All Chapters of Secret Agent Maddox: Chapter 91 - Chapter 100
110 Chapters
Chapter 91. Games Behind Everything
“Titus menawariku pekerjaan. Menjadi kaki tangannya, secara resmi tentunya.” Joe meneguk bir dengan kernyitan di mulut. “Oh, ya? Aku tidak tahu jika pejabat seperti dia membutuhkan karyawan seperti itu.” Maddox mengambilkan kakaknya botol kedua. Joe menerima dan mengucapkan terima kasih. Mereka duduk di balkoni, memandang pemandangan New York yang masih sibuk pada malam itu. “Mirip seperti secret agent. Titus adalah pejabat yang memegang otoritas tunggal di negara bagian Massachusetts dan sekitarnya saja, ekonomi yang ia tangani meliputi kawasan nasional. Titus Gurning adalah manusia penting kedua di negeri ini. Haruskah aku menerima penawarannya?” tanya Joe, membutuhkan pendapat untuk memutuskan. Maddox menoleh ke arah kakaknya. “Joe, menurutku kita harus memulai hidup baru. Menjadi buron atau pembunuh bayaran bukan hal yang membuat hidupmu tenang, bukan? Well, menerima pekerjaan itu juga tidak akan membuat tidur kita nyenyak, tapi setidaknya pekerjaan itu akan memberi kita tuju
Read more
Chapter 92. Protection She Needs
Foxy mencoba menyusun kata sebaik mungkin untuk menuturkan situasinya saat ini. Ia bahkan memberikan ponsel tersebut pada Maddox. Pesan dari Arthur terbaca semuanya dan pria itu tertegun. “Dia menargetkan dirimu?” Foxy mengusap bibirnya dengan gugup. “Ya, aku tidak heran dengan Russel melakukan itu. Tapi yang aku sesalkan, kenapa dia masih menuntutku, sementara semua sudah aku berikan? Dia manusia yang sangat licik, Mad.” Ponsel Foxy ia berikan kembali dan Maddox melepaskan sepatu dan jasnya. “Tidak mengherankan memang. Dulu dia mengincarmu, tapi tidak ada niat membunuh karena kau masih dia butuhkan. Sekarang, semua sudah dia dapatkan. Kau bisa menjadi ancaman baginya jika buka mulut pada pihak yang berwajib, alasan yang tepat untuk menghilangkan nyawamu.” Maddox menggelengkan kepala, tidak bisa dipercaya dirinya terus terlibat dalam kesusahan pengacara tersebut. “Apakah kau menyalahkan aku karena mengambil keputusan untuk menyerahkan diri pada Russel?” tanya Foxy. “YA!” Bulat
Read more
Chapter 93. Send Your Love to Someone Better
Makan malam itu berlangsung baik. Obrolan terlontar begitu saja dan Foxy mulai menyadari jika Maddox tidak lagi seketus dulu. Ada sesuatu yang berubah dalam diri pria tersebut. Pria yang dulu Foxy kenal sebagai sosok menyebalkan, kini jauh lebih bahagia saat menceritakan kebersamaannya dengan Joe. Ada raut yang begitu bersemangat ketika Maddox menyebut Joe sebagai kakak. “Rasanya menyenangkan, saat tahu kau tidak sendiri di dunia ini. Aku menemukan tujuan hidup baru karena setiap hari berharap bisa menceritakan sesuatu pada Joe.” Mata biru itu tampak berbinar ketika menceritakan kisah hidupnya saat ini. Foxy tersenyum hangat. “Semoga kalian bisa menebus waktu yang hilang selama ini.” Maddox mengangguk dan meneguk anggur putihnya dengan puas. “Ya, aku yakin kami akan menempuh tahun-tahun luar biasa nantinya.” Dua jam berlalu dan kini mereka berniat kembali ke hotel. Sembari berjalan kaki, Maddox menunjukkan pada Foxy mengenai beberapa memori yang dia dapatkan saat berada di kota
Read more
Chapter 94. Tortures by Feeling
Sudah sepuluh botol bir habis Maddox tenggak. Namun jam di pergelangan tangan masih menunjukkan pukul dua dini hari. Waktu terasa lambat dan bergerak seperti enggan. Maddox tidak ingin kembali ke kamar, dan masih menunggu berita dari Nick untuk langkah selanjutnya. Meski Nick menginginkan Foxy untuk dalam perlindungan mereka karena berharap mendapat informasi berharga, tapi Maddox memiliki pandangan lain. Dia serta merta membantah keinginan Nick tanpa memberitahu alasannya. Dengan sikap bosan dan mulai mengantuk, Maddox akhirnya harus beranjak dari bar yang tampak sepi tersebut. Hanya sejauh seratus meter dari losmen, detektif itu berjalan pulang. Baru saja menginjakkan kaki di halaman penginapan, ia melihat Foxy duduk di teras kamar yang terletak di lantai dua. Ada tangga yang langsung mengarah ke kamar tersebut. Maddox menatap lekat pada Foxy dengan wajah penuh tanya. Kaki itu menaiki anak tangga satu persatu. Saat tiba di atas, Foxy menegakkan tubuhnya yang sempat bersandar.
Read more
Chapter 95. Waters Through Her Eyes
Pukul sepuluh lebih satu menit, Maddox meminta Foxy segera bersiap untuk meninggalkan losmen tersebut. Karena sudah mempersiapkan diri, keduanya segera bergegas keluar menuju ke tempat yang Nick arahkan untuk mereka datangi. Stasiun kereta adalah lokasi yang akan membawa Maddox dan Foxy menjauh dari jangkauan para pemburu. Tidak berapa lama, keduanya sudah duduk di dalam kereta yang melaju menuju ke luar kota. Foxy menatap ke arah jendela kaca, di luar menampilkan pemandangan malam yang pekat. Hanya jajaran pohon pinus yang sesekali terlihat, karena pantulan sinar dari kereta yang mereka tumpangi malam itu. “Apakah hidupku akan selalu dalam pelarian?” Setengah bergumam, Foxy melontarkan pertanyaan dengan wajah sendu. Maddox melipat korannya, lalu mengalihkan pandangan pada Foxy disertai helaan napas panjang. “Aku mengalami hidup dalam pelarian, selama bisa mengingat. Mungkin sejak kecil, kalau tidak salah.” Maddox menaikkan gerai penutup kacanya ke atas. Foxy mendengarkan kali
Read more
Chapter 96. Time is Passed, Move Along
Kereta berhenti di sebuah stasiun yang Foxy tidak tahu berada di belahan dunia mana. Rasanya dirinya tidak pernah ia mengunjungi tempat ini. Tepat pukul sembilan pagi, keduanya keluar dari stasiun tersebut. Udaranya cukup hangat dan ini yang Foxy butuhkan. Musim panas untuk mencarikan otaknya yang mulai membeku. Maddox memintanya bergegas. Mereka menuju ke tempat parkiran dan seorang pria berjas hitam rapi mengangguk pada Maddox serta meminta untuk mengikuti ke mobil yang telah menunggu. Tanpa bertanya, Foxy mengikuti serta diam sepanjang jalan. Maddox juga terlihat sibuk dengan pikirannya sendiri. Begitu sampai di sebuah rumah yang begitu besar dan megah, di lereng sebuah bukit, Foxy berdecak dengan terkagum-kagum. Desain rumah bergaya Victorian itu memang luar biasa. Kolam renang infinity mengalir dari ruang tengah ke luar, memamerkan pemandangan lembah yang menakjubkan. Ingin rasanya ia melompat ke dalam kolam yang biru dan bening tersebut. Tubuhnya terasa penat dan lelah. Bere
Read more
Chapter 97. Shifting the Heart
Perasaan Joe untuk Foxy memang belum sepenuhnya hilang. Tapi, ketika menyaksikan mantan kekasih tidak menginginkan keberadaannya dan Maddox bisa diandalkan untuk menjaga, Joe memilih mundur. Anehnya, dia tidak merasa kehilangan atau kecewa sedikit pun. Memang sulit mengenyahkan rasa pada seseorang yang begitu berkesan dalam hidup. Bagi Joe, Foxy adalah perempuan yang menyadarkan, bahwa cinta itu nyata dan ada. Dengan Foxy juga, Joe bisa menjadi pria paling bahagia. Foxy mengenalkan padanya bentuk luapan emosi lain yang dinamakan kasih sayang. Sentuhan sederhana bisa membuat jiwanya bergetar serta jantungnya terpacu cepat. Sementara keintiman bukan sekedar penetrasi, tapi penyatuan dua tubuh yang saling menginginkan satu sama lain dalam gejolak birahi membara. Menginginkan kebersamaan mereka laksana candu yang terus menuntut. Bercinta bukan lagi sesuatu yang mengejar nikmat. Saling bercumbu adalah sebuah ritual indah, melibatkan penyerahan jiwa dan raga. “Dia seperti tidak berh
Read more
Chapter 98. Happiness to Mourning
Shelby baru saja menerima pesan dari Joe, yang membuat wanita itu terhenyak. Siapa yang bisa menduga, jika Joe mengirim kalimat yang bagi Shelby sangat berharga sekali? Berkali-kali ia membaca dan meyakinkan diri tidak salah melihat, tulisan itu tetap sama. Setelah sekian lama Shelby memendam perasaan dan hanya berpuas diri dengan dekat saja, sepertinya kini mulai ada angin segar yang membuka kesempatan tersebut. Tangan Shelby mengetik pesan dengan cepat dan bersemangat. Bukan untuk membalas pesan Joe karena pria itu tidak pernah membutuhkan tanggapan. Apa yang Shelby lakukan saat ini adalah pembatalan kliennya. ‘Maaf, aku tidak bisa sekarang. Semua pelayananku telah ditiadakan.’ Pesan itu ia kirimkan pada tiga orang dan Shelby menarik napas panjang. Matanya merebak, untuk pertama kalinya dalam hidup, seseorang menginginkan dia begitu mendalam. Joe bahkan menyebutnya sebagai milik dia. Hati siapa yang tidak bahagia, jika lelaki yang telah mengenal baik dan burukmu, masih sanggup
Read more
Chapter 99. Bullet of Betrayal
Lima jam yang lalu …. Arthur baru saja selesai merapikan meja makan dan menata piring dengan kombinasi alat makan yang seragam. Russel memasuki ruangan itu, tanpa bicara. Mafia tua tersebut duduk dan menatap Arthur dengan mata terpicing. “Arthur!” Setengah tersentak dan terkejut, Arthur menoleh. “Astaga, Tuan Brown! Kau membuatku terkejut!” Russel tersenyum simpul dan mengalihkan pandangannya pada piring-piring porselen miliknya. “Berapa lama kau bekerja untukku, Arthur?” “Entahlah. Aku sudah tidak pernah menghitungnya, Tuan Brown. Yang pasti, sebagian besar hidupku habis untuk mengabdimu di pulau ini.” Russel manggut-manggut membenarkan. “Kau begitu setia dan loyal. Aku menyukai dedikasimu.” Arthur terus melanjutkan pekerjaannya dan hanya menimpali dengan senyum. “Wine apakah yang kau akan sajikan untukku malam ini?” Arthur meraih salah satu botol dari trolinya dan membaca tulisan yang tertera pada botol tersebut. “Pinot Noir, dari Bordeaux, Tuan Brown.” Russel mengangg
Read more
Chapter 100. Perfect Way to Revenge
Foxy menatap kuburan Arthur yang baru saja selesai ditaburi dengan bunga. Beberapa orang datang dan memberikan pernghormatan terakhir untuk Arthur. Tidak banyak yang pria itu kenal selama ini. Foxy bahkan tidak mengetahui siapa kerabat Arthur di Inggris. Semenjak lima belas tahun lalu, Arthur mengabdikan hidup pada Russel dan seluruh lingkar sosialnya tak lagi ada. Dari jauh Maddox mengawasi Foxy yang masih berdiri dengan sikap rapuh. Payung hitam yang tadinya menaungi tubuhnya dari hujan gerimis, telah Foxy singkirkan. Guyuran air membasahi gaun juga kerudungnya. Ini jauh lebih menyakitkan dari kematian Peter. Foxy dekat dengan Arthur selama beberapa bulan terakhir hidupnya. Mereka merencanakan untuk menumbangkan Russel dengan cara yang sangat matang. Sayang, semua harus tertunda dan Foxy tidak ingin lagi berhubungan dengan manusia yang bernama Russel sedikit pun! Sudah satu jam berlalu. Hujan semakin deras dan Maddox mulai gundah karena Foxy belum juga menunjukkan tanda-tanda se
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status