Semua Bab Terpisah Sebab Pariban: Bab 11 - Bab 20
28 Bab
11. Penasaran dengan sikap Lina yang tiba-tiba berubah.
Sebelum aku selesai bicara, Lina sudah menutup telpon nya. "Mau bicara apa si Lina ya?" Batin ku yang menemani perjalanan ku pulang kali ini, bersama mobil box yang aku bawa pulang ke kost ku. Sesampai di kust ku, aku langsung berbaring di kasur yang masi berantakan. Sebab aku merasa lelah sekali, hingga aku tertidur sampai pagi hari. Kali ini aku sengaja bangun pagi tidak seperti biasanya, aku bangun sedikit telat. Sebab hari ini ada mobil box yang akan mengantar ku untuk pergi bekerja. Sesudah mandi, dan bersiap-siap untuk berangkat bekerja aku terkejut bukan main. Sebab aku lihat ponsel ku ada lima panggilan tidak terjawab dari Lina. "Waw... ada apa ini si Lina ya?" Batin ku yang merespon lima panggilan dari Lina yang aku lewat kan karena tidur ku yang sangat lelap.  Aku telpon Lina untuk menjawab pertanyaan ku yang bingung, kenapa ini ya? kok tiba-tiba aku begitu pentingnya untuk si Lina, sampai-sampai lima kali Lina menelpon ku karen
Baca selengkapnya
12. Rampok jalanan
"Nih..." Kata Lina sambil melempar kunci motornya. "Mau kemana kita?" Tanya ku, sambil mengikuti Lina berjalan. "Jalan-jalan." Kata Lina yang sedang berjalan sambil memakai jaketnya. "Kemana?" Tanya ku. "Kemana aja yang kau suka." Kata Lina. "Aku tidak ada uang." Kata ku. "Aman." Kata Lina singkat. "Ok." Kata ku singkat juga. Sebab masih bingung dengan prilaku Lina.  Tidak Lama kami berjalan, kami pun sampai di parkiran motor di plaza itu. Aku langsung menyalakan motor Lina yang terparkir, dan membawanya. "Ini uang parkirnya." Kata Lina yang memberikan selembar uang lima ribu rupiah sambil duduk di belakang ku. "Ok." Kata ku.  Sepanjang perjalanan aku hanya diam. Sebab selain bingung mau aku bawa kemana motor ini berjalan, aku juga gerogi karena Lina diam saja di perjalanan. "Eh, eh, rampok... rampok... rampok..." Lina tiba-tiba teriak  "Tadi diam terus, eh sekaliny
Baca selengkapnya
13. Lina yang marah
"Ah, sudah lah Lin tidak usah di pikiri." Kata ku santai untuk hentikan imajinasi Lina kepada tiga orang tadi. "Ah, iya juga ya." Kata Lina yang mencoba menghentikan pikirannya tentang tiga pria berjas hitam yang gagah, dan misterius itu baginya. "Iya lah Lin, yang terpenting saat ini kita selamat, ya kan?." Kata ku. "Iya selamat, berarti kau sadar tadi kita hampir saja mati gara-gara kelakuan kau?" Kata Lina dengan sedikit membesarkan kedua bola matanya. "Lah kok gara-gara aku Lin? aku kan cuma mau menyelamat kan barang mu." Jawab ku "Iya tapi kau itu sok jagoan, benar apa kata Marta rupanya! Perampok-perampok itu kan sudah menyuruh kita pergi, kenapa coba kau tetap lawan meraka? kau kira kau bisa menang apa?" Kata Lina dengan nada sedikit tinggi, dan dengan kedua bola matanya yang masih membesar. "Ini dua mangkuk baksonya Mas." Kata penjul bakso yang mengantar kan baksonya ke meja tempat kami duduk, dan karena kedatangan tukang bakso
Baca selengkapnya
14. Sikap Lina kembali
 Sepanjang perjalanan kami berdua hanya berdiam saja, sampai tiba di jalan ayahanda baru lah aku coba memecahkan suasana kami berdua yang sunyi itu.   "Sudah mau sampai ni." Kata ku yang membuka pembicaraan.   "Iya." Kata Lina singkat.   "Dimana rumah mu, biar aku antar!" Kata ku.   "Udah jangan banyak gaya, nanti setelah kau antar aku di rumah, terus kau mau pulang naik apa? ini kan motor ku." Kata Lina.   "Gampang, aku bisa naik angkot atau jalan kaki kok." Jawabku.   "Udah, kau turun di kost mu aja, nanti aku pulang sendiri aja. Dekat kok, nggak jauh, lagian nanti aku mau kerumah Marta dulu
Baca selengkapnya
15. Barista kopi si pecandu judi online
Tidak butuh waktu lama kami pun sampai di warung kopi.   "Dimas..., Alex... sini-sini duduk! pesan apa? kopi apa? ini hari pesanan kalian berdua geratis." Sapaan Yogik, barista kopi si pecandu judi online.   "Ada yang lagi cair nampaknya nih Lex." Kata ku ke Alex sambil melirikan mata ku ke Yogik.   "Haha... aman, apapun pesanan kalian berdua, ini malam geratis." Kata Yogik.   "Tidak salah ini malam kau mengajak aku kemari Way." Kata Alex sambil menyenggol ku.   "Iya lah... Aku mana pernah salah, yang gratis itu rasanya lebih..."    "Enak..." Sambut Alex atas perkataan ku.  
Baca selengkapnya
16. Dukungan Marta, dan Denny.
"Hehe… susah sih kalau sudah menjadi kebiasaan." Kata ku   "Iya Way, apalagi si babi ini sudah berjudi dari kami SMP (sekolah menengah pertama)." Kata Alex ke aku.   "Iya Mas, dari SMP (sekolah menengah pertama) aku sudah berjudi. Jangan lah kalian berdua coba-coba berjudi, ih.. seram lah pokoknya." Kata Yogik ke kami.   "Eh… jenggot firaun, simpan nasehat itu untuk dirimu sendiri, kami nggak butuh." Kata Alex ke Yogik.   "Hehe… pulang kita yuk Lex." Ajakku.   "Ih cepat kali pulang bah." Kata Yogik.   "Iya Gik, besok kerja aku." Jawabku   
Baca selengkapnya
17. Pantai bali lestari
"Itu mereka." Kata Denny sambil membalas lambaian tangan Marta.   "Iya, itu mereka." Jawabku.   Tidak lama kami berjalan, kami pun sampai di tempat Marta dan Lina yang sudah menunggu kami.   "Yok." Kata Marta, mengajak kami saat kami tiba di dekatnya.   "Nih." Kata Lina melempar kunci motornya ke arah ku.   Kami pun langsung pergi menuju pantai bali lestari, salah satu pantai di Medan yang berkonsep seperti Bali.   Dari plaza millenium tempat kami bekerja, menuju pantai bali lestari, kurang lebih memakan waktu dua jam.    Selama kuran
Baca selengkapnya
18. Jangan tangung-tanggung
"Lihat gadis kecil, dan seorang ibu yang menyedihkan itu." Kata ku pada Lina.   "Iya aku lihat, ada apa emangnya dengan gadis kecil, dan ibu itu?" Tanya Lina."   "Saat pria itu memegang kerah baju ku, aku melihat gadis kecil itu memohon ke arah ku, dan aku juga tidak mencium aroma alkohol sedikit pun pada pria itu." Kata ku.   "Terus apa hubungannya?" Tanya Lina.   "Seorang anak sedang takut terjadi apa-apa dengan ayahnya yang sedang berjuang mencari uang." Kata ku.   "Maksudmu gadis kecil itu, anak dari pria yang meminta uangmu tadi?" Tanya Lina.   "Iya." Kata ku.  
Baca selengkapnya
19. Makan mie gomak
 Usai Marta bicara, kami pun tiba di warung mie gomak yang dimaksud Denny. Warung yang cukup sederhana, tapi sangat ramai pengunjungnya.   "Bu... mie gomak kuah empat, banyaki andalimannya ya!" Pesan Denny pada ibu penjual mie gomak.   "Apa lagi itu andaliman Den?" Tanyaku.   "Merica Batak Way." Jawab Denny sederhana.   "Sudah, tenang aja, sebentar lagi kau akan rasakan betapa nikmatnya makanan khas Batak yang satu ini." Kata Marta.   "Iya, kau harus rasain makanan yang satu ini." Kata Denny.   "Oh iya Dimas, besok bisakan main DJ nya di acara reuni kami?" Tanya Marta.  
Baca selengkapnya
20. Lelah
 Dua jam lebih telah berlalu, kami pun sampai di Jalan ayahanda, Disaat itu Lina masih tertidur.   "Lin, Lina, Lina, bangun." Kata ku membangunkan Lina.   "Emmm… iya." Jawab Lina   "Sudah mau sampai nih!" Kata ku.   "Mana orang Marta sama Denny?" Tanya Lina.   "Mereka pisah jalan dengan kita sejak kau tidur tadi, karena kau tidur aku nggak berani bawa motor kencang-kencang, takut kau jatuh, jadi aku suruh mereka untuk jalan duluan." Jawabku.   "Ya sudah, kita ke kosan kau aja!" Kata Lina   "Sudah malam." Kata ku.  
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
DMCA.com Protection Status