Lahat ng Kabanata ng Mengejar Cinta Babang Jutek: Kabanata 31 - Kabanata 40
65 Kabanata
Babang 31
*Happy Reading*“Non, sudah sampai,” ucap sopir yang membuat Bianca tersadar dari lamunan.Wanita itu menekan tombol penilaian untuk pelayanan yang sudah diterima, kemudian keluar dari taksi dan menerima koper yang sudah diambilkan dari bagasi.“Sini aku bawain.” Tahu-tahu Marcel sudah mengambil alih koper Bianca.Pria yang malam itu memakai setelan formal bahkan menyerahkan sebuket bunga cantik untuk Bianca. Kemudian meletakkan tangan kanan di punggung Bianca saat mereka masuk ke dalam kafe. Ini merupakan hal manis yang biasa dilakukan Marcel, ketika berada dalam mode baik. “Kapan kamu datang?” tanya Bianca saat Marcel menarik kursi untuknya.“Kebetulan aku berada di dekat daerah ini. Aku bahkan sudah memesan makanan kesukaanmu. Nah, ini sudah datang,” ucap Marcel sambil menunjuk pelayan yang sudah mulai menata pesanan mereka.Bianca terpaksa tersenyum saat melihat salad sayur yan
Magbasa pa
Babang 32
*Happy Reading*“Aku tahu kamu sengaja, Bi. Kamu memang berniat bikin aku gila,” desis Alvaro yang memperhatikan pintu butik.Tadi Alvaro memang sempat meradang saat melihat foto Bianca yang kelewat mesra dengan Marcel, tapi setelah mendapatkan ketenangannya kembali, Alvaro sadar kalau sudah masuk ke dalam jebakan Bianca. Wanita itu dengan sengaja membuatnya cemburu agar kembali mengejarnya.Jadi, di sinilah dia sekarang. Duduk di dalam mobil dan mengawasi Bianca dari kejauhan. Jangan heran bagaimana Alvaro bisa tahu keberadaan Bianca, ini semua karena status wanita itu yang terang-terangan mengatakan akan mengunjungi Butik Glamor.“Tenang ,Al, tenang. Kamu pasti akan bisa menguasai keadaan,” gumam Alvaro yang terus menerus mengetuk setir mobil.Sepuluh menit kemudian, terlihat Bianca keluar dari butik dengan menggandeng lengan Marcel. Wanita itu tampak tertawa dengan lepas tanpa tekanan.Alvaro membuka pintu mobil ke
Magbasa pa
Babang 33
*Happy Reading*Kiranya, setelah dibenturkan oleh Marcel hingga tak sadarkan diri. Bianca akan terbangun di dunia lain, atau setidaknya rumah sakit. Ternyata perkiraannya salah besar. Alih-alih ruangan putih beraroma antiseptik yang menyengat, Bianca justru terbangun di sebuah kamar megah dengan dekorasi yang luar biasa. Di mana dia?Bianca memijat keningnya sejenak. Berusaha mengumpulkan semua kesadarannya dan memindai sekelilingnya. Kamar ini bukan di apartemen Alvaro, ataupun Apartemennya dengan Marcel. Semuanya asing dan terasa lebih megah dari kedua tempat yang pernah Bianca tinggali dengan dua pria itu. Lalu, ini di mana? Kenapa Bianca bisa di sini? Dan siapa yang telah menolongnya?Setelah kesadarannya mulai pulih, Bianca mencoba bergerak. Saat itulah dia sadar, jika dia tidak mengenakan sehelai pakaian pun sedari tadi. Hanya ada selimut tebal yang menutupi tubuh polosnya sedari tadi. Seketika Bianca pun
Magbasa pa
Babang 34
*Happy Reading*Bianca menelan saliva kelat saat menatap manik Marcel yang gelap dan penuh dendam. Itu berarti, kali ini sudah bisa di pastikan. Bianca akan hancur di tangan pria itu.Bodohnya Bianca mau percaya lagi. Hanya karena cemburu dan iming-iming kemewahan. Bianca menjatuhkan diri kembali pada laki-laki bajingan ini, dan di jerumuskan pada lembah kenistaan yang curam.Sekarang Bianca harus bagaimana? Biasakah Bianca keluar dan lepas dari jerat tali neraka yang sudah Marcel persiapkan untuknya. Tuhan, tolonglah Bianca."Ta-tapi demi Tuhan, Marcel. Dia belum pernah menyentuhku," hiba Bianca. Meminta belas kasihan yang semoga saja masih Marcel miliki.Meski secuil, tapi itu jelas sangat berharga untuk Bianca. Karena demi Tuhan. Bianca tidak ingin menjadi wanita pemuas nafsu untuk pria sembarangan. Ya, ya, ya. Bianca memang sudah murahan sebelum ini pun. Tetapi sekali lagi Bianca tekankan. Dia hanya murahan pada pria yang di
Magbasa pa
Babang 35
*Happy Reading*Dunia terlihat gelap di mata Alvaro, membuat langkahnya tertatih-tatih tanpa tujuan pasti. Alvaro bahkan tidak tahu di mana dia saat ini.Alvaro hanya berjalan dan terus berjalan mengikuti ke mana langkah kaki membawanya.Bianca. Hanya nama itu yang terus Alvaro ingat dalam benaknya.“Bi, di mana kamu?” lirih Alvaro yang selalu saja dibalas dengan kesunyian.Saat Alvaro mulai dilanda putus asa, terlihatlah setitik cahaya terang. Ini membuat harapan kembali muncul. Dia pun bergegas menghampiri.Tiba-tiba cahaya itu semakin menyilaukan, hingga Alvaro terpaksa menutup pandangan menggunakan lengan.“Al.”Degh!Akhirnya, Alvaro bisa mendengar suara itu lagi.“Bi? Itu kamu, kan?” tanya Alvaro yang perlahan-lahan menurunkan tangan.Sesosok wanita dengan gaun putih panjang tersenyum lembut. Membuat Alvaro bergegas menghampirinya, ingin segera memeluk. Namun, sekuat apa pun Alva
Magbasa pa
Babang 36
*Happy Reading*"Posisi target sudah ditemukan, Bos!" beritahu salah satu anak buah Reyn lewat sambungan telepon. "Di mana?""Yang wanita ada di sebuah Villa di sebuah bukit, di jaga beberapa bodyguard. Kami sudah memindai lokasi. Tidak ada yang perlu di khawatirkan. Beberapa orang sudah di sebar di sekelilingnya, hanya tinggal menunggu perintah untuk menyerang," info dari orang diseberang sana lebih detail."Okeh! Kirimkan lokasi, aku segera ke sana," sahut Reyn tegas seraya menginjak memutar gas motornya dalam-dalam. Tak lama setelahnya, sebuah titik lokasi pun muncul seperti hologram di sebelah kiri helmnya yang memang dirancang khusus. Reyn pun segera mengikuti arah lokasi yang di kirimkan tanpa membuang waktu lagi.Reyn menghentikan motornya lumayan jauh dari titik lokasi. Sengaja menyimpan motornya di semak belukar agar musuh tak mengetahui kedatangannya. "Bagaimana?" Terlebih dahulu, Reyn menemui salah satu ora
Magbasa pa
Babang 37
Di rumah sakit. Marcel yang tengah berpura-pura menjadi dokter, tidak mengalami kesulitan apa pun saat memasuki ruangan Alvaro. Tentu saja, dia sudah mengatur rencana ini sedemikian rupa agar tak ada akan kata gagal. Otaknya selalu sangat briliant jika terhadap kelicikan. Hingga sepanjang di berjalan di koridor seramai ini, tidak ada satu pun yang curiga. Ceklek!Pria itu kini menyeringai penuh kemenangan di balik masker, ketika melihat Alvaro yang tengah terbaring tak berdaya di atas brankar rumah sakit. Marcel masuk dan segera menutup pintu dengan perlahan. Mendekati Alvaro yang tengah terpejam, lalu mengeluarkan pistol yang sudah di lengkapi dengan silencer. Kemudian, mengarahkannya pada tubuh Alvaro dan ...Dzing! Dzing! Dzing!Tiga tembakan di layangkan, tanpa adanya suara yang terdengar."Mampus lo!" Sekali lagi, Marcel menyeringai penuh kemenangan. Pria itu tak ingin membuang waktu dengan merayakan ke
Magbasa pa
Babang 38
Hawa dingin yang menusuk menyadarkan Marcel dari pingsan. “Ini di mana?”Marcel melotot saat menyadari ada rantai yang mengikat tangan dan kakinya. Belum lagi kondisi tubuhnya yang tanpa busana.“Sudah sadar?” tanya suara maskulin yang terdengar begitu jauh.Mata Marcel menyipit agar bisa melihat wajah lawan bicaranya. Namun, sia-sia karena terlalu gelap.Suara alas kaki beradu dengan lantai terdengar menggema, Marcel curiga kalau dia disekap di gudang yang jauh dari pemungkiman. Namun, rupanya orang itu tidak berjalan mendekat, hanya berpindah tempat beberapa langkah saja.“Di mana kamu, itu tidak penting. Aku dengar kamu menggunakan Bianca sebagai alat tukar bisnis, padahal wanita itu adalah pacarmu?” Suara itu terdengar lagi.“Cih! Wanita itu hanyalah seorang pelacur, yang bisa dengan mudah berpaling ke pelukan pria lain,” bantah Marcel dengan nada jijik.“Dan kamu memilih untuk percaya dengan halusinasimu itu?" sahut
Magbasa pa
Babang 39
*Happy Reading*"Mak?""Hm ....""Tahu, gak? Kemaren emaknya karyawan Nur di toko. Tiba-tiba kena bisul gede banget diujung mata, loh. Katanya sih, gara-gara suka ngintipin sama nguping pembicaraan orang."Mak Kanjeng pun langsung mendelik galak, pada anak bungsunya yang baru saja menyindir dengan terang terangan. "Lo nyumpahin, gua?" salaknya tak terima. "Kagak, sih. Ngasih tahu doang," sahut Nur dengan polos. "Tapi ... semisal emak kesinggung sih, Alhamdulilah. Itu berarti emak masih punya kemaluan."Pletak!Sejurus kemudian. Jitakan maut Mak kanjeng pun melayang cepat ke arah kepala Nur. Membuat yang punya kepala mengaduh kesakitan. "Anak durhaka emang lo! Sekate-kate kalau ngatain gue. Heh! Kalau gue gak punya kemaluan. Lo sama si Al brojol dari mana?!" tukas Mak Kanjeng sengit. "Bukan itu maksud Nur, ih!" Nur membantah seraya mengusap-usap kepalanya yang terasa nyeri akibat jitakan Mak
Magbasa pa
Babang 40
“Yuhu, Ladies. Apa kalian tidak bisa menghentikannya sejenak? Aku bahkan belum berkesempatan mengenalkan anak-anakku padanya. Kenapa kalian menyerobot giliranku?” Ucapan santai dari wanita kelima membuat wanita yang lain menghentikan kegiatan mereka.Dengan perlahan mereka mundur, sambil merapikan tatanan rambut yang berantakan, akibat terlalu bersemangat melampiaskan emosi."Siapa? Siapa kalian sebenarnya? Kenapa mau repot-repot membalaskan dendam Bianca? Dibayar berapa kalian oleh Bianca? Aku bisa melipat gandakannya untuk kalian." Akhirnya Marcel bisa menyuarakan benaknya, seraya mencoba bernegosiasi dengan wanita-wanita syco yang ada di tempat itu. Bukannya tertarik dengan tawaran Marcel, keenam wanita itu malah tergelak renyah dengan nada merendahkan tawaran Marcel barusan."Kamu kira kami begini hanya sekedar untuk uang saja, Sayang?" Wanita keempat menjawab, sambil melipat tangannya di bawah dada dengan gaya angkuh. "Tidak, Sayang. Bukan h
Magbasa pa
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status