All Chapters of CINTA SANG KUPU-KUPU MALAM: Chapter 31 - Chapter 40
90 Chapters
Bab 31
POV DESIAku masih meringkuk di atas ranjang. Sejak tadi pagi. Perutku bagaikan diaduk-aduk, terasa mual sekali. Kepalaku pun terasa berat seolah sedang memikul beban berton-ton yang diletakan di atas kepalaku.Aku masih terjaga, meskipun netraku masih terus terpejam. Kudengar langkah kaki Abi yang semakin mendekat ke kamarku dan aku masih bisa merasakan getaran pada ranjangku saat Abi menjatuhkan tubuhnya di tepi ranjang dengan sangat pelan sekali."Kamu sakit?" tanya Abi kepadaku."Ngak Abi, cuma masuk angin aja!" sahutku tanpa menoleh ke arah Abi. Karena rasa mual ini begitu mengaduk-aduk.Sejak fajar, setelah selesai sholat subuh aku memilih untuk tidur kembali. Tidak seperti biasanya, aku menghabiskan waktuku untuk mengulang hafalanku yang dibimbing langsung oleh Abi. Tapi hari ini rasanya tubuhku seolah lemas tak bertenaga.Berhubung badanku yang seoalah tidak bisa diajak kompromi. Serta entah sudah berapa kali aku bolak balik ke
Read more
Bab 32
"Umi, mau mampir dulu nggak?" tanyaku hati-hati setelah mobil sedan yang kami tumpangi tiba di halaman rumahku."Ngak!" sahut Umi singkat namun terdengar ketus. Ia pun sama sekali tidak melihat padaku. Wajahnya berubah acuh dan membuang tatapannya padaku.Aku hanya menggangguk, sepertinya mood Umi memang sedang berantakan. Bergegas aku menuruni mobil milik Umi dan berjalan menuju teras rumahku. Sesaat langkah kakiku terhenti ketika pendengarku menangkap suara tawa Puspa yang berderai derai saling bersahutan dengan suara Abi.Kuletakkan tanganku menyentuh dadaku, rasanya sakit. Aku menghirup udara sebanyak mungkin agar rasa sesak ini sendikit berkurang. Setelah itu aku segera melangkahkan kakiku masuk ke dalam rumah. Semakin dalam aku melangkah kaki, suara cekikikan Puspa semakin jelas masuk ke dalam telingaku dan itu membuat hatiku terasa perih."Desi!" panggilnya kepadaku. 
Read more
Bab 33
POV Puspa.Aku masih terduduk lemas di ruang tunggu. Kudengar tangis haru Desi dan Abi di ruang pemeriksaan. Namun, bukan bahagia yang aku rasakan, justru rasa sakit yang kian menyayat hati, kenapa aku tidak bisa seperti itu, rutukku pada diri yang menyedihkan ini.Kuseka air mata yang memenuhi sudut netra. Aku tidak mau ada satupun yang melihat lukaku. Aku berjalan menuju  ruang pemeriksaan yang hanya disekat oleh kain berwarna hijau dari ruang tunggu. Kulihat Abi  menghujani ciuaman di wajah Desi yang masih berbaring di badpasien. Nyeri! Aku masih menyentuh dadaku yang sekarat melihat suamiku menciumi wanita pilihanku itu."Uma, Desi hamil Uma!" ucap Abi penuh binar melihat kedatanganku."Iya Abi, selamat ya!" balasku dengan tersenyum bahagia menatap ke arah Desi yang masih terharu.Beberapa hari setelah kejadian itu. Abi semakin mengabaikanku dan lebih memperhatikan Desi. Bahk
Read more
Bab 34
Sayu sayu suara adzan subuh membuatku terbangun, entah sejak kapan aku tertidur. Yang aku ingat semalam Abi meninggalkanku karena pertengkaran kami. Baru pertama kali ini selama pernikahanku terjadi keributan. Biasanya kami saling mengalah satu sama lain setiap ada masalah diantara kami.Aku menuruni ranjangku, melangkahkan kakiku menuju pintu kamar. Hatiku terus penasaran dengan siapa Abi melewati malamnya semalam.  Kubuka pintu kamarku, kulihat pintu kamar Desi yang terletak berhadapan dengan kamarku masih tertutup. Aku memutar tubuhku hendak masuk kembali ke dalam kamar. Batinku masih sakit saat Gus Al lebih mementingkan Desi daripada aku. Namun aku juga sangat merindukan pria itu."Teteh!" panggil Desi sontak membuatku terkesiap.Kulihat wanita itu baru saja datang dari arah dapur membawa segelas susu hangat di tangannya. Terlihat dari kepulan asap yang menyeruak ke udara.'Tumben, Desi bikin susu
Read more
Bab 35
"Kalau datang bulan ibu terakhir kapan?" tanyanya lagi padaku.Aku diam sejenak mendengar pertanyaan Dokter itu. Sepertinya aku tau kemana arah pembicaraannya kali ini. Tapi bukankah Dokter spesialis kandungan telah memvonisku bahwa aku tidak akan bisa memiliki anak."Ibu!" Panggilnya lagi membuatku tersadar dari lamunan.Tersadar kalau aku sudah hampir seminggu lebih belum datang bulan. "Sepertinya semingguan, Dok!" ucapku seraya menatap manik coklat pada wanita itu.Jantungku terus bergemuruh, menanti aksara yang akan diucapkan wanita yang sedang tersenyum ramah kepadaku."Selamat ya ibu, anda positif hamil." Deg!"Dok, anda tidak sedang bercanda kan?" tegasku masih tidak percaya dengan apa yang baru saja Dokter katakan padaku."Tidak Bu, ibu memang  positif hamil," tukasnya menujukan sebuah alat tes keh
Read more
Bab 36
Masih POV Desi.Kulalui hari-hariku dengan bahagia. Menikmati kehamilanku yang kian membesar. Tidak ada lagi rasa iri atau penyakit hati lainnya yang menyelinap masuk di dalam hatiku. Yang ada hanya rasa syukur atas segala nikmat yang Allah berikan kepadaku dan mengumpulkanku dengan orang-orang yang sholeh Semenjak Puspa hamil, Abi meminta gadis berkulit putih itu untuk berhenti dulu dari aktivitas bekerjanya. Alasannya sama, Abi hanya ingin menjaga kandungan Puspa dan juga ibunya. Semakin hari Puspa semakin baik kepadaku. Begitu juga denganku. Bagaikan memiliki seorang kakak perempuan yang saling menyayangi.Tetapi perhatian Umi masih tetap sama. Mertuaku itu lebih menyayangi Puspa daripada aku. Tidak apalah, semua ini hanyalah butuh waktu saja.Seperti halnya suatu pagi beberapa hari yang lalu. Saat itu aku sedang sibuk menonton televisi di ruang tengan rumah kami. Perutku yang mulai membesar memang paling nyaman untuk bermalas malasa
Read more
Bab 37
POV UMIKabar kehamilan Puspa bagaikan mukjizat yang Allah berikan kepada keluargaku. Setelah harapanku untuk menimang cucu pupus. Justru Allah menunjukkan kebesarannya lewat kehamilan Puspa yang serasa tidak mungkin namun justru terjadi.Aku berjanji pada diriku sendiri akan menjaga kehamilan Puspa sebaik mungkin. Karena anak yang terlahir dari keturunan keluarga yang baik pasti akan tumbuh menjadi anak yang baik pula.Maka dari itu, dulu aku begitu selektif memilihkan jodoh untuk Al. Mulai dari agamanya, kekayaanya, kecantikannya, serta nasabnya yang jelas. Dan semua itu ada dalam diri Puspa. Agar jika mereka memiliki keturunan dapat terlahir anak anak yang baik pula akhlaknya.Sementara Desi, tetap saja aku tidak menyukai wanita itu. Mungkin setelah bayi itu lahir, aku akan tetap mengambil anak   itu sekalipun Puspa telah memiliki anak bersama Al. Bagaimanapun bayi itu tidak memiliki dosa sedikitpun. Dan nasib Desi tetap dengan keputusan awalku. M
Read more
Bab 38
"Sudahlah mi, untuk apa Umi ikut campur urusan rumah tangga Al. Al sudah dewasa, toh kita sudah membekali Al dengan ilmu agama yang mumpuni. Pasti dia bisa memilah mana yang baik untuknya dan mana yang tak baik untuknya," ucap Abah sambil mengusap lembut pada punggung tanganku.Dadaku masih bergemuruh. Rasa kesal karena sudah ditipu oleh anak dan pelacur murahan membuatku susah untuk melupakan."Abah, jika Al memang sudah memiliki bekal agama yang mumpuni, tapi kenapa dia masih membohongi Umi, Bah. Dia membawa masuk pelacur itu ke dalam lingkungan pesantren kita diam-diam," cetusku dengan suara serak dengan air tangis yang tersisa isakan. Kulihat Abah yang duduk berjongkok di hadapanku itu menatapku sendu."Aku tidak mau pondok pesantren kita ini tercemar hanya gara-gara pelacur murahan itu. Apa kata orang Abah?" pekikku kesal pada Abah yang juga terkesan sangat santai sekali."Umi, setiap orang berhak unt
Read more
Bab 39
Malam kian merangkak naik. Keheningan malam semakin merajam hatiku yang merana.  Memikirkan Desi dan janin yang berada dalam kandungannya. Bukankah ibu hamil dilarang stres. Namun justru aku yang sedang dibuat stres dengan keadaan ini.Kulepas perlahan pelukan Puspa yang melingkar pada pinggangku. Wanita berkulit putih ini memang menyukai tidur dalam pelukanku. Suara nafasnya terdengar beraturan. Manandakan saat ini Puspa sudah memasuki alam bawah sadarnya.Aku berjalan menuju kamar Desi, untuk melihat keadaannya yang sedari pagi mengurung diri di dalam kamar.Tok! Tok! Kuketuk pelan pintu kamar Desi. Hening. Tidak ada jawaban atau gerakan yang terdengar. Apakah Desi sudah tertidur?Kulirik jam pada dinding telah menunjukkan pukul 11 malam. Tapi mana mungkin Desi sudah tertidur, biasanya sebelum dia tidur, dia akan mengulang kembali hafalannya. Agar jika tiba gilirannya tidur be
Read more
Bab 40
POV Gus AlHari ini adalah hari yang kupilih untuk acara nujuh bulan kehamilan Desi. Semua orang tengah sibuk di rumahku. Kupasang tenda di halaman rumah untuk menampung tamu undangan yang nanti sore akan datang. Karena akan diadakan acara pengajian yang diisi oleh sahabat Abah.Kulihat Desi yang tengah sibuk membantu Puspa di dapur. Kandungan Puspa pun sudah mulai membesar, kini janin dalam rahim Puspa telah menginjak hampir lima bulan. Jadi dua bulan lagi aku pun akan mengadakan acara yang sama untuk Puspa."Teh, nggak usah ngangkat yang berat-berat, biar santriwati yang lain saja yang ngangkat itu!" cegah Desi yang melihat Puspa mengangkat ember berisi kentang."Iya deh!" sahut Puspa meringis meletakkan ember itu. "Izah," panggil Puspa pada seorang santri Wati yang tengah sibuk di dapur.Gadis dengan kulit sawo matang itu segera menghampiri Puspa.
Read more
PREV
1234569
DMCA.com Protection Status