All Chapters of Pesona Duda Keren: Chapter 41 - Chapter 50
52 Chapters
41. Rahasia Tiffara Terbongkar
Ambulans sudah masuk di rumah Ahem. Tim kesehatan sudah berdatangan membawa tandu menghampiri TKP. Virgo dan Arman terkejut melihat  penampilan feminin Melo, karena basah kuyup otomatis lekuk tubuhnya terbaca, ditambah lagi make upnya luntur sehingga terlihat wajah aslinya. Untung ada selimut yang tergeleyak di pinggir kolam. Sontak dia menyahutnya dan menutupkan wajah dan tubuhnya dengan alasan kedinginan. "Siapa kamu?" tanya Virgo ketus. "Kamu seorang wanita ya?" lanjutnya. "Jadi selama ini kamu menyamar sebagai lelaki? Atau kamu adalah penyusup?" sahut Arman. Melo terdiam, dia tampak masih shock. Ahem menatap tajam kearah Melo, membuatnya salah tingkah. "Ahem, kamu tahu ternyata dia seorang wanita, dia menipu kita!" hardik Arman. "Jangan-jangan dia dikirim musuh bisnis kita untuk menghancurkan kita!" lanjutnya emosi. "Dia sudah menolong anak-anakku. Hanya aku yang berhak menentukan sikap, dia bodyguard ku tidak ada sangkut paut
Read more
42. Rencana Pembunuhan si Kembar
Melihat dari kaca, dua bocah mungil itu tergolek dengan banyak kabel dan selang membelenggu tubuhnya sangat menyakitkan. Tiffara terus menangis tak berdaya, berkali-kali ponsel berdering, dia lupa kalau malam sedang ada janji makan malam bersama Bagas. Ponselnya tergeletak di bangku, sedang dia fokus menatap anak-anaknya di jendela kaca. Hah Bagas! Ahem terperanjat melihat di layar ponsel Tiffara profil Bagas. Bergegas tanpa berpikir panjang Ahem menjauh dari Tiffara dan mengangkatnya. "Melody, Mas Bagas sudah lama menunggu nih, jangan-jangan kamu lupa! Ayolah keburu malam, Adikku Sayang! Anak-anak kamu belum pada tidur ya? Coba video call, aku kangen sama keponakanku tercinta!" Bagas nyerocos. Dan tanpa bicara lagi Ahem mengalihkan panggilan video dan mengarahkannya ke Tiffara kemudian ke arah kedua bocah kecil di ruang ICU. "Apa yang terjadi, Melody? Bagaimana keponakanku keduanya terbaring seperti!" teriak Bagas emosi menangis. " Katakan, M
Read more
43. Konspirasi yang Rapi
"Apa maksudnya, Dok?" tanya Tiffara meyakinkan. "Putri Nyonya tidak tertolong," gumamnya sedih. "Ruhiiiiii!" jerit Tiffara histris. "Tidak mungkin!" teriak Ahem. Ahem dan Tiffara bersamaan berlari menghampiri putri kesayangannya. Perawat hendak melepas alat medis yang terhubung dengan tubuh Ruhi. "Ruhi, bangun Sayang! Dengarkan mama baik-baik, mama sangat menyayangi kamu, mama merindukanmu, Sayang! Bangun, Ruhi! Ini mama, Sayang! Beri kesempatan mama untuk menemanimu, menyayangimu!" runtuk Tiffara sambil tangannya menggoyang-goyangkan tubuh mungil yang sudah tidak berdaya itu. "Ambil saja nyawa mama, Sayang, ambil nafas mama!" teriaknya sambil meniupkan dengan kuat nafasnya di mulut Ruhi. "Kamu harus hidup untuk mama, Sayang! Mama juga ingin hidup untukmu, kau dengar kan?" katanya sambil menepuk-nepuk dada Ruhi dengan keras "Apa yang kamu lakukan, Melo? Hentikan!" teriak Ahem marah. "Kamu sudah gila ya?" lanjutnya. "Iya
Read more
44. Perjodohan Virgo dan Diva
"Ma, mama ... mamaku mana, Om Melo?" tanya lirih Ruhi saat membuka matanya. Saat itu Melo sedang tidur di bibir ranjang, pantatnya di kursi. Segera matanya terbuka mendapati Ruhi memanggilnya. "Sayang, kamu sudah sadar? Apa yang kamu rasakan, Sayang?" tanya Melo gugup bercampur bahagia. "Ruhi, kamu sudah bangun?" teriak Arjun. "Sebentar aku panggil dokter!" teriak Melo masih gugup. "Dokter!" teriak Melo di depan pintu. Saking gugupnya, padahal di samping ranjang ada tombol untuk memanggil dokter atau perawat. Tak lama seorang dokter dan seorang perawat datang dengan tergesa-gesa. "Dok, anak saya sudah sadar, tolong periksa dia!" kata Melo bahagia. Dokter memeriksa sekilas tentang  kesehatannya. Perawat membantu memeriksa tensi darahnya. Melo hanya tertegun seolah tak percaya. "Anda siapa?" tanya dokter. "Saya mamanya, maksud saya ... saya pengasuhnya, Dok," jawab Melo gugup. "Mana ke
Read more
45. Suasana Baru di Kampus
Ahem terperanjat dengan perkataan Arman yang mengatakan Virgo tiba-tiba akan menikahi Diva. Padahal sebelumnya Virgo tidak pernah dekat dengan Diva. Entah karena cemburu atau apa, Ahem merasa seolah tidak rela Virgo menikahi Diva dan diajak tinggal bersama satu rumah. Tapi sementara Ahem belum bisa mengungkapkan rasa keberatan itu kepada Virgo. "Aku ganti baju dulu, Melo, tolong bereskan kopiku!" pinta Ahem. Iya, Bos," jawab Melo. Aku mengambil lap dan membersihkan tumpahan kopi. "Kamu bisa bayangkan betapa menderitanya Ahem bila Diva hidup bahagia bersama Virgo," ujar Arman yang tiba-tiba muncul, mengejek. "Jadi paman bahagia bila melihat Ahem menderita, begitu?" tanya Melo. "Bisa dibilang begitu, dia sudah lama bahagia sudah waktunya ganti kakaknya yang harus bahagia," jawab Arman. "Boleh juga, asal bukan dengan cara licik, Paman. Bahagia tidak bisa diraih dengan cara kotor," ujar Melo. "Anda bisa melakukan sesuka hat
Read more
46. Pengorbanan Virgo
"Mana ada impoten malah dipamerkan, di gembar-gembor kan, malah kita tidak percaya dong!" sahut mahasiswi sambil ngekeh. Sambil berlalu Dosen Ahem tertawa kecil. Melody terus memantaunya dari jauh, dia mengikuti dari belakang. Kini dia sembunyi dibalik pot besar di pinggir jalan. "Kok cepat menghilang sih?" gerutu Melody kesal sambil beranjak bangun. Saat hendak beranjak bangun, dia mendapati bayangan sosok lelaki berdiri di sampingnya. Perlahan dia mendongak ke atas. "Hah!" pekiknya. "Bagaimana bapak tiba-tiba di sini?" lanjut Melody terkejut. "Kamu sendiri ngapain di sini, ngikuti aku kan?" tanya Ahem menohok. "Apa? Mengikuti bapak? Ya nggaklah!" teriakku membantah. "Melody atau Tiffara ya? Ya Melody sajalah terlanjur terbiasa dengan Melody di kamus. Tolong bawakan tas dan bukuku ke ruanganku!" perintah Dosen Ahem. "Saya, Pak?" sahut Melody bertanya. "Iya, kamu. Kenapa? Nggak mau, Bodyguard Melo?" desak Ahem.
Read more
47. Pertunangan Virgo dan Diva
Tak berselang lama Ahem masuk ke kamarnya. Saat itu Tiffara sedang berdiri di depan pintu akan keluar kamar. Ahem terperanjat, melihat Tiffara yang tampil cantik sekali. Ahem berjalan mendekati Tiffa sehingga membuatnya terdesak mundur. "Apa yang kamu lakukan?" ketus Tiffa. "Aku akan memperkosa kamu lagi," kata Ahem terus menggoda. "Hiks ... hiks ... hiks, silakan! Emang Dede'nya bisa bangun?" balas Tiffa menggoda diiringi tawanya. "Boleh kita coba, kamu akan menjadi kelinci percobaanku," desaknya sambil terus memepet Tiffa sampai terhimpit antara dinding dan tubuh Ahem. "Kak Ahemmmm!" pekik Tiffara sambil memejamkan mata. Tak sadar kedua tangan Tiffara mencengkeram pinggang Ahem membuatnya semakin terbakar birahinya. Bibir sexinya melumat lembut bibir Tiffara. Membuat cengkeraman itu semakin kuat bahkan tak sadar tangan Tiffara melingkar kuat di pinggang Ahem membuat Ahem semakin terjebak dalam pagutannya. "Kak Ahem," desahnya
Read more
48. Firasat Lewat Mimpi
Kini acara pertunangan telah selesai. Tiffara diam-diam mengawasi Ahem, apakah benar tidak ada luka di hatinya. Sebelum Tiffara hadir dalam hidupnya, Ahem dan Diva adalah sepasang kekasih. Rasanya tidak mungkin tidak ada luka di hatinya, apakah dia menutupinya? Tiffara sambil memegang foto yang dia temukan di lemari Ahem, dia terus mengingat-ingat. "Ada apa denganmu, Tiffa?" tanya Bagas. "Mas, kemarin Mbak Diva tunangan sama Kak Virgo," ujarku. "Sama Virgo? Iyakah? Hati-hati Tiffa, dia ular! Jaga anak-anakmu!" pesan Bagas. "Sebenarnya Kak Ahem meminta aku untuk tidur di sana agar bisa fokus mengawasi anak-anak. Tapi aku masih minta waktu berpikir, Mas," ungkap Tiffara.  "Kenapa harus berpikir, Tiffa? Demi anak-anakmu ke sampingkan egomu, Tiffa," pesan Bagas. "Jangan sampai kamu menyesal," lanjutnya sedih. Tiffa mulai berpikir serius dengan apa yang baru dikatakan Bagas. Selama ini dia belum berpikir sejauh itu. "Ma
Read more
49. Mimpi Menjadi Nyata
Karena jaraknya tidak jauh Bagas dan Tiffara sudah sampai di rumah Ahem. Pintu pagar juga masih tertutup rapat. Dua satpam menjaga dengan aman pintu gerbang, tidak ada tanda-tanda ada orang keluar masuk lewat pintu. Apa itu artinya mereka pelakunya orang dalam sendiri. Din ... din ... din! Klakson mobil dibunyikan, Bagas dan Tiffara telah sampai dan satpam berlari membukakan pintu. Satu-satunya akses untuk keluar masuk rumah itu. "Ada apa, Pak?" tanya Bagas saat turun dari mobil. "Ada penyusup, Mas. Kenapa kamu masih di sini tidak mencari atau mengejarnya?" ketus Bagas. "Bos Ahem yang minta kami berdua harus jaga ketat pintu keluar," jawab salah satu satpam. "Dua bodyguard sudah berusaha mengejarnya,' lanjutnya. Tiffara bergegas berlari menuju rumah, sebelum kaki melangkah masuk dia melihat sekilas bayangan di semak-semak rerimbunan tanaman bunga. Sontak dia berhenti dan berbalik arah. "Mas Bagas, itu dia!" teriak Tiffara. Sontak sosok yang bersembunyi itu pun segera berlari t
Read more
50. Cinta yang Menyakitkan
Tiffara mulai membuka matanya, betapa terkejutnya dia berbaring di ranjang rumah sakit. Sebentar dia mengingat-ingat apa yang terjadi. Sontak dia bangun dan hendak turun dari tempat tidur tapi tiba-tiba perutnya mual dan pusing-pusing. Akhirnya kembali dia roboh di tempat tidur. "Tiffa, istirahatlah dulu! Kamu masih terkena pengaruh racun ular," gumam Bagas yang baru saja masuk ruangan. Bagas membantu membaringkan tubuh Tiffara kemudian memeriksa keningnya apakah masih demam ataukah sudah membaik. "Syukurlah kamu sudah membaik, Tiffa," gumam Bagas lega. "Bagaimana keadaan anak-anak dan Kak Ahem, Mas?" tanya Tiffara khawatir. "Anak-anak sudah baik-baik saja, Tiffa. Jangan khawatir!" hibur Bagas. "Gimana dengan Kak Ahem?" tanya Tiffara masih khawatir. "Kenapa kamu mengkhawatirkan dia? Dia kan bukan apa-apa kamu?" tanya Bagas menggoda. "Dia kan papa dari kedua anakku, Mas. Dia juga dosenku, apakah salah kalau aku mengkhawatirkannya?" jawab Tiffara tersipu malu. "Ooo jadi seorang
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status