All Chapters of Pesona Duda Keren: Chapter 21 - Chapter 30
52 Chapters
21. Ikatan Batin
     Ahem sudah berjanji tidak ingin menghubungi Indonesia lagi sejak dia menjatuhkan Talaq kepada Tiffara.     Tapi panggilan tak terjawab begitu banyak dari Virgo. Titin dan Bagas. Ahem sadar ini pasti reaksi dari keterkejutan mereka atas keputusan gegabahnya itu.      "Apakah ada berita penting lagi, jangan-jangan ...?" pikir Ahem dalam hati.     Dret ...     Dret ...     Dret ...     Ponsel Ahem kembali berdering untuk kesekian puluh kalinya. Ahem menatap layar ponselnya, ternyata Titin yang menelepon. Akhirnya dengan debar- debar jantungnya dia pun mengangkat teleponnya.     "Iya halo?" sapanya.     "Laki-laki brengsek! Apa yang ada di otak kamu, hah? Bagaimana bisa aku melahirkan anak sekejam itu?" serang Titin begitu telepon diangkat.     "Maafkan aku, Ma! Tiffa lebih bahagia apabila lepas dariku,
Read more
22. Tiffara Telah Siuman Dari Koma
     Teriakan Tiffara terdengar lantang sampai keluar rumah. Sontak satpam yang baru keluar dari toilet terbelalak kaget.     "Siapa yang minta tolong? Itu bukan suara Siti tapi suara itu berasal dari dalam rumah," pikir satpam Sabirin. "Atau jangan-jangan dia adalah adiknya Tuan Bagas," lanjutnya.     Sabirin segera berlari menghampiri suara itu berasal.     "Tolooong!" teriaknya lagi.     "Tidak ada orang yang mendengar teriakan mu, Cantik! Percuma kamu buang-buang energi! Menurutlah!" desak Gito.     "Tolooong!" Teriak Tiffara lagi dengan histeris dan ketakutan. Badannya gemetaran dengan keringat dingin yang mengucur.     "Hentikan!" Bentak Satpam Sabirin yang tiba-tiba muncul.      Karena merasa terkejut dan terpojok, Gito langsung meraih leher Tiffara. Tangannya menggelayut dari belakang dan menekan sehingga Tiffara sulit bernafas. Ti
Read more
23. Selamat Datang Ke Indonesia
     Malam telah larut, setelah ikut dower dan pemanasan siswa pencak silat, Tiffara beristirahat sambil menunggu sambung.      Sambung adalah istilah dalam pencak silat berupa pertandingan persaudaraan. Saling menjajal kemahiran dalam adu kanuragan. Kelima teman seangkatan Tiffara sudah siap di dalam kalangan sambung, Bagas sebagai wasitnya.      "Tiffa, kalau malam ini kamu bisa mengalahkan kelima letting kamu, minggu depan kita langsung pulang ke Indonesia. Tapi kalau kamu masih gagal, berarti kita masih harus menundanya." Bagas memberi ultimatum kepada Tiffara.     "Baik, Mas Bagas," jawab Tiffara tegas.      Setelah mereka berenam berada di dalam kalangan berbentuk lingkaran, Bagas mulai memberi aba-aba, setelah mereka berjabat tangan.     "Persiapan, ... mulai!" teriak Bagas.      Mereka pun mulai dengan aksi jurus. Tiffara dengan mata
Read more
24. Ahem Kecelakaan Mobil
Kini nama panggilannya Melody atas saran Bagas. Dia ingin adiknya menjadi sosok baru yang tidak bisa dikenali lagi. Mengingat setiap orang yang mendekatinya di masa lalu selalu menyakitinya. Kini Melody mulai masuk perguruan tinggi ternama di kota Jakarta. Dia mengambil Fak. Ekonomi jurusan Manajemen. Penampilannya berubah drastis, seperti seorang gadis culun yang lugu dan sederhana. Kacamata yang besar membuat kesan seperti gadis primitif yang norak. "Usahakan kamu menggunakan kemahiranmu hanya saat kepepet. Terlebih untuk menolong dirimu sendiri dan orang lain yang tertindas!" pesan Bagas. "Jangan khawatir Mas Bagas, aku bisa jaga diriku sendiri." jawab Tiffara menenangkan. "Kalau kamu ingin masuk ke rumah mantan suamimu, dan ingin merawat anak-anakmu, bersabarlah! Kita menumggu waktu  yang tepat, Melody," ujar Bagas memberi harapan. Untuk pertama kalinya panggilan itu disebut untuknya. Semula ada perasaan yang aneh seolah bukan
Read more
25. Hari Pertama Kuliah
Bagas belum siap bila adiknya harus bertemu dengan keluarga yang sudah membuatnya menderita. Apalagi penampilannya saat ini pasti mereka masih bisa mengenalinya. Untuk masuk kembali ke sana butuh persiapan yang matang.Bagas ikut mendadani penampilan hari pertama Tiffara masuk kuliah. Agar siapapun tidak bisa mengenalinya. Kejadian kecelakaan yang menimpa Ahem sekeluarga, sudah cukup membuat Bagas berpikir berulang kali. Ada yang tidak wajar dengan kejadian itu. Tapi Bagas masih sakit hati kepada Ahem, lelaki yang pernah meembuat hidup adiknya sangat menderita bahkan menjanda di usianya yang masih belia."Jangan tunjukkan wajah asli kamu, Melody! Kecelakaan yang menimpa keluargamu bisa menimpa ke kamu juga. Bila mereka tahu kamu sudah pulang ke Indonesia," pesan Bagas sambil duduk di samping Tiffara yang sedang bermake up."Apakah anak-anakku aman bersama mereka di sana, Mas Bagas?" tanya ragu."Tentu saja tidak, tapi kita belum punya cara untuk masuk ke
Read more
26. Terkuak Siapa Virgo Sebenarnya
Ahem mulai banyak merasakan hawa di rumah yang tidak nyaman. Kesepian dan tercekam, rasa tidak percaya pada sekelilingnya. Setelah polisi menyampaikan ada kesengajaan pengerusakan rem mobil. Selang diiris dengan sengaja sehingga minyak rem bocor, padahal mobil baru tidak mungkin ini terjadi. Kejanggalan itu memang tanpa bukti dan tanpa ada pihak yang lapor untuk penyelidikan lebih lanjut. Sehingga masalah ini tenggelam begitu saja. "Paman, dari TKP banyak kejanggalan, aku jadi ingat rencana Paman, apakah ini bagian dari rencana Paman itu?" tanya Virgo berbisik. "Syukur kamu menyadari, ini sedikit pengorbanan Paman buat kamu, Virgo. Bahkan aku bisa melakukan lebih, apapun itu," gumamnya tidak merasa bersalah. "Gila! Aku sudah bilang pada Paman aku tidak butuh semua itu! Aku tidak mau Paman ikut campur masalahku. Cukup!" hardik Virgo. "Aku memikirkan kebahagiaanmu, Virgo. Kamu satu-satunya keponakan kesayangan Paman," Armand merayu.
Read more
27. Dosen Duda Yang Tampan
Sekalipun cacat duduk di kursi roda, ternyata karena kepandaiannya serta lulusan terbaik dari Universitas yang terkenal di London, dia diterima menjadi dosen. Satu minggu sudah Ahem menjadi dosen di Unversitas swasta terkenal di Jakarta. Tekanan hidup dan trauma yang berat menjadikan hidupnya tertekan penuh ketakutan. Selalu ketakutan, anak-anak kesayangannya akan menjadi tarjet kejahatan berikutnya. Setiap pagi kedua anaknya menyertainya pergi ke kampus. Arjun dan Ruhi dititpkan di PAUD, dan di jemput sepulang mengajar. Begitu terus rutinitasnya sekarang. Mulai malam itu saat semua takbir terbuka, tak sekejab pun Ahem melepas anaknya tanpa dia. Pagi itu si gadis culun dengan Scoopy barunya menuju parkiran. Dia asal memarkir motornya karena sudah terlambat. "Selamat pagi, Pak?" sapa Tiffara kepada seorang dosen baru. "Lihat jam berapa sekarang? Ini pertemuan kita untuk pertama kalinya, jadi aku masih memberi toleransi. Tapi mulai pertemuan ber
Read more
28. Sebagai Melody
Tiffara tidak menyangka dosen di kampusnya yang dingin dan killer itu adalah bosnya di tempat kerjanya. Untung dia menyamar sebagai gadis lugu dan culun. Sehingga Ahem tidak tahu bahwa bodyguardnya adalah muridnya di kampus.  Tiffara rela menjadi bahan cemoohan teman-temannya demi penyamarannya. Dia ingin mendapatkan kembali memorinya yang telah hilang, tanpa orang lain tahu bahwa sebenarnya dia sedang amnesia. Tiffara memarkirkan scoopynya dengan asal masuk. Kerena motor barunya takut tergores dengan motor mahasiswa lain, dia mengambil tempat parkir yang longgar dan bahkan ada atapnya sehingga aman dari panas maupun hujan. "Melody, berani amat parkir di situ? Itu tempat parkir preman kampus, tau!" ujar Lusi teman sekelas Tiffara. "Emangnya kenapa, aku punya hak, aku kuliah di sini juga bayar?" jawab Tiffara asal nyeplos. "Dasar kepala batu, lihat saja nanti, aku udah mengingatkan kamu," Lusi kembali mengingatkan. Semenjak mendapa
Read more
29. Big Bos Yang Angker
Tiffara terbelalak kaget, ada ikatan kuat antara Arjun dan Ruhi dan Virgo. Mereka bertiga berpelukan, "Ayo kita ganti baju terus makan dulu, baru main!" ujar Virgo sambil menggendongnya kanan dan kiri. "Melo, tolong bawa aku ke kamarku!" perintah Ahem datar. "Baik, Big Bos," ujar Tiffara. Tanpa disadari Tiffara membawa Ahem ke depan tangga. "Bagaimana kamu membawaku di depan tangga?" tanya Ahem heran. "Bukankah kamar Pak Bos di atas itu?" tanya Tiffara sambil menunjuk kamar utama. "Kok kamu tahu?" sahut Ahem curiga. "Tidak Big Bos asal nebak aja," jawab Tiffara. "Iya itu dulu kamarku, sekarang karena sakit aku tidak mungkin naik tangga makanya aku tidur di kamar bawah," kata Ahem menjelaskan. "Oh begitu Big Bos?" kata Tiffara berkelakar. "Big Bos? Bisa aja kamu ..." ujar Ahem tersenyum. "Oh betapa tampannya bila kamu tersenyum Pak Dosen," batin Tiffara . "Trus kamar Big Bos sebelah mana?"
Read more
30. Kebersamaan Yang Tak Terduga
Ahem sudah selesai mandi, dia berteriak memanggil Tiffara. "Melo ...!" "Iya Big Bos, sudah belum?" tanya Tiffara berteriak. "Sudah Melo!" teriak ketus Ahem menjawab. Akhirnya Tiffara masuk ke kamar Ahem, dia menghampiri Ahem di kamar mandi. "Cepat bantu aku ke luar kamar mandi!" perintah Ahem ketus. "Gimana cara aku membawanya ke luar kamar mandi? Badannya tinggi dan kekar, sedang aku minimalis. Mana aku bisa?" keluh Tiffara dalam hati. "Ayo kenapa bengong di situ?" hardik Ahem. "Iya Big Bos," jawabnya ragu. Tiffara tertegun melihat Ahem yang mengenakan handuk kimono asal saja. Sehingga dadanya yang bidang terbuka dan tampak oleh Tiffara. Dia jadi salah tingkah dan malu menunduk. "Sampai kapan kamu akan berdiri di situ, Melo?" tanya Ahem ketus. "Oh iya Big Bos, sekarang juga datang!" jawab Tiffara bergegas menghampirinya. Tiffara berjalan masuk ke kamar mandi, Ahem bergegas meraih leher T
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status