Lahat ng Kabanata ng Mengejar Cinta Babang Jutek: Kabanata 41 - Kabanata 50
65 Kabanata
Babang 41
*Happy Reading*Lolongan demi lolongan memilukan pun terdengar setelahnya dari mulut Marcel. Dengan aroma darah yang semakin kental, seiring banyaknya luka pada tubuh pria itu. Reyn tersenyum puas melihatnya. Memejamkan mata dan menghirup aroma kehancuran dengan senang sekali. Bukankah lolongan itu terdengar merdu. Sangat menentramkan hati, dan menenangkan. Ugh ... cobalah hidu aroma darah ini. Sangat menyegarkan dan membuat gelora semakin naik. Astaga! Reyn suka sekali. Tidak ada yang lebih menyenangkan dari semua kehancuran ini. "Bos, apa kau tidak ingin ambil bagian dari kesenangan ini?" Sebuah suara menyita atensi Reyn yang tengah terlarut menikmati aroma darah yang menguar dalam ruangan itu. Netra hijau itu pun terbuka perlahan, dengan senyum yang belum luntur dari birainya. Lelaki itu lalu melirik pria yang sudah tak berdaya di tempatnya, dengan beberapa bagian tubuh yang sudah tidak pada tempatnya. Meski beg
Magbasa pa
Babang 42
*Happy Reading*"Mas Bos.""Hm ....""Aika jadi pengen ketemu Mama Desi, deh," ucap Aika tiba-tiba, saat menunggu di luar ruangan Bianca. Memberi waktu pad Alvaro dan Bianca untuk bicara berdua. Setelah dokter yang memeriksa Bianca berlalu pergi."Bukankah tadi pagi sudah ketemu? Belum puas?" tanya Kairo heran. "Ck, Mas Bos mah gak peka!" Lah? Kairo pun makin heran saat setelahnya, Aika malah berdecak kesal dan merajuk. Salah Kairo di mana? Bukankah jawabannya benar adanya? Kenapa malah marah? Ada apa sebenarnya dengan istrinya ini? Aneh!Ah, lupa. Kalau gak aneh, justru bukan Aika namanya. "Iya, maaf. Saya memang kurang peka. Makanya jelasin dong, biar saya ngerti." Demi kemaslahat bersama, Kairo pun memilih mengalah. Lagi.Bukannya menjelaskan, Aika malah menghela napas kasar, sebelum akhirnya melingkarkan tangan pada Kairo, dan merebahkan kepalanya dengan nyaman di pundak sang suami.
Magbasa pa
Babang 43
"Sorry, Al. Saya tidak tahu kalau Emak kamu akan menerobos seperti ini."Akhirnya Alvaro pun berhasil menguasai keterkejutan yang sempat hadir. Setelah mendengar suara Bos-nya yang kemudian menyusul di belakang tubuh Mak Kanjeng dengan tergesa. Memijat keningnya sejenak, Alvaro lalu mengalihkan tatapan pada sang ibu yang lancang menerobos masuk.“Mak!” Niat Alvaro ingin menegur ibunya dengan suara tegas.Namun, alih-alih bisa mengomeli sang ibu. Nyalinya malah seketika ciut, saat melihat emaknya memutar tubuh hingga menghadapnya. Tatapan membunuh sudah ditujukan kepada dirinya.Tak sampai di sana. Tanpa aba-aba, Emak Kanjeng menghampiri Alvaro, kemudian menamparnya cukup keras. Membuat Alvaro membeku. Rasa sakit kemudian menjalar di pipi. Meski dia aku, tidak sebanding dengan pedih yang ada di hatinya.“Tante!” Kali ini gantian Bianca yang protes.“Ngapa lo? Gak suka sama tindakan Emak?" tukas Mak Kanjeng lebih galak. M
Magbasa pa
Babang 44
"Akhirnya dia tidur juga." Desah panjang terdengar dari Mak Kanjeng, setelah melihat Bianca tertidur dengan pulas. Aneh sebenarnya. Soalnya sedari tadi Mak sudah berusaha membuat Bianca terlelap dengan menceritakan tentang perjuangan Indonesia mengusir penjajah. Namun, suara Mak Kanjeng yang berapi-api rupanya tidak memberikan efek ngantuk pada gadis itu.Mak Kanjeng jadi merasa seperti tukang obat yang sedang gelar lapak, dan mengoceh sepanjang jalan kenangan. Laku, kagak. Haus, iya.Kemudian Mak Kanjeng pun beralih dengan menepuk pantat Bianca dengan lembut. Berharap dengan perlakuannya itu, Bianca merasa seperti bayi dan langsung terlelap. Sayangnya, wanita itu malah beringsut menjauh dengan wajah ketakutan. Seperti akan Mak Kanjeng ajak ena-ena. Ah, mungkin itu yang di namanykan trauma.Akhirnya, Mak kanjeng menyerah berusaha. Saat itulah Bianca malah jatuh tertidur seenaknya."Cakep bener nih bocah. Idungnya mancung kek p
Magbasa pa
Babang 45
*Happy Reading*Saat Bianca mengkhawatirkan sikap Mak Kanjeng kedepannya setelah tahu aib dirinya. Yang Bianca tidak tahu, bahwasanya sebenarnya Mak Kanjeng sudah mengetahui semua hal yang menimpa Bianca. Dari mana Mak Kanjeng tahu? Tentu saja dari saat cosplay jadi cicak-cicak di dinding. Eh, maksudnya, dari mencuri dengar saat Alvaro dan Kairo berbicara tempo hari. Ingat kan?Nah, karena itulah, sebenarnya tidak ada yang harus Bianca khawatirkan lagi dari Mak Kanjeng. Karena Mak Kanjeng sudah menerimanya apa adanya. "Makan yang banyak, Neng. Biar cepet sembuh. Nanti Emak kawinin sama si Al," titah Mak Kanjeng. Seraya menyuapkan sesendok penuh bubur ke dalam mulut Bianca. Mmbuat gadis itu hampir tersedak. Buset. Ini Mak Kanjeng niat nyuapin atau bunuh, sih? Nyuapinnya ekstrem banget!"Aduh, Mak. Pelan-pelan, dong. Mulut Bianca kan masih sakit," keluh Bianca akhirnya. Memegangi rahang yang memang masih terasa ngilu j
Magbasa pa
Babang 46
*Happy Reading*“Tenang saja, Bro. Aku nggak akan rebut Bianca dari kamu.” Spontan Aaron melepas tangan pada Bianca, dan perlahan-lahan menjauh.“Aku hanya ingin mendampingi Bianca, seperti yang sudah dilakukannya pada Aika. Kamu tahu betapa sayangnya aku dengan Aika. Jadi, aku juga menganggap teman baiknya sebagai adik sendiri.”"Aika?" beo Mak Kanjeng seakan menyadari sesuatu. "Aika? Aika? Aika?" Selanjutnya, wanita paruh baya itu menyebutkan nama Aika berkali-kali, seakan merapalkan doa sambil mengetuk-ngetuk dagunya dengan jari.Tak ayal, kelakuan Mak Kanjeng pun mengundang kerutan dalam pada kening Mama Desi, Aaron, dan Bianca. "Kalau gak salah, itu nama cewek yang lo taksir dulu, kan, Al?"Degh!Jantung Bianca seketika bertalu cepat mendengar ceplosan Mak Kanjeng barusan. Pun Mama Desi, khususnya Alvaro yang memilih segera masuk ke dalam ruangan. "Mak?" Alvaro bahkan memperingatkan Emaknya, seraya melirik khawatir pada Bianca yang rona wajahnya berubah sendu seketika."Jadi b
Magbasa pa
Babang 47
*Happy Reading*Setelah memastikan Bianca sudah tertidur, Mak Kanjeng berjingkat-jingkat meninggalkan kamar. Wanita paruh baya itu menuju kamar anaknya.Alvaro sedang menatap langit-langit saat Mak Kanjeng masuk. “Bagaimana keadaan Bianca, Mak?”Pria itu langsung bangkit duduk, saat melihat sang ibu masuk kamar rawatnya. “Sekarang dia sudah tidur. Tapi, Mak khawatir kalau dia akan kembali bunuh diri, saat tidak ada yang menemani." Mak Kanjeng menjawab seraya menghampiri Alvaro. "Gimana keadaan lo? Bae kan? Masih ada yang sakit kagak?" Mak Kanjeng berlanjut menanyakan keadaan putra kebanggaannya. "Al, baik, Mak. Lukanya juga udah gak terlalu sakit lagi. Kata dokter, bentar lagi udah boleh pulang.""Syukurlah." Mak Kanjeng menghela napas lega. "Oh iya, si Nur mana? Kok gak jagain lo? Kan emak udah nyuruh dia jagain lo, sementara Emak jagain Bianca." Mak Kanjeng celingukan mencari anak bungsunya."Nur tadi ijin pergi ke toko donatnya, Mak. Katanya lagi rame." Alvaro menjelaskan dengan
Magbasa pa
Babang 48
“Mak! Mak!” panggil Alvaro saat melihat emaknya malah termangu seperti orang kehilangan akal.Mak Kanjeng bahkan tidak mendengar panggilan Alvaro yang semakin meningkat nadanya. Alvaro jadi merasa seperti melakukan pemanasan sebelum lomba nyanyi.Berhubung suara Alvaro tidak bisa menembus alam bawah sadar Emak, pria itu pun menghampiri dan menyentuh lengan Emak dengan lembut.“Mak, Emak kenapa?”Perlahan-lahan Emak Kanjeng menoleh hingga bertemu muka dengan Alvaro. Matanya terlihat berkaca-kaca dan kemudian terisak.“Sedih banget hidup Bianca.” Suara tangisan Emak Kanjeng semakin keras.Sontak Alvaro membekap mulut Emak menggunakan telapak tangannya yang besar. “Stt, Mak. Jangan keras-keras, ntar Mak dikira sedang berduka.”“Sembarangan saja bilang berduka! Nggak ada yang meninggal di sini!” seru Mak Kanjeng dengan tegas.Diam-diam Alvaro tersenyum ketika melihat wanita yang sudah melahirkannya itu berbicara dengan semangat. Tidak biasanya Emak terlihat bersedih. Itu membuat hatinya t
Magbasa pa
Babang 49
*Happy Reading*Bianca masih mencoba mengingat semuanya. Kejadian sampai dia bisa berada di kolong ranjang seperti ini. Apa tadi ada gempa? Ada maling? Atau ... ada ... apa, ya? Entahlah. Bianca lupa. Seingatnya, tadi Bianca sedang tidur pulas. Lalu, tiba-tiba tersadar setelah basah kuyup disiram si emak. Aneh banget gak, sih?"Heh, bocah! Bukannya jawab malah meneng bae. Mendadak gagu lo?" Mak Kanjeng kembali ngegas saat Bianca malah kedapatan melamun. "Bentar, Mak. Bianca lagi mikir dulu. Lagi coba inget-inget, kenapa Bianca bisa sampai ada di sini, ya?" sahut Bianca terlihat berpikir keras. "Ck, nginget sih, nginget. Tapi keluar dulu kali. Betah banget lo di kolong ranjang gini. Emak encok ini nemeninnya," protes Mak Kanjeng kesal.Bianca auto nyengir melihat si Emak ngomel sambil menopang pinggang. Merasa bersalah plus juga lucu, serta lumayan senang akhirnya bisa mengusili si emak. Secara beberapa hari ini, Bianca terus yang dikerjain paruh baya itu. Sampai hampir stress dibua
Magbasa pa
Babang 50
*Happy Reading*Bibir Bianca auto maju lima senti saat sadar baru saja di kerjain Emak Kanjeng. Gadis itu mendengkus kasar dan melirik Mak Kanjeng kesal sekali.Bener-bener ya emaknya si Al ini. Kalau ngerjain orang gak kaleng-kaleng! Dikata enak apa, nginjek trotoar pas matahari lagi promo gini? Untung gak sampai melepuh nih kaki!"Gue bukan pisang. Gak usah diliatin kek gitu," sahut Mak Kanjeng yang menyadari lirikan Bianca. Pisang? Dikata Bianca monyet? Sembarangan aja nih si Emak. Orang Bianca Musang. Eh?"Emak, mah .... kenapa sih,--""Hust! Udah!" Mak Kanjeng menghentikan rajukan Bianca cepat." Gak usah komplen lagi. Ayo masuk. Emak udah aus banget ini," imbuhnya lagi.Akhirnya, Bianca pun mengesampingkan perasaan kesalnya. Mendengkus kasar kemudian mulai melirik bangunan dihadapannya saat ini.Pemandangan yang ada di depan mata membuat Bianca tertegun sejenak. “Ini rumah Emak?” tanyanya kemudian dengan nada tak percaya.Wow, Alvaro memang orang yang susah ditebak. Bisa-bisanya
Magbasa pa
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status