Semua Bab Dipaksa Menikahi Pangeran Kejam: Bab 21 - Bab 30
222 Bab
XXI
Rion langsung berlutut memberi hormat, Amanda mengikutinya dari belakang. Gadis itu nyaris limbung, kepalanya benar-benar berat, dan tangannya semakin perih serasa ditusuk ribuan duri. "Amanda, apa kabarmu? Aku sempat kecewa karena kau tak bersama Rion menghadapku tadi pagi," ujar Raja Abraham. Rion bergidik mendengar keramahan Ayahandanya. "Baik…," jawab Amanda lemah, yang terdengar tak bersemangat oleh Rion. Wanita ini menjawab Raja dengan malas-malasan?! "Hmm… Apa kalian sedang bertengkar?" tanya Raja Abraham. Amanda dan Illarion langsung menatap ranjang tertutup kelambu merah maroon ketika mendengar pertanyaan itu. Baginda Raja terkekeh melihat sepasang muda-mudi di had
Baca selengkapnya
XXII
Jantung pria itu seakan berhenti berdegup melihat luka bakar di telapak hingga lengan Amanda yang tertutup lengan baju. Sekarang Rion bisa merasakan suhu tubuh Amanda sangat panas. Perhatian Rion kembali pada luka bakar di tangan Amanda, tiba-tiba rasa takut merayap di punggungnya. Illarion langsung menarik Amanda kedekapannya dan menggendong gadis yang tak sadarkan diri itu keluar kamar Baginda Raja. Tanpa santun dan mengucapkan pamit pada Raja sebelumnya. Illarion berlari cepat ke tempat para tenaga medis kerajaan berada. “Jangan mati … jangan mati … bertahanlah,” ulangnya dalam hati. Digendongannya Amanda nyaris tak bernapas. *** Warna senja yang terlihat seperti bara api dari jendela kamar langsung terhalang gorden gelap yang ditarik oleh Pangeran Hitam. Illarion sangat benci melihat cahaya jingga itu, membua
Baca selengkapnya
XXIII
Manik ungu Amanda melebar karena ketakutan. "Ma-maaf Tuan, hamba tak mengerti mak-maksud Tuan." "Siapa orang tuamu?" "Ba-baron Broke," jawab Amanda gagap. Dia bahkan tak menutupi bahwa Ayahnya seorang 'baron'. Berarti dia bukan pembantu di rumah itu, jika ia berbohong maka akan mengatakan hal yang sama seperti ayahnya kalau mereka bangsawan sekelas 'duke'. "Siapa Gisella?" tanya Illarion lagi. "Adikku." Alis mata Illarion naik sebelah. Adiknya? Kenapa ia diperlakukan separah itu oleh adiknya? Mereka 'kan tak saling merebut daerah kekuasaan. Illarion semakin tak paham,
Baca selengkapnya
XXIV
"Ti-tidak … bukan aku, sungguh," jawab Amanda ketakutan. Madam Croiz! Amanda menoleh ke tempat kepala pelayan itu. "Ketika datang aku sudah menyangka bahwa Nyonya bukanlah orang yang baik. Begitu tiba Anda langsung makan tanpa menunggu Pangeran Hitam, Anda sama sekali tak menghormati Tuan kami,” cecar Madam Croiz tiba-tiba. Aku bahkan belum makan sama sekali saat pertama kali datang hingga ke esokan harinya. Apa maksud Madam Croiz? “Anda juga meminta pindah kamar, padahal Tuan sudah berbaik hati berbagi kamar dengan Anda. Sungguh Anda orang yang tak tahu budi.” Jadi aku pindah ke kamar ini bukan karena di usir oleh Pangeran Hitam? seperti penuturan Madam Croiz.
Baca selengkapnya
XXV
Tak berapa lama para pelayan masuk dan membereskan jasad Madam Croiz. Amanda masih berada dalam pelukan Illarion. Dekapan pria itu seolah ingin mengurangi trauma yang Amanda terima, tapi itu tak mungkin. Ia tak pernah melihat seseorang mati terbunuh di depan mata kepalanya sendiri-walau dalam hal ini, Amanda membelakangi si korban- tapi selain darahnya sendiri dan darah binatang yang akan ia masak, gadis itu tak pernah melihat genangan darah sebanyak itu dari tubuh seseorang. "Kau pindah ke kamarku, tampaknya kamar ini sudah tak bisa terpakai lagi," ujar Pangeran Hitam sambil melepaskan pelukannya pada Amanda. "Sekamar dengannya? Aku bahkan terlalu takut untuk menolak," batin Amanda dan seiringi pemikirannya itu, pandangan gadis berbadan mungil itu menggelap. Ia kembali tak sadarkan diri karena tak sanggup melihat darah yang nyaris memenuhi pojok ruangan. Den
Baca selengkapnya
XXVI
Beberapa pelayan mulai saling melihat dengan pandangan mata ketakutan. Belum genap seminggu Pangeran Hitam menempati istana ini, tapi sudah tiga mayat mereka kuburkan. Apa hari ini akan bertambah mayat yang ke-empat? Benak para pelayan di ruang makan diisi pemikiran seperti itu. Kucing hitam itu mengejar ekornya sebentar sebelum memakan sepotong daging ayam panggang dari tangan Pangeran Hitam, “Anak pintar,” puji Illarion. “Kau harusnya memberi contoh Tuanmu, makan dengan lahap apapun yang dihidangkan,” sindir Pangeran Hitam.  Sadar akan sindiran itu, Amanda langsung memenuhi piringnya dengan hidangan di atas meja dan menyantapnya. Senyum manis terbit dari bibir Pangeran Hitam, dan semua pelayan terpaku melihat adegan itu, bukan hanya karena senyuman manis yang jarang
Baca selengkapnya
XXVII
“Adam!” potong Amie. “Jangan berlebihan.”  “Bisa Monsieur Adam jelaskan padaku?” tanya Amanda semangat.  Pertanyaan itu membuat Adam dan Amie terkejut. “Dia tak sadar sedang direndahkan?” tanya masing-masing dari mereka dalam hati. Hal yang tak mereka tahu Amanda sudah biasa menerima perlakuan seperti itu nyaris sepanjang hidupnya. Bahkan lebih parah. Adam tersenyum meremehkan. “Baiklah, Aku akan mengajarkan dengan perlahan agar Anda bisa paham. Walau sepertinya akan menghabiskan dua belas purnama mengingat otak-.” “Adam!” potong Amie lagi. Amanda hanya tersenyum polos mendengarnya. Ia begitu semangat belajar, gadis itu tak diizinkan bersekolah setelah ibunya meninggal
Baca selengkapnya
XXVIII
“Baginda Raja menitipkan salam untukmu ketika tadi pagi aku menemuinya. Baginda berharap kau segera sembuh,” ujar Illarion di sela-sela suapannya saat makan malam. “Ah, terima kasih. Haruskah hamba ke sana untuk meminta maaf?” tanya Amanda.“Untuk? Meminta maaf untuk apa?” tanya Illarion balik.“Pi-pingsan di depan Baginda Raja ….”“Itu bukan hal yang salah.” Illarion meminum air di gelas berkaki tinggi. "Lukamu bagaimana?" tanya Illarion tanpa sedikit pun menoleh ke arah Amanda."Adam memberikan hamba salep agar lukanya cepat sembuh," jawab Amanda. "Lukanya menjadi lebih cepat kering, Adam juga memberikan ini karena jijik dengan bekas lukanya," jelas Am
Baca selengkapnya
XXIX
Amie mengalihkan pandangannya saat melihat Pangeran Hitam membidikkan anak panahnya ke arah Amanda dari kejauhan. "Tugasmu melindungi Nyonya White dari orang lain, siapapun! Kecuali Pangeran Hitam," perintah dari komandan Amie terngiang saat ini. Di sebelah Illarion, Andreas tersenyum tipis. Jadi hari ini, akhirnya Tuan memutuskan membunuh wanita aneh itu? "Apa kau tahu ada berapa lulusan terbaik sekolah St. Benedict?" tanya Illarion. Di Anarka, St. Benedict adalah sekolah para bangsawan dan beasiswa bagi yang terpintar, tapi tak serta merta membuat siswanya lulus dengan mudah karena standar tinggi kelulusan yang sangat sulit. Andreas menautkan alisnya, belum sempat jenderal besar pasukan berkuda itu mengerti maksud per
Baca selengkapnya
XXX
“Tidak sepintar Anda Tuan! Nilai kelulusanku bahkan di bawah Anda Tuan, walau jauh di atas nilai-nilai lulusan lainnya,” jawab Adam bangga, ia jarang memiliki kesempatan bicara langsung dengan Illarion.  “Hamba bahkan tak pandai mengajar Amanda dengan benar!” ujarnya dengan semangat alih-alih menyesal.“Tidak, Adam sudah mengajarku dengan baik. Akunya saja yang kurang pandai,” ujar Amanda membela gurunya.Illarion mengeraskan rahangnya. Wow, ia bahkan membela laki-laki yang menghinanya di depanku. Aku tak tahu keluarga penyihir itu ada yang semurah hati seperti ini. “Kalau begitu biar aku yang mengajarkanmu, aku ingin melihat sebodoh apa kau.” Illarion malah menumpahkan kekesalannya pada Amanda.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
23
DMCA.com Protection Status