All Chapters of 5 games on: Chapter 21 - Chapter 30
91 Chapters
Chapter 21
Altair menatap lekat kristal merah dengan perasaan kecewa dan benci menghasutnya karena kesalahan leluhurnya membuat keluarga Onder de selalu di cap sebagai penghianat oleh orang-orang.  Duke Leon membacakan mantra-mantra, cahaya dari kristal raja menimbulkan angin yang menerbangkan pakaian dan rambut Duke Leon lalu keluar sebuah bola kecil berisikan Mana seperti kobaran api berwarna hijau keemasan dari kening Duke Leon. Dari belakang punggung Duke Leon muncul dua asap dengan warna yang berbeda berwujud burung hantu  berwarna putih dan hitam lalu dua burung hantu mengangkat bola kecil dengan kedua sayap mereka. Mana yang ada di dalam bola perlahan keluar dan masuk ke dalam tubuh Duke Leon dengan bola kecil yang kosong barulah kedua burung hantu tersebut terbang membawa bola dengan sayap mereka memegangi. Mereka terbang mendekati Altair dan memberikan bola itu kepadanya, Altair menerima bola itu di tangannya dan kedua burung hantu masuk ke da
Read more
Chapter 22
Waktu di pagi hari adalah waktu yang sangat menyenangkan setelah melakukan pesta besar yang meriah orang-orang banyak yang terlelap tidur karena terlalu lelah dan bersemangat berpesta. Para Peri menyiapkan segala kebutuhan para tamu dari memasak, merapikan tempat dan lorong, membersihkan jendela dan furniture bahkan ada yang mempersiapkan air untuk para bangsawan yang akan mandi. Para pelayan yang berada di kediaman Onder de sedang melakukan aktivitas mereka membersihkan taman dan seluruh rumah. Altair yang masih berada di menara belum juga turun untuk tidur ke kamar. Setelah pembicaraan semalam dengan Adir, Altair merasa cemas begitu juga dengan para pemimpin Pengendali Mana, mereka tengah sibuk rapat setelah kedatangan Duke Leon mengantarkan Raja Benedict dan Ratu Gladys. Mereka mengadakan rapat di salah satu ruangan rahasia Onder de yang terlindungi oleh Mana Sihir sehingga pembicaraan mereka tidak bocor keluar. “Apakah dewa tidak mengirimk
Read more
Chapter 23
Altair tahu di sana adalah menara untuk orang-orang di evakuasi, dengan cepat Altair berlari memusatkan Mana ke kakinya dan berlari mendekati ayahnya, hanya dengan satu tapakan kaki Altair sudah menjauhi teman-temannya setiap satu langkah kaki membawa Altair sepanjang sepuluh kilometer, sehingga hanya butuh dua hentakan kaki Altair sudah berada di belakang ayahnya. “Ayah...” ujar Altair, kata-katanya terhenti saat melihat rekan-rekannya sudah berada samping ayahnya. “Sungguh luar biasa kami keturunan Pengendali Mana.” ucap Altair dalam hati. Sebelum salah seorang dari mereka bertanya apa yang mereka bisa bantu Duke Leon memberikan mereka masing-masing cincin bermana, cincin itu sama yang digunakan untuk memasuki portal semalam. “Bawa ini dan lepaskan cincin dari jari kalian untuk membuka portal, portal itu akan menghubungkan langsung dengan tempat evakuasi ayah-ayah kalian pasti sudah membuka portal ke tempat yang aman,” ucap Duke Leon “Gunaka
Read more
Chapter 24
Altair melihat asap naga menatap ke arah mereka, tanpa henti dia mengeluarkan monster-monster untuk menyerang. Rakyat Rhodes masih banyak yang belum menyelamatkan diri. Semua orang sedang menyerang monster dengan sangat hebat begitu juga para rekan sebayanya, mereka juga menggunakan senjata dan kemampuan mereka mengendalikan Mana. Disana Nicon yang tidak menggunakan senjata hanya mengendalikan kedua tangannya untuk mengeluarkan bola api dengan berdiri di atas naga kesayangannya. Naga itu sebesar gajah sehingga masih lebih kecil daripada naga di depan mereka namun, karena kemampuannya tidak kalah hebat untuk menyerang dengan menghembuskan semburan api. Saintess berusaha mengikat dengan tali panjang berupa cambuk yang dialiri Mana ingin menangkap leher naga sering kali gagal karena Saintess tidak luput dari serbuan para monster. Adir ingin membuka jalan bagi tali milik ayahnya untuk bisa melesat ke arah asap naga di sana, dia menyerang para monster yang
Read more
Chapter 25
Semua tempat terkunci dengan lapisan sihir, di mana sihir sebagai penunjang orang-orang yang berada di dalam bisa bernapas, minum serta makan namun, karena rasa khawatir, mereka tidak memiliki waktu untuk memikirkan hal seperti itu.   Altair marah dan geram melihat seekor monster masuk menembus lubang pelindung, giginya bergemeretak tidak ada waktu lagi baginya untuk basa basi mereka harus cepat melumpuhkan naga yang menjadi penyebab utama bencana terjadi.   Duke Stuart yang berada di dekat Duke Leon mendekat untuk memberikan penyemangat agar dia tersadar jika Duke Leon kehilangan kesadarannya maka Mana yang sebagai pelindung yang lain serta sebagai sumber kekuatan akan menghilang dan mereka dalam bahaya.   Pelindung tameng sihir Duke Stuart diberikan untuk Duke Leon agar bisa sedikit membuatnya beristirahat dari serangan monster Nicon yang berada di bawah lapisan pelindung menembaki monster-monster yang ingin merambat m
Read more
Chapter 26
Raut wajah mereka tampak lega melihat seekor naga dan para monster juga menghilang. Duke Leon menyegel semua asap naga yang menyerang mereka ke dalam peti khusus. Hari sudah menjelang sore, tidak disangka untuk melawan seekor naga dan para monster menghabiskan waktu satu hari. Mereka juga gagal menyelamatkan orang lain dari serangan monster. Altair dan semua orang yang ikut bertarung melawan perlahan turun dari atas langit mereka semua berkumpul di halaman kediaman Onder de melihat ke arah sisa tubuh pelayan keluarga Onder de. Nicon turun dari badan naga kesayangannya. Melihat dari pakaiannya dia adalah pelayan wanita semua orang berkabung Duke Leon melihat darah yang sudah mulai mengering dari tubuhnya segera mengambil tindakan. Dari bawah tubuh mayat muncul beberapa kain putih membungkus badan mayat badan itu melayang dan kain yang berada di bawah mulai melapisinya menutupi seluruh badannya. Setelah tertutup dengan sempurna Duke Leon juga me
Read more
Chapter 27
Altair berjalan menuju lorong, dia sudah tidak tetidur selama selama beberapa hari. Raja Benedict dan para pengendali Mana masih sedang sibuk berdiskusi persoalan kejadian kemarin. Altair yang sedang berdiri di belakang jendela perpustakaan sambil melihat ke tanah lapang dimana Mary sedang menangisi dirinya untuk segera turun. Altair tersenyum dengan sangat getir.   Mengingat kembali bagaimana kenangan dirinya bersama satu-satunya keluarga yang dia miliki saat itu saling melengkapi satu sama lain dan sering kali dirinya selalu merepotkan Mary. Altair segera berhenti untuk melamun, dia tidak ingin melakukan pekerjaan yang sia-si dan Altair segera mengeluarkan semua buku yang sudah dibaca semua berharap ada sesuatu yang terlewatkan bisa membantu dirinya paling tidak menemukan solusi serta penyebab naga itu muncul.   Selembar demi selembar, buku demi buku Altair baca dan catat. Tindakan kemarin di mana dia sendiri yang menyarankan untuk pembasm
Read more
Chapter 28
Semua orang sudah nampak keluar dari rapat tadi mereka menggunakan pintu teleportasi milik keluarga Onder de kebetulan Altair bertemu mereka di depan pintu, ayahnya saat itu baru saja menutup pintu portal. Semua Duke melihat ke arahnya, begitu juga dengan raja Benedict yang berada di tengah-tengah mereka seakan melindunginya dari segala bahaya. Jalan yang mereka lalui terhubung ke dalam ruang bawah tanah namun, masih terlihat mewah dan besar mirip lorong-lorong jalan. Panas matahari mulai bersinar masuk ke dalam. “Kenapa semuanya sudah pergi?” tanya Altair yang terlihat kecewa. “Aku ingin menyampaikan sesuatu kepada kalian.” ujarnya lagi di depan ayahnya. Altair terlihat sedang mencengkram kuat tas tali yang melintang di depan dada berusaha menahan emosi. “Sabar Altair, semua orang sudah menemukan titik terang hal ini,” ujar Duke Leon sambil berusaha menenangkan anaknya. Duke Leon menatap Altair penuh harap bahwa dia ak
Read more
Chapter 29
Duke Leon duduk berusaha fokus membantu Altair nanti untuk menjelaskan pertemuan rapat selanjutnya namun, pikiranya tidak bisa terfokus memikirkan setiap pembicaraan mereka terutama opsi terakhir ketika Altair mengambil kesimpulan untuk memindahkan Rhodes ke tempat lain. Duke Leon masih belum menangkap apa maksud dari ucapan Altair kemarin, apakah pindah secara fisik keseluruhan atau hanya sebuah kiasan saja? Duke Leon hanya bisa menghela nafas membuatnya tersandar di belakang kursi. Melihat langit-langit atap yang sangat tinggi, dia melihat laba-laba sedang membuat sarang yang indah di antara celah pojok atap membayangkan apa yang akan terjadi jika benar-benar Rhodes harus dipindahkan. “Bagaimana bisa kau memiliki pemikiran seperti itu anakku?” tanya Duke Leon dengan suara yang tercekat. Disisi lain Altair sedang bersiap-siap untuk pergi meninggalkan kamar perasaan kosong setiap kali Altair menatap kamar mengingatkannya selalu bayang-bayang M
Read more
Chapter 30
Altair memacu kuda dengan cepat saat berada di dalam hutan dengan membawa perbekalan yang dia butuhkan berhenti di sebuah bukit tinggi untuk melihat ibu kota Rhodes. Terlihat beberapa asap dari penduduk yang sedang membakar tungku perapian atau tungku masak Altair jalan menuruni bukit dengan kecepatan tinggi. Tujuan pertamanya adalah pergi ke toko, di mana dia membeli bubuk Mana dan peri Altair kali ini tidak sedang menyembunyikan siapa dirinya sekarang, dengan percaya diri dia pergi dan masuk ke jalan-jalan Rhodes. Semua orang melihat ke arah Altair dan dia sudah tidak menghiraukan perkataan-perkataan yang mereka keluarkan mengendarai kuda hitam yang perkasa Altair mengarahkan jalur kuda dengan sigap. Berhubung saat ini Altair sedang berada di tempat keramaian Altair mengendarai kuda dengan perlahan dari jauh terlihat segerombolan anak-anak yang sedang bermain. Mereka menyerang seorang pria paruh baya yang terlihat kekar sedang menjadi naga d
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status