bahkan tidak bisa melihat apapun di balik kabut itu. Kita juga dapat menyentuh kabut itu yang terasa seperti kristal. Kita mencoba menghancurkanya dengan thempaka dan katapult kami, dan tetap saja tidak berhasil. Malahan membuat kabut itu lebih indah dengan percikan api ungu dan debu kerlipan kami. Yah, memang negeri kami lumayan maju dibanding pulau warna yang lain makanya kita punya senjata tadi. Tapi tenang saja, aku yakin pulau warna lain juga segera membuat senjata-senjata itu untuk melawan Waemon. Jika tidak karena ide bodoh para Waemon semua ini tidak akan terjadi. Mereka ingin sekali pergi menjajah planet ma
Dalam butik itu, aku benar-benar senang. Terutama saat disana aku melihat berbagai gaun ungu yang indah. Entah kenapa meskipun banyak sekali berbagai warna lain, aku tetap tertarik dengan warna ungu. Aamir berdiri di samping pria dibalik meja. Aamir bilang kalau itu meja kasir dan pria itu mungkin pemilik toko ini. Aku tidak peduli! Aku sedang melihat-lihat baju-baju ini. Baju dan gaun Bumi! “Pacarnya, kang?” tanya pemilik toko. Dia memakai kacamata dan agak gendut. “Kenal aja kagak! Apalagi pacar!” tukas Aamir. “Tapi tebak, aku malahan jadi pemandunya!” “Ohh, jadi dia itu turis, ya?” kata pria pemilik toko itu. Aku agak sebal Aamir mengatakan itu. Tetapi langsung hilang saat aku melihat gaun indah itu. Gaun yang dipajang dengan patung tanpa kepala. Gaun panjang yang kainnya berbulu membentuk mawar di sisi lengkungan bawahnya dan kain beludru sampai ke pinggang. Di bagian dadanya dihiasi berbagai permata yang berkilauan. Oh,sepertinya bukan permata be
“Lihat! Cocok sekali kau pakai!” seruku saat melihat Aamir akhirnya memakai baju itu.“Kurasa agak canggung. Aku belum pernah memakai tuxedo sebelumnya,” kata Aamir.Ia pemalu sekali! Jasnya bewarna ungu kehitaman dengan kerahnya yang bewarna ungu menyala. Celananya serasi dengan jas dan kemejanya juga bewarna ungu dengan dasi kupu-kupu bewarna ungu. Ia juga memakai topi yang ada dalam paket baju itu.“Kau terlihat hebat!” kataku memujinya lagi. “Ayo kita keluar!”“HAH?” dia berteriak. “Tidak mau!”Akhirnya kita berjalan-jalan di taman kota. Ternyata Bumi indah juga. Tapi terlalu ramai. Aku memakai gaun yang kubeli kemarin. Gaun sepanjang betis yang berbulu membentuk mawar di bawah kain beludru dengan manik-manik di dadanya. Lengan bajunya panjang dan kerahnya lebar.Kami duduk di bangku taman di depan air mancur. Aku masih memikirkan apa aku bisa kembali pulang. Aku men
Aku dan Aamir sedang di taman istana waktu itu. Aamir tengah memegang erat kotak itu. Ia begitu khawatir ini semua tidak akan berhasil. Wister juga mengikuti kami di taman.“Apa kau yakin aku bisa?” kata Aamir.“Tentu saja. Kau harus menyimpannya dengan baik. Bagaimanapun caranya!” kataku.“Lebih mudah dikatakan daripada dilakukan!” guman Aamir.“Santai saja. Aku rasa di Bumi lebih aman. Kakakku benar.” Aku memandang Aamir lekat-lekat. “Kau harus menjaganya dengan baik, Aamir. Kami percaya padamu. Kami tidak mau Jimat itu sampai ke tangan para Waemon. Aku akan kembali untuk menemuimu. Atau kalau tidak suamiku, anakku, ataupun cucuku yang akan mengembalikan Jimat itu ke Warnas.”Aamir menarik napas. Ia mengeluarkannya sambil menguap. “Kalau begitu, aku merasa terhormat, Putri Lilacya. Aku akan menjaga kotak Jimat ini sampai darah penghabisaku. Dan jika kau belum saja kembali untuk men
Color Symphony Waktunya Para Warna BersatuKau sudah mendengar cerita sebelumnya tentang bagaimana para Warnarish Ungu dan pulau mereka yang unik. Dan juga perjuangan mereka mempertahankan kerajaan dan pulaunya. Dan satu hal lagi, anak manusia. Danil, Danniyyal. Ya dia, selalu ingin ditulis lengkap namanya. Juga berjuang bersama para Warnarish ungu, atau terpaksa. Tapi ada satu hal lagi yang harus mereka lakukan. Menghentikan Murghoana, sang selir, penyihir jahat para Waemon, guru Falfayria (mantan) yang sengaja dan sudah berencana menguasai bumi, apapun caranya.Danil dan Falfayria tiba di gudang belakang sekolah Orchid’s. Tapi keadaannya benar-benar berantakan. Barang-barangnya berjatuhan dan bergele
“Ini sangat keren! Tapi sebenarnya Warnarish ungu sangat beruntung karena membawa dua orang ke planet ini. Mari kita mulai pengenalan masing-masing, mulai dari …,” katanya menunjuk-nunjuk.“Hei,aku sebenarnya bukan .… “ potong Danil.“Jangan menyela! Mulai dari aku. Oke, namaku Taffie Pinqoe. Dan kekuatanku adalah sinar dari tulisan jari atau tanganku dan membuatnya meledak saat aku melemparnya. Kadang, aku juga bisa memanipulasi pikiran, emosi, dan perasaan sesuatu dan membuatnya penuh dengan cinta,” kata si Pink.”Nah lebih baik kita membuat lingkaran dan mulai selanjutnya searah bola langit berputar.”“Bola langit? Maksudmu satelit. Bulan? Matahari? Bintang?” Danil menyela lagi.“Mulai dari gadis ungu ini,” kata Taffie tanpa menghiraukan Danil.“Aku Falfayria Thistle. Putri di kerajaan ungu. Kekuatanku bisa dibilang, sihir. Aku bisa mengeluarkan bola cahay
Murghoana tertawa saat menyerang gedung sekolah. Dia menyerang dengan sihirnya yang bewarna pucat dan mengerikan. Sepertinya kekuatannya menggelegar saat ia sampai di gudang. Karena sekarang, gedungnya tidak hancur. Hanya menyebabkan bekas ungu pucat gelap di dinding bertingkat tiga itu. Jendelanya ada beberapa yang retak. Saat selesai memuji dirinya. Ia sadar kalau kekuatannya disini tidak sekuat yang biasanya. Ia tak ambil pikir. Ia terkejut melihat sebelas anak dengan marah dan menggemaskan berlari dan berteriak kepadanya. “Murghoana!” seru Taffie,”Kau tak akan kubiarkan lolos kali ini!” “Oh,benarkah?” kata Murghoana. ”Kalian bahkan belum bertemu aku selama ini.” “Memang benar. Tapi kau salah satu dari Waemon, selirnya,” kata Pytch. “Bisakah, sebentar saja semua orang berhenti memanggilku seperti itu?” gerutu Murghoana. “Kalian membuat kami menderita! Sekarang kami terpisah lagi gara-gara kelakuan bejat kalian,” Timpal Salvero memberengut.