Semua Bab WARUNG TENGAH MALAM: Bab 41 - Bab 50
271 Bab
41-BERCAK DARAH
Tok tok tok “Pak, Pak kabutnya sudah menghilang.” Terlihat seseorang sedang mengetuk pintu ruangan di dalam satu rumah, dia memberitahukan bahwa kabut yang menutupi Kampung Sepuh sudah menghilang, terlihat pula dari pakaian orang tersebut yang sedikit kotor dari darah ayam cemani yang menempel di bajunya. Namun expresi orang itu seperti sedang panik, dia seperti buru-buru mengetuk pintu supaya orang yang ada di dalam ruangan itu segera keluar. Tak lama pintu itu terbuka, nampak seseorang yang keluar dari ruangan itu tanpa memakai sehelai pun pakaian, orang tersebut telanjang tanpa tertutup oleh satu helai benang pun, badannya penuh dengan keringat, seperti sudah melakukan sesuatu yang membuatnya kecapean, napasnya pun terdengar sangat terengah-engah. Dia melirik sedikit ke dalam pintunya yang terbuka, terlihat disana beberapa wadah yang tadinya berisi darah ayam cemani sekarang hampir kosong, juga ada tercium bau dupa dan bunga yang b
Baca selengkapnya
42-NYI LARAS
"Wah seru pisan filmnya, Ibu-ibu bapak-bapak saya pamit duluan ya. Kasian si Ujang jagain warung dari tadi." "Mangga bu! " Jawab Ibu-ibu dan bapak-bapak yang sedang asyik membicarakan film yang mereka tonton tadi. Ibu langsung pamit untuk pulang kali ini, raut wajahnya terlihat sangat senang, karena bisa sejenak mengistirahatkan diri dari warung yang mengikatnya selama ini. Ibu yang menemukanku sedang terduduk di sisi jalan mendadak heran, karena melihat anaknya sedang duduk dengan pakaian yang kotor terkena debu jalan. “Jang, jang kenapa kamu duduk di tengah jalan?” teriak Ibu sambil berlari menghampiri ku. “Aku tidak apa apa bu tadi aku mau jemput Ibu, eh ternyata jatuh,” kataku sembari tersenyum ke arah Ibu. Ibu kemudian membantuku untuk berdiri, bersamaan dengan para warga yang ada dibelakangnya, terlihat raut-raut muka bahagia yang terlihat dari mereka. Aku juga bersyukur sosok yang tadi aku lihat di depan warung tidak mengganggu Ibu dan warga lainnya yang sedang menonton lay
Baca selengkapnya
43-TERGODA
“A... A... APAKAH ITU MANUSIA? ”Aku seketika kaget dan berteriak melihat manusia-manusia yang merangkak dengan tali yang mengikat lehernya seperti hewan peliharaan Nyi Laras yang ada di depanku saat ini.Manusia-manusia itu sangat memprihatinkan, dengan tubuh yang telanjang dengan banyaknya luka sayatan di sekujur tubuhnya. Banyak luka lebam yang membiru, seperti bekas hantaman benda tumpul yang menimbulkan bekas di tubuhnya.“Ssssstttt. ”Dengan anggun Nyi Laras menempelkan jarinya ke mulutnya, dia mencoba membuatku terdiam atas teriakan tadi. Dia sedikit tersenyum ke arahku, tanpa sedikitpun memperhatikan para manusia yang merangkak di sebelahnya. Nyi Laras tidak memperdulikan mereka sedikitpun, mereka dianggap seperti layaknya hewan perliharaan bagi Nyi Laras.KrosakKrosakPerlahan-lahan muncul beberapa makhluk besar menuju warung yang entah darimana datangnya, makhluk-makhluk besar yang
Baca selengkapnya
44-TUMBAL
Dua minggu sudah berlalu sejak kejadian itu. Aku yang sedang duduk di depan warung dengan beberapa cemilan yang aku makan, tak lupa aku menyapa beberapa orang yang baru pulang dari sawah ataupun kebun di sore itu. “Pulang pak? ” kataku sembari tersenyum. “Iya Jang! ” jawab seorang petani dengan cangkul dan topi caping yang dia pakai. “Ga ngopi-ngopi dulu di warung pak? ” tanyaku. “Ah engga Jang, besok aja, si Ibu lagi masak jengkol jadi harus cepet-cepet pulang. ” katanya sembari melambaikan tanganya kepadaku. Suasana Kampung Sepuh di sore hari memang ramai, orang-orang pulang kembali dari sawah, kebun dan hutan untuk bekerja mencari penghasilan untuk menunjang kehidupannya, namun tidak ada wajah-wajah setres dan gelisah dari diri mereka. Tidak ada raut ke khawatiran akan segala cicilan pinjaman online atau kartu kredit yang harus mereka bayar setiap bulan layaknya orang-orang yang hidup di kota, mereka sepe
Baca selengkapnya
45-MENGEJAR
“Nyi- kenapa Indah di ikat seperti itu Nyi?”A Wawan berjalan perlahan mendekati Nyi Laras, terlihat dari wajahnya kini nampak sedih. Dia merasa tidak tega dengan adiknya sendiri yang kondisinya seperti hewan perliharaan. Kini tubuh Indah terlihat lemah, beberapa luka sayatan terlihat olehku, juga beberapa luka lebam di sekujur tubuhnya. Di leher Indah sekarang terikat tali yang terhubung ke Nyi Laras, bener-bener terlihat seperti hewan peliharaannya Nyi Laras.Hiks hiks hiksA Wawan secara tidak sadar kini menangis, tangannya gemetaran melihat adiknya yang kondisinya kini sangat memprihatinkan, dia terlihat memelas kepada Nyi Laras untuk melepaskan adiknya terlihat olehku A Wawan bersujud kepada Nyi Laras memohon agar adiknya di bebaskan seperti sebelumnya.Namun.DuakkkkTiba-tiba A Wawan terpental, badannya tersungkur tepat di depan warung, terlihat ekor ular yang besar dan hitam menghantam A Wawan dengan keras. Pak s
Baca selengkapnya
46-ILUSI
"Jang, Jang bangun bangun bangun!” Aku membuka mata secara perlahan dan aku melihat Ibuku yang sedang berusaha membangunkan ku dengan wajah yang nampak panik. Aku baru sadar, bahwa aku sudah berada di dalam kamar sekarang, kulihat pula cahaya matahari sudah teramat sangat terang. Aku kembali melihat sekeliling kamar yang nampak kosong pada siang itu, hanya angin berhembus dari jendela kamar menggerakan tirai jendela merah tua yang sudah lama dipasang, di sebelahnya ada Ibuku yang terlihat panik. Dia berbicara bahwa aku tersesat di hutan Gunung Sepuh dan terjatuh dari sana, sehingga Ibuku dibantu para warga menemukanku dalam keadaan tak sadarkan diri di dekat tebing. Aku mencoba mengingat apa yang terjadi pada kemarin malam, namun ketika aku mengingatnya, tiba-tiba rasa sakit muncul di kepala. Seperti aku tidak bisa mengingat apa yang terjadi kemarin malam. “Agh, ” Aku memegang kepalaku pada saat itu, aku merasakan s
Baca selengkapnya
47-MELARIKAN DIRI
“Euggghh, Eugggh” Aku berusaha untuk bisa terbebas, namun ikatanya semakin kuat. Aku juga melihat ular-ular di sekeliling A Wawan kini semakin banyak, sehingga badan A Wawan hampir tertutup dengan ular tersebut. Ssssssssh sssssh “Ujannngggg! ” Nyi Laras secara perlahan mendekat mendekatiku, ekor ular yang melilitku tidak bisa membuatku terbebas. “Jangan kau berontak Jang, aku tidak akan membuatmu tersiksa di tempat ini.” Tanganya tiba-tiba membelaiku secara perlahan, meskipun ku lihat beberapa sisik ular yang ada di wajah dan tangannya, namun wajah cantiknya tetap terlihat begitu memikat, suaranya masih tetap menggoda, berusaha merayuku dengan kata-kata yang bisa membuat hasratku bergejolak. “Tak usah pedulikan mereka, mereka adalah makhluk malang yang memintaku untuk membantunya mendapatkan kekayaan,”  kata Nyi Laras sembari menunjuk A Wawan yang sedang terduduk lemas dengan banyak ular
Baca selengkapnya
48-PEMBERIAN
Sebuah ruangan putih yang membentang luas di mana aku berdiri sekarang, ruangan yang tidak tahu ujungnya dan semua yang terlihat hanyalah warna putih. Aku sekarang berdiri di mana. Aku sendiri tidak tahu tempat apa ini, yang aku tahu berlari meninggalkan A Wawan dan Indah. Lalu secara tidak sadar aku sudah ada di tempat ini. Tak lama kulihat ada seseorang yang sedang berdiri dari kejauhan, dia berdiri sembari melihatku pada saat itu. Aku awalnya ragu untuk mendekat, namun aku berusaha memberanikan diri dan berjalan secara perlahan mendekati orang itu. Semakin dekat pandanganku makin jelas, terlihat seseorang yang terlihat sangat tua dengan jengot panjang dan rambut yang sudah memutih, terlihat juga tubuhnya yang kurus kering di makan usia, dan juga Pakaian panjang berwarna putih yang sekilas menyatu dengan ruangan tempatku berdiri. Dia kemudian tersenyum, tangannya seakan melambai memanggilku untuk mendekatinya. Pikiranku seakan-akan mengingat
Baca selengkapnya
49-TIDAK SADAR
Malam sangat sunyi di depan warung saat itu, hanya ada jalan yang sepi tidak ada lalu lalang kendaraan sama sekali, di seberangnya hanya ada kebun milik warga tanpa diterangi oleh cahaya sedikitpun sehingga hanya lampu dari warung lah yang menerangi malam itu. Terlihat seseorang yang sedang duduk di dalam mobil di seberang warung dengan badan yang gemetaran, dia seperti ketakutan dan tidak berani keluar dari mobil tersebut. Hatinya sangat ingin segera pergi dari warung itu, namun apa daya. Ada seseorang yang harus dia tunggu tapi hingga sekarang belum juga datang. Sesekali dia melihat warung itu dengan perlahan dari dalam mobil, mencoba mencari tahu siapa yang datang ke warung pada saat itu. Terlihat wanita duduk menghadap warung sehingga hanya terlihat punggung nya dengan rambut panjang yang hampir menyentuh lantai. Dengan baju putih yang lusuh dan rambut panjang yang kusut terlihat beberapa daun kering yang menempel di rambutnya semakin membuatnya yakin bahwa wanit
Baca selengkapnya
50-MENINGGAL
Malam yang gelap menyelimuti Kampung Sepuh malam itu, hanya cahaya rembulan yang selalu menemani heningnya malam di sebuah kampung kecil tersebut. Juga cahaya dari obor menerangi setiap sudut rumah di Kampung Sepuh berjajar dengan rapi mencoba menyinari Kampung Sepuh ketika malam yang hening seperti biasanya. Tidak ada warga yang berani menampakan dirinya di luar rumah ketika malam. Yang terdengar hanya suara-suara hewan malam yang saling bersahutan membuat sebuah irama yang terdengar ke setiap rumah di kampung itu. Wusssh wuuush wuussh suara angin yang menerpa pohon-pohon besar, juga terdengar suara burung hantu di malam itu Kuk.. Kuk.. Kuk.. Kuk Terlihat beberapa orang terpaksa berada di luar rumah di malam itu karena suatu keharusan, ada suatu masalah yang harus mereka selesaikan. Sehingga mereka merelakan meninggalkan istri dan anaknya berada di rumah pada malam itu. Untuk membantu menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi Kampung Sepuh di malam itu.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
28
DMCA.com Protection Status