All Chapters of CINTA SANG KUPU-KUPU MALAM: Chapter 51 - Chapter 60
90 Chapters
Bab 51
Setalah Mariyah sudah puas bermain-main. Aku memutuskan untuk segera kembali ke Cilegon. Hatiku kacau, hingga membuat setiap orang yang aku lihat adalah Desi. Sungguh ini membuatku samakin gila!Gadis kecilku kembali tertidur di dalam mobil. Mungkin dia sangat lelah sudah bermain seharian di tempat permainan anak-anak. Puspa masih mengusap lembut rambut Mariyah dalam pangkuannya."Mas, menikahlah lagi. Jika kamu menikah lagi pasti bayangan Desi perlahan akan menghilang dari pikiranmu," ucap Puspa memecah keheningan.  Wanita itu menatap lekat wajahku dari pantulan kaca spion mobil.Kutatap wajah' wanita berkerudung purpel itu dari kaca spion, aku tersenyum kecil. "Kamu saja yang duluan menikah' dengan Hamzah, nanti baru aku cari jodoh lagi," ledekku dengan tersenyum simpul."Mas, Mas malah bercanda!" sahutnya berpaling menatap ke arah jendela.Setalah selesai mengantar Puspa ke rumahny
Read more
Bab 52
Tawa renyah gadis kecil di depan teras rumah Abi mengalihkan perhatianku. Kuseka airmata yang mengenang di sudut mata. Gadis kecil dengan gamis merah muda dan kerudung senada itu mengetarkan hatiku.Kulangkahkan kakiku dengan tubuh bergetar. Akhirnya, aku bisa melihat putriku dari dekat. Biasanya aku hanya melihatnya sekilas tak berani mendekatinya.Suasana begitu lengang. Tidak ada siapapun di sekitar rumah Umi. Hanya ada Mariyah yang sedang asyik bermain boneka di teras rumah.Aku duduk bersimpuh di samping Mariyah. Gadis itu menatapku lekat. Wajahnya ayu, netranya jeli, mirip sekali denganku. Aku sungguh tidak sanggup menahan kerinduan ini."Ustadzah Salma!" ucapnya kepadaku.Sesaat aku terdiam dengan perasaan yang campur aduk. "Bu-bukan Nak, aku bukan Ustadzah Salma," sahutku dengan suara bergetar. Padanganku telah berkabut sedari tadi, namun sekuat tenaga aku menahan airmataku agar ti
Read more
Bab 53
POV PuspaLega!Itu yang pertama kali aku rasakan ketika Gus Al menceraikanku. Pernah terpenjara dalam cinta yang rumit hingga hampir saja menengelamkanku dalam dosa kemunafikan. Rasa cinta yang salah, harus membuatku melukai Desi. Yang kini entah di mana keberadaannya. Memisahkan Mariyah, gadis kecil yang tak berdosa itu dengan ibu kandungnya. Aku sungguh menyesal akan kedzalimanku di masa lalu. Meskipun aku terus berusaha mencari keberadaan Desi, tapi usahaku sama sekali tidak membuahkan hasil.Berdamai dengan diri sendiri adalah salah satu caraku untuk menerima apapun yang Allah kehendaki atas takdir di hidupku. Karena aku yakin, Allah maha mengetahui yang terbaik untuk hambanya.Tidak bisa aku pungkiri, rasa cintaku kepada anak kecil tidak pernah pudar. Karena aku sadar, seumur hidupku, aku tidak akan pernah memiliki keturunan yang sangat aku dambakan dan ini seperti sebuah hukum
Read more
Bab 54
POV DESISebuah undangan dengan sampul merah muda tergeletak diatas meja bang Amar. Rasa penasaran mendesak ku untuk meraih undangan yang tertuliskan nama Hamzah dan ... Entah siapa, undangan itu tertutup beberapa Map di atas meja bang Amar. Hingga bagian nama Hamzah saja yang dapat kulihat."Desi!" Panggil bang Amar yang baru masuk keruangannya."Eh, iya Bang," sahutku tergeragap. Kemudian membenarkan posisiku."Oh, kamu lihat undangan ini." Bang  Amar yang baru sampai di meja kerjanya segera meraih undangan itu. Membacanya sekilas, kemudian menatapku. "Kamu mau kan temenin aku datang ke pernikahan Hamzah!" Pintanya."Aku!" Aku terkejut.. menunjuk pada diriku."Iya Desi, Kamu!"Pria itu menjatuhkan bokongnya di kursi, kemudian menyandarkan tubuhnya. "Pokoknya kamu harus ikut titik, ini perintah." Decaknya tanpa perduli dengan j
Read more
Bab 55
Aku mengeliatkan tubuhku. Tetapi lingkaran lengan kekar pada pinggangku justru semakin erat. Aku menoleh pada pria yang terus memejamkan matanya disampingku, nafasnya terdengar teratur namun mengapa tangannya susah sekali aku lepaskan."Abi, lepasin sih! Bunda mau bangun!" rangeku manja."Entar sih Bun, Mariyah kan belum bangun." Sahutnya malas."Ini sudah siang Abi, emang Abi ngak kerja." "Kerja sih, tapi nanti." Sahutnya masih dengan posisi yang tak bergerak.Akhirnya aku bisa bernafas lega, bisa memiliki Gus Al seutuhnya. Sepertinya Allah sudah mengembalikan yang sempat hilang dari hidupku. Setelah pertemuan kami di pernikahan Puspa membuatku dan Gus Al kembali rujuk dan memperbaiki hubungan kami.Tak hanya itu, umi pun sekarang begitu baik kepadaku, meskipun kondisinya tak seperti dulu lagi. Semua itu tidak lebih karena kebaikan Allah kepad
Read more
Bab 56
POV Mariyah.'Pelacur  bukanlah sebuah penyakit menurun dan aku tidak yakin jika yang kulihat saat ini adalah benar. Pasti ini hanyalah perasaanku saja."Mariyah, ada apa!" Uma menepuk bahuku, membuatku sedikit terkejut. "Ngak Uma, nggak apa-apa kok!" sahutku masih tertuju pada bekas lisptik yang menempel pada baju Bang Arsya. Pria yang menikahiku beberapa bulan yang lalu. Noda itu tidak terlalu jelas. Namun aku bisa melihatnya dengan nyata karena kemeja itu berwarna putih. Warna merah seperti bibir seorang wanita."Mungkin Mariyah sangat merindukan aku, Uma!" ledek pria itu membuatku tersenyum getir.Khadijah yang berjalan di belakang punggung Bang Arsya segera mendahului, menyalami aku dan Uma bergantian. Kemudian berlalu masuk ke dalam kamarnya.Uma mengekori khadijah, meninggalkan aku dan Bang Arsya. Mungkin ia sengaja' memberika
Read more
Bab 57
"Mariyah, kenapa murung?"Aku tersentak saat mendapati Uma tiba-tiba muncul di belakang punggungku. Segera kumasukkan kemeja berwarna putih dengan noda lipstik itu di ke dalam ember yang berisi air ditergen."Tidak Uma!" sahutku melemparkan senyuman kepada wanita yang sudah menemaniku setelah kepergian Abi dan bunda. Uma sudah kuanggap seperti orang tuaku sendiri."Jangan kebanyakan melamun, nanti kesambet loh!" ledek Uma meneruskan kegiatannya di dapur. Sesaat ia melemparkan senyuman kecil padaku."Sebenarnya siapa kekasih gelap Bang Arsya. Apakah Khadijah!" batinku mencoba untuk menerka. "Sepertinya hubungan mereka sudah kelewat jauh atau jangan-jangan justru orang lain," batinku kian mengembara.Aku teringat dengan alat kontrasepsi yang aku temukan di dalam koper milik Bang Arsya.  Semua terkaan buruk memenuhi otakku. Bayangan menjijikkan itu terus mercuni hatiku.
Read more
Bab 58
Jemariku masih setia memijat keningku yang berdenyut. Hampir satu minggu sudah berlalu. Namun rasa sakit ini belum juga sembuh sempurna. Apalagi hari ini adalah hari dimana Bang Arsya dan Dejah akan pulang. Aku tidak bisa membayangkan melihat para penghianat itu muncul di depan wajahku. Aku takut, aku takut tidak bisa menahan diriku. Kerena aku memang belum menemukan bukti yang sesungguhnya."Mariyah, sudah pulang!" seru Uma yang melihat kehadiranku di ruang tamu."Kamu sakit?" Uma menyipitkan kedua matanya menatapku. Menjatuhkan tubuhnya pada bangku yang berada di sampingku."Tidak Uma, aku baik-baik saja kok!" sahutku menghentikan pijatan pada keningku. Lalu membenarkan posisi dudukku.Uma menempelkan telapak tangannya pada keningku, wajahnya sesaat terlihat berfikir. "Tidak panas!" selorohnya."Aku baik-baik saja, Uma!" sahutku."Hanya saja hatiku yang sedang tidak baik
Read more
Bab 59
"Bang kenapa Diam!" lirihku pada Bang Arsya yang melihat pada kepergian Yuma.Bang Arsya tersentak. "Aku hanya kasihan saja sama, Yuma. Mungkin memang dia belum siap untuk mendapatkan momongan. Karena usianya masih terlalu belia," tutur Bang Arsya."Tapi sudah menjadi kewajiban seorang wanita memiliki keturunan, Bang!" cetusku berlalu. "Lagipula ada Bilal suaminya. Lebih berdosa lagi jika Yuma menggugurkan bayi itu," balasku."Aku tau Mariyah, tapi untuk Yuma yang memiliki masalalu buruk hal itu sangat sulit sekali pastinya." Wajah Bang Arsya melihat pada kepergian gadis bermata sipit itu.Aku mengeryitkan dahi melihat pada Bang Arsya yang masih melihat ke arah pintu. "Sejak kapan Abang perhatian sama Yuna!" pikirku.****Aku tidak tahu sejak kapan aku terlelap. Setelah pulang mengisi pengajian. Aku merebahkan tubuhku di atas ranjang dan beberapa saat kemudian jiwaku seola
Read more
Bab 60
Aku masih curiga, dan kecurigaanku mengarah pada Dejah. Lelaki yang sudah meminangku beberapa bulan yang lalu tetap menolak pindah dari rumah ini. Pasti semua itu karena dia tidak mau jauh-jaih dari Dejah.Dengan wajah merah padam aku mencari bukti-bukti lain yang bisa aku gunakan untuk mengungkap perselingkuhan yang terjadi antara Dejah dan Bang Arsya. Harusnya malam itu aku merekam kejadian  Bang Arsya dengan Dejah. Tapi sayangnya ada Uma yang tiba-tiba muncul dan mengangetkanku."Kenapa tidak ada apapun!" gerutuku kesal.Tidak seperti hari lalu. Sepertinya Bang Arsya kini lebih berhati-hati. Aku tidak menemukan barang apapun dari dalam koper Bang Arsya. Koper ini hanya berisi pakaian kotor miliknya selama ia tinggal di Bandung.Aku terduduk lesu dengan wajah kesel. Ingin rasanya aku menangis saat itu juga."Mariyah!" Segera aku menoleh pada seseorang yang membuka pintu kamarku.
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status