Home / Romansa / Pesona Duda Keren / 21. Ikatan Batin

Share

21. Ikatan Batin

Author: Roesaline
last update Last Updated: 2021-09-08 21:34:35

     Ahem sudah berjanji tidak ingin menghubungi Indonesia lagi sejak dia menjatuhkan Talaq kepada Tiffara.

    Tapi panggilan tak terjawab begitu banyak dari Virgo. Titin dan Bagas. Ahem sadar ini pasti reaksi dari keterkejutan mereka atas keputusan gegabahnya itu.

     "Apakah ada berita penting lagi, jangan-jangan ...?" pikir Ahem dalam hati.

    Dret ...

    Dret ...

    Dret ...

    Ponsel Ahem kembali berdering untuk kesekian puluh kalinya. Ahem menatap layar ponselnya, ternyata Titin yang menelepon. Akhirnya dengan debar- debar jantungnya dia pun mengangkat teleponnya.

    "Iya halo?" sapanya.

    "Laki-laki brengsek! Apa yang ada di otak kamu, hah? Bagaimana bisa aku melahirkan anak sekejam itu?" serang Titin begitu telepon diangkat.

    "Maafkan aku, Ma! Tiffa lebih bahagia apabila lepas dariku, Ma!" pekik Ahem menangis.

     "Siapa yang bilang, hah?" tanya Titin emosi. "Kamu dengar suara tangis anak-anak kamu kan? Itu karena ada ikatan batin yang tak bisa dipisahkan begitu saja." Lanjutnya sambil mendekatkan ponsel ke dekat Arjun dan Ruhi yang sedang menangis.

    "Papa bilang, Bagas mendesak agar aku segera menceraikan Tiffa. Karena dia ingin membawa Tiffara berobat ke luar negeri. Pernikahanku hanya membuat Tiffara semakin menderita, Ma!" jawab Ahem sambil menangis sedih.

    "Jadi Papamu sudah menghasutmu seperti itu? Dan kamu percaya begitu saja? Kenapa kamu tidak bicara langsung pada Bagas?" cerca Titin.

    "Apakah Papa menghasutku, Ma? Apakah itu artinya Bagas tidak mendesak agar aku menceraikan Tiffa?" tanya Ahem penasaran.

    "Bahkan Bagas mengamuk saat mengambil adiknya. Dia merasa hidup adiknya sedang dipermainkan."

    "Bagas mengambil Tiffa? Kenapa, Ma?" tanya Ahem menyahut.

    "Karena Papamu yang meminta agar Bagas membawanya pergi. Kalau kamu sudah menceraikannya untuk apa dia tinggal di sini?" kata Titin masih dengan emosi.

     Ahem terduduk lemas, dia tidak menyangka kalau papanya sedang berbohong. Dia menangis histeris, apalagi dia mendengar tangisan anak-anaknya yang sedih terlepas dari ikatan batin ibunya. Diantara mereka ada ikatan hati yang orang lain tidak bisa merabanya.

    "Apa yang kamu tangisi, semua telah berakhir. Sekarang kamu bisa bersenang-senang dengan wanita mana pun yang kamu inginkan. Memang kamu dari awal kan tidak pernah mencintai Tiffa. Kejadian itu hanya murni kecelakaan," umpat Titin.

    "Aku memang tidak pernah mencintai Tiffa, itu dulu ma ... tapi beda dengan sekarang. Aku lebih tersiksa dengan rasa rindu dan rasa bersalahku. Apa Mama tahu betapa sakitnya hatiku saat mengucapkan Talaq.

     Hick ... Hick ... Hick ... tangisnya histeris begitu mendapati kenyataan bahwa Bagas tidak pernah menginginkan perceraian itu. Semua adalah rekayasa Abidin yang terhasut bujukan Arman. Sekalipun apa yang dikatakan Armand adalah hal yang masuk akal. Tapi ini membuat Abidin terkesan tak memiliki sedikit pun rasa sayang lagi terhadap Tiffara. Dia merasa ini adalah keputusan yang terbaik untuk Ahem dan anak-anaknya.

    Keinginan menjodohkannya dengan Dania kembali muncul. Anak rekan bisnisnya yang sudah puluhan tahun bekerja sama.

     ***

     Bagas membawa Tiffara ke Singapura. Sejak meninggalkan istana mewah Abidin, Tiffara sudah mulai  meneteskan air mata, ini menunjukkan berarti ada respon terhadap kejadian di sekitarnya. Bagas teringat saat-saat dia menggendongnya pergi meninggalkan anak-anaknya. Ada air bening yang meleleh dari sudut matanya. Berarti selama ini sekalipun dia koma tapi dia masih bisa merasakan sakit dan bahagia.

     Di Singapura Bagas berusaha keras mencari dokter terbaik untuk membuat Tiffara bangun. Dari semua dokter yang ditemuinya selalu dengan pernyataan yang sama bahwa secara keseluruhan Tiffara sudah baik-baik saja. Hanya harus sabar menunggu, harus ada yang bisa menggetarkan emosinya yang bisa membuatnya terbangun.

     Dengan menatap adiknya penuh iba, dia mengusap rambut dan mencium keningnya. Seolah rasa sayang seorang ayah pada anak semata wayangnya.

    "Sayang bangunlah, katakan sesuatu pada Mas Bagas. Jangan biarkan Mas Bagas menderita sendirian. Ingatkah kamu saat kita ikut nenek di desa. Kamu menyelamatkan mas Bagas dan anak kota itu. Kalau tidak ada kamu saat itu, kita berdua sudah terbakar dan meninggal. Tangan kamu ini menjadi saksi betapa baiknya hatimu. Mas Bagas sangat bangga sama kamu." Monolog Bagas sambil membuka lengan adiknya yang senantiasa dia tutupi untuk menyembunyikan bekas luka bakarnya. Dia mengusap lembut lengan bekas luka itu. "Ini saksi bisu pengorbananmu,  bukti cinta dan sayang kamu pada Mas Bagas dan dia. Dimanakah dia sekarang ... anak kota yang lemah dan penakut itu?" lanjutnya. 

    "Ada tamu Pak Bos." Seorang pembantu rumah tangga menghampirinya.

    "Siapa Siti?" tanya Bagas.

    "Orang kantor mau minta tanda tangan, Pak Bos," jawab Siti.

     "Selamat siang Pak, ini ada beberapa berkas yang harus ditandatangani. Dan sekalian mengingatkan nanti ada acara makan malam bersama klien dari Hongkong," kata asisten  kantornya.

     "Iya Lusy, pantau terus tamu dari Hongkong ya, buat mereka nyaman!" pesan Bagas.

     ***

    Bagas sedang menemui tamu di hotel bintang lima di tengah kota di Singapura.

    Di rumah Bagas yang megah itu Siti sedang menerima tamu yang tak lain adalah pacarnya. Dia selalu datang setiap kali rumah lagi sepi tidak ada orang. Seorang satpam selalu bisa dia kelabui sehingga kecolongan.

   Ternyata semua sudah direncanakan. Siti dengan sengaja diberi obat tidur oleh pacarnya. Kerena sebenarnya dia sedang penasaran dengan gadis cantik yang terbaring koma di kamar. Niat jahat mulai muncul di benaknya untuk menjamahnya.

     Dia bernama Gito, pacar Siti yang hanya memanfaatkan Siti untuk mengeret uangnya. Dia selalu datang ke rumah saat Bagas tidak di rumah dan pos satpam Sabirin.yang menjaganya. Dia seorang satpam tua yang hobinya tidur dan mendengarkan lagu-lagu Bollywood.

    Gito perlahan masuk ke kamar Tiffara. Dipandanginya wajah cantik yang tergolek dengan tubuh putih mulus dan berisi. Perlahan Gito duduk di bibir ranjang, tangannya mulai meraba wajah cantik Tiffara. Jantungnya berdebar-debar hingga terasa sesak. Dengan kasar dia menelan salivanya sendiri.

    Gito menatap tajam bibir merona Tiffara. Perlahan di dekatkannya wajahnya ke wajah Tiffara. Bibirnya mulai melumat penuh nafsu. Mengulum dan menjulurkan lidahnya ke dalam liang mulutnya. Tiffara terhentak dengan mata yang tiba-tiba terbuka  lebar. Dia berusaha menggerakkan tubuhnya tapi tak mampu. Air mata terus bergulir di sudut matanya yang indah dan mulai terbuka.

    Tiffara terus berontak tapi tak berdaya. Seolah tubuhnya terbelenggu kuat. Gito semakin membabi buta terburu nafsu birahinya. Dia terus menikmati bibir seksi dan manis itu. Ciuman itu akhirnya turun ke lehernya yang putih dan jenjang. Air mata terus mengucur dengan deras dari sudut matanya.

     Entah apa karena ikatan batin yang teramat kuat, Bagas merasa tidak tenang. Hatinya gelisah seolah ada bayangan Tiffara yang berteriak minta tolong. Dia segera membuka CCTV lewat ponselnya. Dari situ dia melihat bayangan lelaki menyelinap masuk ke kamar Tiffara. Bagas terhenyak berdiri sambil berteriak,

    "Tiffara...!'

     Para tamu kliennya terbelalak kaget. Bagas melesat ke luar hotel sambil berteiak seperti orang kesurupan. Dia membayangkan andai kata dia mengemudikan mobilnya sekencang apapun, tetap terlambat menolong adik kesayangannya. Akhirnya dia berkali-kali menghubungi satpam tapi tidak diangkat. Bagas tahu benar bahwa Sabirin pasti sedang tidur atau memutar lagu Bollywood dengan kencangnya.

     Akhirnya dia memutuskan menghubungi polisi. Bukan itu saja dia juga menghubungi Ketua Kampung. Menghubungi juga ambulans, dan siapa saja yang dekat rumahnya untuk segera menghentikan lelaki mesum itu.

     Satpam Sabirin berlari terburu-buru menuju kamar mandi untuk buang air kecil.

     Bagas melajukan mobilnya bak pembalab Valentino Rossi. Yang terbayang dibenaknya adalah apa  yang pernah terjadi beberapa tahun yang lalu takut terulang lagi. 

     Gito yang sedang kesetanan mulai berani' membuka kancing baju Tiffara. Sontak dia teringat kejadian dua tahun yang lalu yang meninggalkan luka dalam dan membekas. Dengan sekuat tenaga Tiffara mengayunkan tangan mau pun kakinya. Sontak Gito tertendang dengan kuatnya, sehingga dia terjatuh dilantai. 

    "Tolong ... Tolong ... Tolong ...!"

Apa yang terjadi dengan Tiffara? Bisakah dia terlepas dari lelaki bejat itu?

     Bersambung ...

    

     

     

    

.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pesona Duda Keren   52. Arti Sebuah Pengorbanan

    "Ikut aku!" ajak Ahem tiba-tiba."Kemana?" tanya Tiffara penasaran.Ahem tidak menjawab, dia berjalan menuju mobilnya. Tiffara terpaksa mengikuti tanpa banyak bertanya. Para mahasiswa tertegun menatapnya."Masuk!" perintah Ahem singkat."Apa dia yang terpilih?" teriak seorang mahasiswi."Apa benar?" yang lain menimpali.Ahem membukakan pintu dan meminta Tiffara masuk. Tak lama kemudian mobil pun melaju kencang.Dret ... dret ... dret! Ponsel Tiffara berdering, Virgo yang menelepon. Ini saatnya Tiffara membalas Ahem, dia telah membuat hati Tiffara tercekam cemburu karena biro jodoh yang dia buka."Kak Virgo?" sapanya manja."Tiffara, lagi dimana nih?" tanyanya lembut."Lagi jalan, Kak Virgo. Kakak sendiri lagi ngapain?" "Aku lagi suntuk, aku butuh teman ngobrol, Tiffa," kata Virgo sedih."Lagi mikirin apa? Boleh berbagi sama aku, udah makan belum? Apa kita ketemu makan malam saja," Tiffara dengan lembut menawarkannya.Ciiiit!Spontan Ahem menginjak rem dan berhenti. Ternyata sikap gen

  • Pesona Duda Keren   51. Masuk Biro Jodoh

    "Akulah yang pertama jatuh cinta padamu, Tiffa. Dan kamu malah menikah dengan Ahem adikku yang belum kamu kenal sebelumnya. Dan selama menikah pun kamu tidak pernah bahagia, tapi anehnya aku tidak bisa masuk diantara kalian," kata Virgo sedih."Maafkan aku Kak Virgo, yang belum bisa membalas cintamu," jawab Tiffara sedih."Aku tidak akan pernah memaksa perasaanmu, tapi setidaknya kamu mau percaya padaku bahwa aku sangat mencintaimu," Virgo meyakinkan."Duh, kok malah curhat di depanku sih," gerutu Ahem dalam hati.Dret ... dret ... dret! Ponsel Virgo berdering, Diva yang sedang menelepon."Aku keluar dulu, Tiffa!" pamit Virgo."Papa Virgo mau kemana?" tanya kedua bocah kecil itu bersamaan."Papa keluar sebentar, Sayang! Nanti kembali lagi," janji Virgo.Dia segera keluar ruangan dan mengangkat telepon dari Diva."Dimana kamu?" tanya Virgo kasar. Dia berpapasan dengan Bagas tapi Virgo tidak menyadarinya. Sontak membuat Bagas penasaran dan berpikiran ingin membuntutinya dan menguping.

  • Pesona Duda Keren   50. Cinta yang Menyakitkan

    Tiffara mulai membuka matanya, betapa terkejutnya dia berbaring di ranjang rumah sakit. Sebentar dia mengingat-ingat apa yang terjadi. Sontak dia bangun dan hendak turun dari tempat tidur tapi tiba-tiba perutnya mual dan pusing-pusing. Akhirnya kembali dia roboh di tempat tidur. "Tiffa, istirahatlah dulu! Kamu masih terkena pengaruh racun ular," gumam Bagas yang baru saja masuk ruangan. Bagas membantu membaringkan tubuh Tiffara kemudian memeriksa keningnya apakah masih demam ataukah sudah membaik. "Syukurlah kamu sudah membaik, Tiffa," gumam Bagas lega. "Bagaimana keadaan anak-anak dan Kak Ahem, Mas?" tanya Tiffara khawatir. "Anak-anak sudah baik-baik saja, Tiffa. Jangan khawatir!" hibur Bagas. "Gimana dengan Kak Ahem?" tanya Tiffara masih khawatir. "Kenapa kamu mengkhawatirkan dia? Dia kan bukan apa-apa kamu?" tanya Bagas menggoda. "Dia kan papa dari kedua anakku, Mas. Dia juga dosenku, apakah salah kalau aku mengkhawatirkannya?" jawab Tiffara tersipu malu. "Ooo jadi seorang

  • Pesona Duda Keren   49. Mimpi Menjadi Nyata

    Karena jaraknya tidak jauh Bagas dan Tiffara sudah sampai di rumah Ahem. Pintu pagar juga masih tertutup rapat. Dua satpam menjaga dengan aman pintu gerbang, tidak ada tanda-tanda ada orang keluar masuk lewat pintu. Apa itu artinya mereka pelakunya orang dalam sendiri. Din ... din ... din! Klakson mobil dibunyikan, Bagas dan Tiffara telah sampai dan satpam berlari membukakan pintu. Satu-satunya akses untuk keluar masuk rumah itu. "Ada apa, Pak?" tanya Bagas saat turun dari mobil. "Ada penyusup, Mas. Kenapa kamu masih di sini tidak mencari atau mengejarnya?" ketus Bagas. "Bos Ahem yang minta kami berdua harus jaga ketat pintu keluar," jawab salah satu satpam. "Dua bodyguard sudah berusaha mengejarnya,' lanjutnya. Tiffara bergegas berlari menuju rumah, sebelum kaki melangkah masuk dia melihat sekilas bayangan di semak-semak rerimbunan tanaman bunga. Sontak dia berhenti dan berbalik arah. "Mas Bagas, itu dia!" teriak Tiffara. Sontak sosok yang bersembunyi itu pun segera berlari t

  • Pesona Duda Keren   48. Firasat Lewat Mimpi

    Kini acara pertunangan telah selesai. Tiffara diam-diam mengawasi Ahem, apakah benar tidak ada luka di hatinya. Sebelum Tiffara hadir dalam hidupnya, Ahem dan Diva adalah sepasang kekasih. Rasanya tidak mungkin tidak ada luka di hatinya, apakah dia menutupinya? Tiffara sambil memegang foto yang dia temukan di lemari Ahem, dia terus mengingat-ingat. "Ada apa denganmu, Tiffa?" tanya Bagas. "Mas, kemarin Mbak Diva tunangan sama Kak Virgo," ujarku. "Sama Virgo? Iyakah? Hati-hati Tiffa, dia ular! Jaga anak-anakmu!" pesan Bagas. "Sebenarnya Kak Ahem meminta aku untuk tidur di sana agar bisa fokus mengawasi anak-anak. Tapi aku masih minta waktu berpikir, Mas," ungkap Tiffara. "Kenapa harus berpikir, Tiffa? Demi anak-anakmu ke sampingkan egomu, Tiffa," pesan Bagas. "Jangan sampai kamu menyesal," lanjutnya sedih. Tiffa mulai berpikir serius dengan apa yang baru dikatakan Bagas. Selama ini dia belum berpikir sejauh itu. "Ma

  • Pesona Duda Keren   47. Pertunangan Virgo dan Diva

    Tak berselang lama Ahem masuk ke kamarnya. Saat itu Tiffara sedang berdiri di depan pintu akan keluar kamar. Ahem terperanjat, melihat Tiffara yang tampil cantik sekali. Ahem berjalan mendekati Tiffa sehingga membuatnya terdesak mundur. "Apa yang kamu lakukan?" ketus Tiffa. "Aku akan memperkosa kamu lagi," kata Ahem terus menggoda. "Hiks ... hiks ... hiks, silakan! Emang Dede'nya bisa bangun?" balas Tiffa menggoda diiringi tawanya. "Boleh kita coba, kamu akan menjadi kelinci percobaanku," desaknya sambil terus memepet Tiffa sampai terhimpit antara dinding dan tubuh Ahem. "Kak Ahemmmm!" pekik Tiffara sambil memejamkan mata. Tak sadar kedua tangan Tiffara mencengkeram pinggang Ahem membuatnya semakin terbakar birahinya. Bibir sexinya melumat lembut bibir Tiffara. Membuat cengkeraman itu semakin kuat bahkan tak sadar tangan Tiffara melingkar kuat di pinggang Ahem membuat Ahem semakin terjebak dalam pagutannya. "Kak Ahem," desahnya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status