All Chapters of Pesona Duda Keren: Chapter 11 - Chapter 20
52 Chapters
11. Selamat Tinggal Sayang
     Ahem memandang dalam wajah Tiffara yang ketakutan dengan air matanya yang bergulir di pipinya yang putih. Ahem jadi merasa bersalah seolah menorehkan rasa trauma yang dalam pada gadis itu.     "Apa yang aku lakukan pada malam itu sehingga dia sedemikian terlukanya?" tanya Ahem pada dirinya sendiri.      "Tiffa tatap mataku!" bisik Ahem.      Mata itu terpejam kuat, dengan keringat dingin dan gemetar. Ahem menatap dengan perasaan bersalah yang sangat dalam.      "Bagaimana cara aku menyembuhkan lukamu, Tiffa?"     "Please Tiffa, tatap mataku ... aku tidak akan menyakitimu. Aku berjanji tidak akan menyentuhmu tanpa kamu yang menginginkannya," lanjutnya.      Tiffa perlahan membuka matanya, dia memandang Ahem merasa bersalah. Tiffa ingin membuat Ahem bahagia tapi kenapa dia tidak bisa melayani Ahem sebagai suaminya?     "M
Read more
12. Maafkan Aku Tiffara
     Ahem terpaku menatap Tiffara dalam dekapan Virgo dan dibawa menuju mobil. Titin berlari kecil mengikuti Virgo karena langkah Virgo yang cepat dan panjang sebagai lelaki perkasa.     Ahem menatapnya dari belakang dengan perasaan bersalah dan menyesal.    "Tiffa ...," desahnya.     Ahem hendak berlari mengejar mereka, tapi Diva menghentikannya sambil menarik tangannya.     "Apa yang akan kamu lakukan, Ahem? Kamu sadar sebentar lagi kamu harus terbang! Tiffa sudah diurus oleh kakak kesayanmu itu sama mamamu. Kamu jangan hancurkan masa depan kamu! Dia tidak apa-apa Ahem, kamu jangan berlebihan!" hardik Diva marah.     "Dia tidak boleh stres, dia terlalu lemah! Bagaimana aku bisa berpikir jernih?" keluh Ahem panik.     "Ahem, dengarkan aku ... sekarang juga kamu masuk sebentar lagi pesawat take off, cepat!" desak Diva.     Bagai kerbau dicocok
Read more
13. Ahem Cemburu
      Virgo membukakan pintu untuk Tiffara, dengan tersenyum lembut Tiffara pun menyambutnya.     "Terima kasih Kak Virgo," ucap Tiffara.     "Baik Tuan putri," jawab Virgo menggoda.      Tiffara tidak merespon Virgo yang  sedang menggodanya. Kini Virgo sudah duduk dibangku kemudi. Dia melihat Tiffara yang belum mengenakan sabuk pengaman.     "Pakai seat belt, sayang!" Bisik Virgo yang tiba-tiba wajahnya mendekati  wajah Tiffara. Matanya menatap tajam mata Tiffara, sehingga dia salah tingkah. Bukan saja aroma tubuhnya yang tercium kuat, tapi hangatnya nafas Virgo pun terasa terhembus di wajah Tiffara. Detak jantung Virgo mulai terdengar jelas oleh Tiffara.      Kini Tiffara terpaku tak berkutik, bahkan untuk menggeser tubuhnya yang sedikit tertindih pun tidak berani. Tatapan Virgo semakin tajam, pandangan matanya mulai menatap bibir merona yang sexi yang mengg
Read more
14. Ahem Terjerat Masa Lalu
     Ahem mulai gelisah membayangkan kalau saja Tiffara tahu Diva disini, pasti dia akan ngedrop seperti saat di bandara beberapa bulan yang lalu.       "Diva, kayaknya kamu harus segera kembali ke Indonesia deh! Aku tidak mau sampai keluargaku mengetahuinya, hancurlah aku nanti, Diva! Please!" pintanya sambil menelangkupkan kedua tangannya.     "Tidak Ahem, aku masih ingin tinggal di sini. Aku tidak mau jauh dari kamu. Kenapa sih yang kamu pikirkan cuma perasaan mereka. Kamu tidak pernah memikirkan bagaimana dengan perasaanku!" hardiknya.     "Kamu sudah satu bulan di sini, aku takut Tiffa curiga." kata Ahem gelisah.     "Tiffa lagi ...Tiffa lagi! Kenapa sih kamu masih pedulikan dia sekalipun sedang bersamaku?" hardiknya lagi.     "Karena dia sedang mengandung anakku, aku takut terjadi sesuatu padanya. Aku sudah berjanji untuk selalu menjaganya." Gumamnya pelan sambil meman
Read more
15. Berita Viral Ahem dan Diva
     Ahem terpana melihat Diva yang keluar kamar mandi dengan handuk kimono, yang sengaja membuat belahan agar pahanya terbuka. Rambutnya yang basah dan aroma tubuhnya yang harum tampak segar dan menggoda.     Ahem terus menatap tanpa berkedip, dia membayangkan mulai besuk dia sudah tidak bisa melihat pemandangan itu lagi.     Diva yang menyadari kalau Ahem sedang mengaguminya bergegas menghampirinya. Tangannya melambai pas di depan mukanya, dia memeriksa apakah Ahem sedang melamun? Tapi Ahem yang sadar dengan apa yang sedang dilakukan Diva, dia sontak menangkap tangan Diva. Dia menggenggamnya dengan kuat sambil mendorong tubuh Diva sampai terpelanting di atas kasur. Dan handuk kimono yang asal menutup itu terbuka. Sehingga dengan bebas Ahem menatap pemandangan yang menggiurkan itu. Tekanan darah melonjak ke otak, terasa panas dingin menjalar ke seluruh tubuhnya. Detak jantungnya berdegup kencang. Sesaat mereka berdua saling berpand
Read more
16. Penyesalan Ahem
      Akhirnya mereka berdua mulai masuk Bandara. Diawali dengan pemeriksaan identitas, kemudian  pemeriksaan awal semua barang bawaan. Dan Ahem mulai check in mandiri dengan mesin yang sudah di sediakan di bandara.     Dia mulai dengan dramanya, dia berpura-pura menerima telepon dari kampus agar dia tidak ikut pulang bersama Diva ke Indonesia.    "Iya selamat siang Pak?" sapa Ahem sambil berdiri dan mondar mandir di depan Diva.    "Apa, jadi saya masih harus tanda tangan dan mengisi form itu, Pak? Iya ... masalahnya saya mau berlibur ke Indonesia. Ini saya sudah di Bandara. Oh begitu ya Pak? Jadi saya harus tetap ke kampus dulu? Baik ... baik, saya segera kesana, terima kasih!" Lanjutnya berpura-pura bicara di telepon.    "Diva aku harus ke kampus dulu, kamu pulang saja dulu ke Indo aku segera menyusul!" ujar Ahem berpura-pura sedih.    "Kok bisa sih Ahem, ada masalah
Read more
17. Terpaksa Harus Dilahirkan
     Virgo masih tegang menunggu dokter menjelaskan keadaan Tiffara. Dokter menatap Virgo dengan ragu karena melihat Virgo seorang diri.      "Bapak yang tabah ya, istri Bapak terpaksa harus segera dioperasi. Ini keadaan yang sangat darurat, bayi harus segera dilahirkan. Nyawa ibu dan anak dalam bahaya. Terjadi preeklamsia pada istri Bapak." Dokter menjelaskan dengan hati-hati.      "Tolong istri saya dokter! Lakukan yang terbaik untuk menolong mereka. Apakah anak-anak saya siap untuk dilahirkan dokter? Apakah sudah cukup umur?" tanya Virgo gugup.     "Ini bukan lagi masalah cukup atau belum cukup, tapi menyelamatkan nyawa keduanya,  atau paling tidak salah satu diantaranya bisa kami tolong," ujar dokter sedih.     "Apa kata dokter? Lakukan yang terbaik dokter, selamatkan keduanya!" pekik Virgo sambil menangis pilu.      Ponselnya masih terhubung dengan Ahem,
Read more
18. Tiffara Koma
     Dokter dengan muka bersedih menemui keluarga pasien.     "Bagaimana keadaan anak saya, dokter?" tanya Titin ragu.     "Keadaan pasien masih kritis, ada pendarahan dan kami sedang berusaha menghentikannya." Kata dokter menjelaskan dengan hati-hati.     "Kenapa tiba-tiba ada pendarahan, Dokter?" Virgo menyela penuh emosi.     "Terjadi komplikasi ...tenangkan hati kalian! Kalau sudah tenang saya akan jelaskan di ruangan saya!" Dokter yang tampak lelah itu masuk ke dalam ruang kerjanya.     "Ada apa dengan Tiffara, Ma?" pekik Virgo menangis.     "Bagaimana mungkin kamu sebegitu perhatiannya, padahal dia istri adikmu, Virgo?  Begitu dalamkah rasa cintamu padanya?" batin Titin.     Dua orang perawat keluar dari ruang operasi. Virgo dan Titin menghampirinya.     "Bolehkah kami melihat pasien, Sus?" tanya Virgo. &nbs
Read more
19. Surat Talak Dari Ahem
     Armand selalu menjadi Sengkuni dalan keluarga Abidin. Tak henti-hentinya menghasut ke sana-sini.      Sore itu Abidin bermain bola dengan kedua cucunya yang baru bisa berjalan, di halaman belakang. Mereka tampak bahagia, Titin sedang mengamati sambil tertawa.     "Tiffa, andai saja kamu tahu betapa lucu dan menggemaskannya anakmu, kamu pasti bahagia dan bangga," gumamnya dalam hati.     "Sore, Mbak?" sapa Armand.     "Selamat sore, Armand," jawab Titin.     "Mana Mas Abidin, Mbak?"      "Itu lagi main sama cucunya," jawab Titin sambil menunjuk ke arah Abidin.      Armand bergegas menghampiri Abidin di taman belakang rumah.    "Lagi olah raga, Mas?" tanya Armand yang mendekati Abidin.     "Iya Armand, ini momong cucuku," ujarnya sambil tertawa kecil sambil melempar bola ke arah Arjun.
Read more
20. Bagas Menjemput Tiffara
     Resmi sudah Ahem menyandang duda muda yang keren. Semenjak dia mengikrarkan Talaq saat itu, rasa trauma menghantui Ahem. Ada penyesalan yang tak bisa digambarkan. Andai saja saat itu dia tidak gegabah menuruti keinginan papanya. Harusnya Ahem sabar menunggu sampai Tiffara sadar dari koma. Dia harus mendengar dari mulutnya sendiri, "Benarkah dia ingin lepas dari Ahem?"      Ahem tidak berani telepon dan menanyakan kabar dan keadaan Tiffara dan anak-anaknya. Ada rasa bersalah yang teramat dalam dan menghantui.     Dret ...     Dret ...     Dret ...     Ponsel Bagas berdering, saat itu dia sedang ada rapat di ruangannya. Sebuah perusahaan yang baru dirintisnya di Singapura sebagai anak cabang perusahaannya yang di Jakarta.      "Maaf rapatnya sampai di sini dulu, besuk kita lanjutkan lagi. Oh ya, untuk penawarannya kita buat selimit mungkin Pak Yusuf
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status