All Chapters of Dipaksa Menikahi Pangeran Kejam: Chapter 31 - Chapter 40
222 Chapters
XXXI
“Apa kabarmu? Aku kangen!” jerit Gisella riang kemudian menghambur ke pelukan Amanda. Gadis bersurai perak itu mati-matian menahan tubuh gemetarnya. Amanda melirik kaku pada Aime. Apa Gisella akan berlaku kasar padaku di depan Aime? Apa ia akan memperlakukanku seperti di rumah? “Ka-kau datang, No- ah Gi-Gisella?” tanya Amanda dengan tangan menggenggam erat kain roknya. Memutuskan untuk berakting seperti yang ibu tirinya contohkan; sebuah 'keluarga yang rukun.' Gisella tersenyum licik. 'Kenapa ia belum mati? Dan ia mulai bertingkah setara denganku?'. “Aku ingin menemuimu, kudengar kau hidup enak di sini.” “Be-begitulah," tanggap Amanda
Read more
XXXII
Di kaki bukit dekat Exilas. Legiun hitam Illarion Black baru saja selesai mendirikan tenda, sebelum mentari tenggelam di ufuk barat. Sesuai perkataan Aime, pemberontakan yang berasal dari sisa-sisa pasukan royal Exilas dapat dengan mudah dibungkam  oleh tentara hitam. Andreas baru saja keluar dari tenda Illarion dengan muka kecewa. Yurigov tertawa senang, kontras dengan ekspresi rekan seperjuangannya itu. "Dia tak sepertimu, Pangeran Hitam adalah menantu impianku," canda Yurigov disusul suara tawa yang menggelegar khas pria dari pegunungan Arpen, daerah utara Anarka. "Aku hanya menghargai perjanjian dengan wanita itu," sambar Illarion yang sudah berdiri di depan pintu tenda hitamnya. Hal yang baru saja terjadi, Andreas -seperti biasa- menawari Pangeran Hitam wan
Read more
XXXIII
Yurigov melihat Andreas menggelengkan kepalanya. Pria yang tingginya melebihi Pangeran Hitam itu kemudian menunduk mempersilahkan Illarion untuk memberikan hukuman pada anak itu. Sambil menepuk pundak Andreas, Yurigov berkata, "tenanglah, Tuan tahu apa yang akan ia lakukan. Kita hanya perlu diam dan dengarkan." "Saat seperti ini aku hanya ingin Tuan kerja kelompok akuntansi," desah Andreas. Para prajurit yang ada di sana tampak menggeleng kasihan begitu melihat anak kecil itu digelandang ke lapangan terbuka oleh Pangeran Hitam. "Kenapa kau mencuri?!" tanya Illarion mencekam siapapun yang mendengarnya, terutama anak kecil dihadapannya. "A-aku kelaparan Tuan, saudara-saudaraku butuh makan, kami benar-benar kelaparan, hiks!
Read more
XXXIV
Amanda berdiri gugup, gadis itu mengenakan pakaian berwarna biru langit dengan renda putih tulang, warna yang berpadu begitu sempurna dengan kulitnya yang seputih kapas. Dengan rambut yang digelung tinggi menampilkan garis leher yang cantik, gadis itu mengerjapkan mata ketika melihat kereta Pangeran Hitam dari kejauhan. Seukir senyum tercipta di wajah pria yang ahli berperang itu-Illarion, melihat seisi istana Hitam menyambutnya. Senyum yang tak pernah muncul ketika dahulu selalu dilakukan penyambutan yang sama, entah apa yang membuat sebuah perasaan senang hingga garis lengkung itu menghiasi wajahnya. Apa kalian tahu? “Illarion!” seru Amanda ketika kucing hitamnya melompat ke lengan Pangeran Hitam.  “Kau merindukanku?” tanya Illarion sambil mengelus kucing itu, yang di balas dengan lantang oleh Illarion-kuc
Read more
XXXV
Illarion memandangnya dengan heran, sedangkan Amanda terlihat terkejut, tapi buru-buru menundukkan kepalanya. ‘Serius adikmu kenapa sih?’ sebenarnya pertanyaan itu yang ingin Illarion lemparkan pada Amanda menggubris kelakuan Gisella barusan. Tapi pria itu urungkan karena melihat istrinya terlalu sibuk memotong daging di piring. ‘Entah apa yang dipikirkan. Mungkin ia benar-benar berharap aku mati di gurun Exilas.’ Dengan muram, Illarion pun menyesap air dari gelas berkaki tinggi yang ada di sebelahnya. Setelah Illarion meletakan gelas itu di atas meja, Gisella langsung mengambil gelas itu dan meminum isinya. “Bagaimana mungkin rasa air putih bisa semanis ini?” gumam Gisella sambil menggigit bibirnya dan menatap penuh rayu pada Illarion. Amanda menahan perih di hatinya. 'Gisella sedang merayu Pangeran Hitam, tapi kenapa itu terlihat menyakitkan bagiku, kenapa
Read more
XXXVI
Dan di sinilah Amanda, terbaring meringkuk di atas ranjang kamar Gisella dengan hati yang teramat getir. Jika biasanya ia bisa menahan segala sakit hati, mungkin kali ini ia ingin mengambil satu bagian di tubuhnya itu dan menghanguskannya menjadi abu. Melupakan pernah berbagi ranjang dengan seorang pria tampan bernama Illarion Black. Ia tak pernah menyangka seperih ini harus membiarkan pria itu dilayani oleh adik tirinya sendiri. Sementara itu di ruangan yang berbeda, Illarion terlihat tidur membelakangi pintu kamar. Pundak lebar dengan luka sayatan dalam, membuat pola-pola maskulin di tubuh pria itu. Gisella meneguk salivanya, 'ah sexy, membuatku benar-benar bergairah.' Dengan langkah perlahan dan pakaian yang minim-nyaris tak berbusana, gadis bersurai sewarna tembaga itu berbaring perlahan di sebelah Illarion.
Read more
XXXVII
Semenjak itu Illarion Black pisah ranjang dengan Amanda White. Mereka pun tak makan bersama, karena sang pemilik rumah memerintahkan pelayan untuk membawakan makanan ke kamar gadis itu. "Maafkan aku," bisik Amanda sambil melihat Illarion dari balik jendela kamarnya. Gadis itu hanya diperbolehkan keluar ketika Pangeran Hitam tak ada di istana.  Amanda tentu tak keberatan, selama ini di kediaman Broke, ia hanya berkutat di dalam puri. Dan ketika ayahnya menurunkan  derajatnya menjadi pembantu, barulah ia bisa keluar puri. Tapi hanya untuk bekerja, tak lebih. Sedangkan di istana Pangeran Hitam, Amanda bisa berkeliling taman sesuka hati.  'Ini bukan hukuman yang biasa aku terima,' batin Amanda. 'Tapi kenapa hatiku terasa sakit? bahkan aku sudah biasa diabaikan oleh orang lain, tapi kenapa begitu sakit
Read more
XXXVIII
Amanda langsung berbalik mendapati sosok tampan berambut coklat dengan iris sewarna almond. Laki-laki yang sama sekali tak dikenalnya itu tersenyum semanis madu sebelum menarik punggung tangan Amanda dan menciumnya. "Aku Apollo, Pangeran dari Landyork. Kurasa ini pertama kalinya aku melihat wanita secantik Anda di acara seperti ini. Aku tak mungkin melupakan jika pernah bertemu Anda sebelumnya,"  ujar Apollo sambil melepaskan ciumannya dari punggung tangan Amanda. "Dan siapakah Anda, Lady?" Amanda terlihat salah tingkah dengan sapaan yang tak disangka akan ia dapatkan di pesta ini. Gadis itu melirik ke sekitar. 'Pria ini menegurku? Ia bertanya namaku 'kan? Atau orang lain?' Kembali Amanda mengedarkan pandangannya dan terhe
Read more
XXXIX
“Duke-, kau lebih tahu apa yang terjadi dan dengan siapa putrimu berpihak.” Dengan mata merah seorang pria tua mendekat kearah Pangeran Hitam, sambil berjinjit dia menunjuk Illarion yang menjulang tinggi di hadapannya. “Aku tak menyangka seleramu adalah wanita penyakitan dari keluarga Ratu yang telah membunuh ibumu sendiri.” Amanda terkesiap mendengar informasi itu. ‘Ratu telah membunuh ibu Pangeran Hitam, kenapa tak ada seorang pun memberitahukanku? Karena itulah ketika pertama kali bertemu pria ini begitu membenciku dan bertanya tentang Ratu?’ Pangeran Apollo menatap Amanda. ‘Oh jadi ia keluarga Ratu. Menarik.’ Mata Illarion menyipit, sedikit membungkukkan diri agar pria tua di hadapannya tak perlu berjingkat. “Mantan mertuaku, kau tahu? Bukan salahku jika selera p
Read more
XL
Duke Alantoin masih tak menyangka anak Baron Broke ada di acara ini dan berdampingan dengan Pangeran Hitam. “Hamba benar-benar tak menyangka ia akan membawa gadis itu ke istana, bahkan membiarkannya hidup sampai saat ini.” “Kau selalu bodoh dan tak tanggap pada keadaan, karena itu walau aku lebih muda dan seorang wanita, Ayah selalu mengandalkanku,” hina Ratu Minerva.    Duke Alantoin menekukan mukanya, ia yang biasa menghina orang-orang sekarang harus bungkam menerima hinaan dari adik kandungnya sendiri. “Tak berguna,” desis Minerva sambil memandang rendah kakaknya, sebelum berdiri menyambut Raja Abraham. “Yang Mulia, Singa Agung Anarka! Raja Abraham!”  Semua para hadirin menunduk memberi hormat saat
Read more
PREV
123456
...
23
DMCA.com Protection Status