All Chapters of Mawar Hitam Berdarah: Chapter 11 - Chapter 20
46 Chapters
Bab 11. Hasutan Arkan
Maria tengah di periksa oleh Dokter perempuan begitu Arkan kembali ke ruangannya. Maria melambaikan tangannya sebagai bentuk sapaan yang dibalas lambaian tangan juga oleh Arkan. "Gimana ke adaannya Dokter Ema?" Arkan langsung bertanya begitu Dokter Ema selesai memeriksa ke adaan Maria. Dokter Ema menurunkan stetoskop dan melepas alat pengukur tekanan darah di lengan Maria. Setelah melepas masker yang menutupi sebagian wajahnya, barulah Dikter berusia ahir 40-an itu angkat suara. "Alhamdulillah. Keadaan bu Maria kini sudah membaik." Dokter Ema berjalan ke arah mejanya dan menuliskan beberapa resep lalu menyerahkannya pada Arkan. "Jangan lupa berikan tiga kali sehari pada masing-masing lembar! Obatnya bisa di tebus di apotek." Arkan menerima lertas berisi resep obat Maria. "Terima kasih Dokter Ema. Kalau begitu kami permisi."  Dokter Ema mengangguk mempersilahkan Arkan untuk membawa Maria keluar. Arkan menghampiri Maria dan berniat membantu
Read more
Bab 12. Masuk penjaranya Fiko, Sela,dan Marni
Arkan tertawa bangga karena bisa membungkam mulut Maria yang menuduhnya macam-macam. Lagian, mana ada tampang paras rupawan seperti dirinya yang tega menuduhnya pencuri kecuali Maria. Kalau tidak mengingat siapa Maria, Arkan sudah menyeretnya ke kantor polisi dengan tuduhan pencemaran nama baik.  Maria memutar bola matanya malas saat mendengar tawa Arkan yang begitu lepas karena berhasil membuatnya kicep. Memang, dari penampilnya Arkan bukan termasuk orang biasa, pakaian necis dan mahal, mobil mewah Mercedes Benz, Dan jangan lupakan wajah yang tampan di dukung tubuh atletisnya. Maria sebel sendiri jadinya. "Masuk, gih!" Arkan mengedikan dagunya ke arah rumah Maria. "Istirahat yang banyak dan jangan kecapean."  "Lagamu sudah seperti kakak beneran." Maria mencibir. Namun, tak urung Maria membuka pagar.  "Maria." Arkan memanggil saat Maria sudah menutup kembali pagar. "Apa?" "Kamu bertahan sampai sejauh ini sampai rela ters
Read more
Bab 13. Mawar merah yang terbelenggu duka dan lara
Sesampainya di Kantor Polisi Maria langsung meminta pihak Polisi untuk mengantarnya bertemu dengan Fiko dan yang lainnya.Polisi mengantar Maria di mana Fiko, Marni, dan Sela tengah meringkuk di dalam sel jeruji besi. Maria memandang mereka bergantian, tatapannya jatuh pada tangan Sela yang tengah di pegang erat sambil dielus pelan oleh tangan Fiko. Sela yang sudah menyadari Maria tengah berdiri memperhatikan kegiatannya dan Fiko menyeringai sinis. Tatapan puas dia layangkan pada Maria yang tengah mengepalkan tangannya kuat."Akhirnya kamu datang juga. Lama banget, sih." Marni yang baru saja menyadari ada Maria langsung membentaknya karena begitu membutuhkan waktu lama untuk menyusulnya ke sini.Maria melirik Marni yang terduduk di kursi roda depan Fiko dan Sela yang terduduk di atas tikar tipis. Maria tidak membalas ucapan Marni melainkan langsung kembali untuk meminta penjelasan pada Polisi membuat Marni mencebikan bibirnya kesal."Lihat tu
Read more
Bab 14.Masalah kamar
Pagi ini suasana rumah begitu ricuh. Fiko yang uring-uringan karena kesiangan berangkat kerja, Marni yang misuh-misuh karena lapar dan tidak ada makanan sedikitpun di atas meja, terakhir Sela yang terus-terusan kena teguran Fiko karena tidak becus menyiapkan segala perlengkapannya dari mulai baju, celana, dan segala sesuatu yang dia pakai untuk kerja. "Kamu ini gimana sih, udah hampir dua bulan jadi istri Mas. Kok masih keteteran gini nyiapin segala keperluan Mas untuk kerja." Fiko mengerang frustasi karena Sela belum menemukan juga baju dinasnya. Fiko saat ini masih menggunakan celana bahan dan dalaman baju saja, Sedangakan waktu kerjanya sudah telat setengah jam yang. Sela yang tengah mengacak-ngacak lemari pakaian sontak mendelik ke arah Fiko. "Loh, kok Mas malah nyalahin aku. Harusnya Mas dong yang tidak naruh sembarangan bajunya, kalau begini siapa juga yang susah."  "Kok gitu, selama ini Mas sudah bekerja untuk membiyayai kalian, masa baju jug
Read more
Bab 15. Permintaan cerai
Fiko menelan saliva susah payah. Dia melupakan satu hal, tentang kamar itu. Dulu, Fiko sebenarnya hanya mencari alasan untuk membujuk Maria agar mau pindah. "Itu... nanti kamu bisa pakai kamar itu lagi." Fiko menjawab tidak yakin. Dia melirik Sela yang saat ini memandangnya tak percaya. "Loh, kok gitu Mas. Bukannya kamar itu sudah menjadi miliku?" Napas Sela memburu karena kesal merasa sudah dibohongi. Maria menyipitkan mata, tapi tetap diam menunggu balasan Fiko pada Sela. Fiko menggosok lehernya canggung, bingung dengan apa yang harus ia ucapkan agar tidak menyinggung kedua istrnya. Melihat kebingungan Fiko, Maria tersenyum sinis. "Bingungkan kamu. Sok-sokan punya istri dua, ngasih tempat tinggal aja belum mampuh. Kamu kira wanita itu apa, hanya pemuas nafsumu atau pemberi keturunan. Memangnya tidak dosa apa kalau mempersatukan wanita yang dipoligami dalam satu atap? Ingat Mas, kelakuanmu ini bisa me
Read more
Bab 16. Alasan Fiko menikahi Sela
"Ok, saya ceritakan."Maria tersenyum puas karena sebentar lagi dia dapat mencari tahu siapa Ibu kandungnya itu."Sepertinya ibu butuh istirahat. Sela, cepat antar ibu ke kamarnya! Jangan biarkan ibu keluar, mulai sekarang ibu harus lebih banyak beristirahat agar lebih bisa mengontrol darahnya." Dengan segera Fiko menyuruh Sela membawa Marni masuk ke kamarnya agar tidak dapat menceritakan tentang rahasia Ibu kandung Maria."Tapi, Mas." Sela menyela."Cepat!" Fiko mendesis rendah membuat Sela tersentak dan dengan cepat memutar balik kursi roda Marni."Eh, Sela jangan dorong ibu. Ibu butuh menjelaskan sesuatu pada Maria agar wanita itu pergi dari rumah ini." Marni membalikan setengah badannya ke belakang ke arah Maria.Sela hanya diam dan terus mendorong Marni menuju kamarnya. Kurang ajar, kenapa semuanya jadi begini. Pokoknya aku harus segera mengetahui rahasia tentang
Read more
Bab 17. Laki-laki di Supermarket
Maria kembali memikirkan alasan di balik Fiko menikahi Sela. Bukan, bukan dia senang karena itu artinya Fiko tetap hanya mencintainya seorang melainkan ada rasa iba di hatinya untuk Sela. Walaupun Sela ingin menyingkirkannya demi menjadi istri Fiko satu-satunya, Maria tetap tau bagaimana perasaannya nanti saat tau dia cuma dimanpaatkan.Andai Sela tau bahwa dia hanya Fiko jadikan sebatas wanita yang harus melahirkan anaknya saja, Maria tidak bisa membayangkan bagaimana sakit hatinya dia nanti.Dari pada memikirkannya terus, Maria memilih pergi ke dapur guna memasak sesuatu untuk mengisi perutnya.Begitu sampai di dapur, Maria meletakan terlebih dahulu tas belanja yang dia bawa di kursi makan. Lalu dia menghampiri kulkas untuk mencari bahan yang bisa diolah menjadi omlet.Maria menghembuskan napas pasrah karena begitu membuka kulkas, ternyata bahan-bahan sudah habis. Padahal dia rasa belum lama ini mengisin
Read more
Bab 18. Talak
Sudah tujuh bulan lamanya Maria hidup dalam kesengsaraan. Sela benar-benar sukses membuat Maria tidak pergi dari rumah dan kembali menjalankan aktvitasnya seperti biasa. Tentu itu membuat Fiko sangat puas, lalu tidak jadi menceraikan dirinya.Kebaikan hati Maria ternyata menjadi kelemahannya. Dia tidak tega tatkala Sela datang mengadu kalau Maria pergi, Sela akan diceraikan. Awalnya Maria cuek, tapi saat mendengar bahwa Sela juga ternyata sebatang kara mau tidak mau perasaannya ikut terbawa. Maria tau bagaimana sepinya hati saat tidak ada yang namanya keluarga. Katakan Maria bodoh, tapi itu yang dia rasakan. Sehingga bertahan demi madunya.Namun, saat Maria mau menjalankan pernikahan kembali, ternyata Fiko tidak berubah sama sekali. Perlakuan Fiko pada Maria malah menjadi. Janji Fiko yang hanya akan memakai kamar tidurnya untuk Sela selama satu bulan itu nyatanya hanya janji palsu. Sampai bulan selanjutnyapun kamar itu tetap dipakai Sela. Mari
Read more
Bab 19. Menantu Vs mertua
Sela kini tengah menggigit bibirnya gusar. Berkali-kali dia berjalan kesana-sini karena bingung harus melakukan apa. Dia takut kebohongannya terbongkar dan Fiko meninggalkannya untuk kembali pada Maria. Dia tadi spontan mengucapkan bahwa dia hamil agar  Fiko bisa melepaskan Maria. Tentu dia tak ingin usahanya selama 7 bulan ini gagal setelah susah payah dia berusaha mengalihkan perhatian Fiko dari Maria.Fiko masuk kedalam kamar dalam keadaan berantakan dengan mata bengkak dan rambut serta baju acak-acakan. Dia mengeenyit heran karena mendapati Sela tengah mondar-mandir tak jelas. "Kenapa kamu terlihat gusar?""A...ah tidak." Sela menjawab gugup. "Mas Fiko kapan masuk?" Sela balik bertanya karena baru menyadari Fiko sudah ada didalam kamar. "Baru saja."Fiko berjalan mendekati Sela, dia menunduk dengan tangan terulur mengusap perut rata Sela  pelan. "Benarkah anaku kini tumbuh didalam perutmu?"Tubuh Sela menegang otomatis mendengar penutur
Read more
Bab 20. Salah masuk rumah
Maria memandangi rumah minimalis peninggalan sang nenek dengan sendu. Sebelum menikah dengan Fiko, disinilah dia tinggal bersama sang nenek. Kini rumah ini kosong karena sang nenek sudah pulang ke Rahmatullah tiga tahun lalu sebelum dirinya menikah dengan Fiko.  Bunyi derit pintu terdengar kasar karena banyak debu menghalangi. Rumah ini sudah lama tak dibersihkan karena memang Maria tak pernah menginjakan kakinya lagi kerumah ini setelah menikah. Dipandangnya setiap sudut sisi rumah dengan perasaan sesak. Dulu, sebelum neneknya meninggal, sang nenek pernah memintanya untuk sesekali membersihkan rumah ini walau tidak dia tempati. Karena kesibukannya mengurus rumah dan mertuanya yang sakit, ditambah jaraknya yang lumayan cukup jauh, Maria tidak sempat melaksanakan tugas itu. Sungguh dia sangat merasa bersalah terhadap neneknya. Maria mulai memberseskan dan membersihkan rumah itu sampai menghabiskan waktu seharian penuh. Dia membaringkan badannya yang pegal
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status